Sabtu, 02 April 2022

Menulis, untuk apa?

 

Menulis bagi sebagian orang adalah hal yang tidak menarik, membosankan, dan sepertinya kegiatan ini adalah aktivitas orang yang kurang kerjaan. "Jangan hanya menulis saja kerjamu" Kalimat ini juga pernah sampai ke telinga saya, sebagai respon bahwa menulis sepertinya adalah hal yang tidak terlalu bermanfaat.

Pertanyaannya, apakah menulis benar-benar tidak bermanfaat? Atau menulis hanya kegiatan yang membuang-buang waktu saja? Saya bisa pastikan hal itu sangat-sangat salah. Justru kenyataanya, menulis memberikan manfaat yang begitu besar dalam meningkatkan berbagai kompetensi bahkan bisa mengubah hidup menjadi lebih kritis, terorganisir, dan semakin terarah. 

Berawal dari masa pandemi Covid-19, yang melanda dunia dan akhirnya sampai ke negara kita. Banyak waktu luang di rumah, berbagai aktivitas ke luar pun dibatasi. Akhirnya saya mencoba untuk bergabung dengan pelatihan kepenulisan yang diadakan secara online melalui WhatsApp Grup. Pelatihan itu diprakarsai oleh PGRI Pusat, dalam hal ini dikomandoi oleh Bapak Wijaya Kusumah yang akrab dipanggil Om Jay.

Awalnya saya tidak pandai dalam merangkai kata, mungkin karena latar belakang pendidikan saya adalah Fisika non kependidikan, jurusan yang banyak bergelut dengan angka-angka dan rumus, sangat jarang bersentuhan dengan pembelajaran berbahasa atau tulis-menulis. Tetapi melalui proses, akhirnya saya lama-kelamaan terbiasa, bahkan sampai sekarang menulis sepertinya sudah menjadi suatu kebutuhan.

Apakah menulis harus langsung sempurna? Tentu tidak, semua perlu proses. Ketika awal belajar menulis, saya hanya bisa menuliskan resume (ringkasan) pertemuan pelatihan dengan beberapa kalimat saja. Memang ketika itu kami "dipaksa" untuk menulis resume setiap mengikuti pelatihan yang dilakukan tiga kali dalam seminggu. Sampai akhirnya, pertemuan ke-20 bisa saya lalui, dan resume selama 20 kali pertemuan bersama pegiat-pegiat literasi Indonesia tersebut, akhirnya menjadi buku solo perdana saya.

"Saya malu karena tulisan saya kan jelek, tidak berkualitas, sangat kaku, tidak ada bagusnya" Beberapa hal ini adalah wajar bagi pemula, tetapi itu harus dibuang, karena itu bisa membuat kita akhirnya mundur, dan berhenti menulis. Semua pasti melalui proses, penulis hebat saat ini pastilah dulu juga mengalaminya, ketika dia mulai belajar menulis. Tetapi akhirnya mereka terus belajar, tidak menghiraukan respon negatif dan cibiran-cibiran yang bisa membuat nyali mereka ciut.

Kembali ke pertanyaan sekaligus judul di atas, menulis untuk apa?  Tentu saja untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas hidup orang yang menggelutinya. Saya yang dulunya banyak membuang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna, akhirnya berkat menulis semakin menyadari bahwa waktu hidup saya terbatas, saya harus menulis dan berbagi ilmu dan kebaikan sebanyak-banyaknya melalui tulisan-tulisan yang ada. Suatu saat kita akan tiada, tetapi tulisan akan tetap abadi, memberikan dampak bagi setiap pembacanya.

Tidak ada lagi waktu berleha-leha, tidak ada lagi waktu yang sia-sia. Semakin sibuk semakin bisa mengatur waktu sedemikian rupa. Itulah dampak yang sangat-sangat saya rasakan saat ini. Ditambah lagi dengan giat menulis, membuat wawasan semakin berkembang, hal ini karena kegiatan menulis memaksa untuk banyak membaca karya dari para penulis lainnya.

Lebih fokus untuk belajar menjadi berkat bagi orang lain. Ya, dengan aktif menulis, saya semakin manyadari bahwa hidup harus bisa berdampak dan memberikan manfaat bagi orang lain. Bukan lagi hanya memilirkan diri sendiri. Belajar terus berbagi dan saling memotivasi, dengan harapan semakin banyak orang yang bisa menghasilkan berbagai karya, yang tentunya itu akan berdampak bagi kemajuan bangsa. 

Terima kasih buat hari ini. Kesempatan yang Tuhan beri kembali untuk berbagi. Bagi calon-calon pembaharu negeri. Semoga sedikit motivasi, bisa menggerakkan setiap pribadi, untuk mau memberi diri. Giat berkarya bagi negeri, menjadi pegiat-pegiat literasi 

Sebagai penutup, saya kembali menyampaikan bahwa giat menulis tidak ada ruginya, yang ada adalah kita rugi kalau tidak mau menulis.  Semangat

Sigambal, 2 April 2022, pukul 23.47 WIB

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini