Rabu, 20 Oktober 2021

Penulisan Praktik Baik Pembelajaran Merdeka Belajar (WIT 2021)


Setelah hampir seminggu Pak Gurdes fokus dalam mendampingi putra kesayangannya Rido yang harus menjalani operasi ringan di telapak kakinya, kini Pak Gurdes memiliki kesempatan untuk kembali menuliskan kisahnya. Memang Pak Gurdes dalam beberapa hari ini memprioritaskan kesehatan putranya supaya segera pulih dan bisa beraktifitas seperti biasanya.

Kali ini Pak Gurdes mau berbagi ilmu yang diperolehnya dari program WIT 2021 yang sudah diikutinya sejak bulan Juli 2021 yang lalu. Setelah menjalani proses panjang akhirnya Pak Gurdes menjadi salah satu peserta yang dinyatakan lolos ke tahap 3 program WIT 2021 yakni "Penulisan Praktik Baik Pembelajaran Merdeka Belajar". Sebelumnya Pak Gurdes sudah melewati dua tahapan sesuai dengan kurikulum WIT 2021 berikut ini:


Pak Gurdes sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk mengikuti sampai tahap akhir WIT 2021. Bagaimana tidak bersyukur, dari 2000-an guru peserta yang mengikuti tahap 1, kini hanya tinggal 300-an peserta yang bertahan. Dan selanjutnya bagi guru yang 'tulisan praktik baiknya' lolos kurasi maka akan diberikan kesempatan menjadi pembicara pada Temu Pendidik Nusantara (TPN), wah semoga Pak Gurdes menjadi salah satu dari peserta yang beruntung ya... Amin.

Pak Gurdes akan membagikan ilmu yang didapatnya dari program "Penulisan Praktik Baik" yang diikutinya melalui aplikasi sekolah.mu. Sebelumnya kita harus pahami bahwa paktik baik adalah gambaran pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan secara nyata telah berhasil memberikan perubahan atau kebaikan dari pembelajaran-pembelajaran sebelumnya.

Adapun program "Penulisan Praktik Baik" ini memberikan pembekalan pada guru untuk mampu menuliskan praktik baik pembelajaran yang sudah terbukti efektif dan berhasil diimplementasikan. Mengapa dengan menulis? karena menulis merupakan salah satu cara yang efektif untuk berbagi pengalaman dan inspirasi dengan sesama rekan guru. 

Dengan kemampuan menuliskan praktik baik pembelajaran, diharapkan semakin banyak guru yang berbagi, semakin banyak guru yang mencoba praktik baik, semakin banyak guru yang berhasil, dan semakin banyak murid yang belajar dengan lebih baik.

Untuk memudahkan dalam menulis praktik baik, kita bisa menerapkan kerangka berpikir ATAP. Apa itu ATAP?

A  = Awal (Bagian yang menceritakan situasi awal pembelajaran, terkait tanggung jawab guru dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
T   = Tantangan (Bagian yang menceritakan tantangan, hambatan atau kesulitan yang dihadapi dalam mencapai tujuan pembelajaran).
A  = Aksi (Bagian yang menceritakan langkah-langkah atau strategi yang dilaksanakan pada pembelajaran demi mencapai tujuan pembelajaran).
P   = Perubahan (Bagian yang menceritakan pelajaran hasil refleksi dari pembelajaran, perubahan apa yang diperoleh setelah melakukan aksi)

Berikut ini salah satu contoh kerangka menulis praktik baik dengan menggunakan ATAP:


Kerangka berpikir ATAP yang sudah dibuat kemudian dikembangkan menjadi sebuah tulisan yang tersusun secara sistematis dan menarik untuk dibaca, dan tentunya harus sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). 
 
Dalam menulis praktik baik, ada beberapa miskonsepsi yang selama ini tertanam di benak guru, yakni:
1. Menulis hanyalah bagi orang yang berbakat. Padahal faktanya, menulis bisa dilakukan oleh siapa saja karena menulis adalah keterampilan yang bisa dilatih dan dikembangkan.

2. Menulis itu sekali dikerjakan langsung jadi. Padahal faktanya, menulis itu memerlukan proses dan perlu tahapan. Mulai dari memperoleh ide, mengembangkan ide, menulis draft, merevisi tulisan, editing sampai menerbitkan tulisan.

3. Menulis itu sangat sulit karena harus mengikuti ejaan yang benar. Padahal faktanya, yang terpenting dalam menulis adalah ide/gagasan. Soal ejaan adalah hal yang bisa dipelajari dan disempurnakan.

4. Menulis tidak ada kaitan dengan keterampilan bahasa lain. Padahal faktanya, menulis sangat terkait dengan ketrampilan bahasa lain seperti: membaca, berbicara dan mendengar (menyimak).

5. Profesi guru dan penulis tidak nyambung. Padahal faktanya, menulis sangat mendukung profesionalitas seorang guru. Dengan menulis guru bisa membagikan pengalaman pembelajaran yang dilakukannya. Justru guru yang berprestasi biasanya adalah guru yang suka menulis.

Guru Penulis adalah profesi yang sangat dibutuhkan bangsa kita saat ini. Guru harus terus belajar menulis karena dengan mahir menulis maka seorang guru akan semakin mampu memaksimalkan perannya sebagai guru. 

Seorang guru akan memberikan manfaat kepada orang lain ketika dia terbiasa berbagi akan hal-hal baik dan tentunya hal itu akan menginspirasi orang lain untuk turut serta mengetahui dan melakukan hal-hal baik tersebut. 

Mari terus belajar, mari terus menulis... menulis... dan menulis...  

Salam dari Pak Gurdes, Pak Guru Desa yang selalu semangat berkarya...

9 komentar:

  1. Selamat Pak Gurdes...
    Turut Bangga.
    Semoga Pak Gurdes LOLOS SAMPAI TAHAP AKHIR.

    BalasHapus
  2. Amin... Terima kasih Bu Tiwi..
    Semangat selalu juga buat Bu Gurdes Bali...

    BalasHapus
  3. Amin... Terima kasih Bu Tiwi..
    Semangat selalu juga buat Bu Gurdes Bali...

    BalasHapus
  4. Congratulation Tulang Pak Gurdes, ikut bangga dengan pencapaiannya. Semoga bisa lanjut ke tahapan selanjutnya. Ikut bangga Ooo 👍👍👍

    BalasHapus
  5. Mantap pak gurdes. It's inspirative 😇

    BalasHapus
  6. Salam bapak mantap sekali pak gurdes

    BalasHapus

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini