Kamis, 30 Desember 2021

Belajar dari gadis kecilku...

"Pa sudah kuundang teman-temanku untuk datang ke rumah besok jam tengah 5,'' itulah ucapan dari gadis kecilku di atas sepeda motor pada saat menjemput abangnya dari sekolah. Saya terkejut tetapi  mencoba tenang dan melanjutkan pertanyaan kepada putri semata wayangku itu.

"Untuk apa kakak mengundang teman-teman ke rumah kita besok?" tanyaku padanya. 

"Untuk merayakan ulang tahunku pa," katanya dengan polos. "Si Arta dan si Agnes tadi sudah kuundang waktu jumpa di sekolah Abang tadi," katanya lagi. Arta dan Agnes adalah temannya waktu TK yang sekarang sudah kelas 1 SD, satu sekolah dengan Abangnya. 

"Nanti tua Jo, Ka Jesika, Ka Regina, Bang Arta, Tulang Adit, Opung Danu, dan Ka Natalia kuundang juga," sambungnya. Memang tanggal 29 Desember 2021 adalah ulang tahunnya yang ke-6.

Aku terheran akan perkataan putri kesayanganku itu. Padahal seminggu sebelumnya kami sudah merencanakan untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-6 dengan mandi-mandi ke sungai bersama Opung Danu yang ulang tahunnya tepat satu hari sebelum ulang tahun putriku. 

Ternyata satu hari sebelum hari-H putriku yang bernama lengkap Novel Gohanni El Naibaho ini, sudah merencanakan sesuatu yang tidak pernah kami pikirkan sebelumnya.

"Tapi kita mau berenang kak?" tanyaku.

"Nggk usah pa, ulang tahunku dirayakan di rumah saja," katanya tanpa keraguan sedikit pun.

"Jadi makanan untuk kawan-kawanmu nanti apa kita buat?", tanyaku lagi

"Kita beli kue ulang tahun saja, baru mama masak mie. Kawan-kawanku juga tidak harus bawa kado, udah kubilang sama mereka," katanya lagi.

Sesampainya di rumah kusampaikan apa perbincangan kami dengan putriku kepada istriku. Istri pun terkejut dengan rencana dadakan yang disampaikan oleh Kakak El, putri kami. Kakak El pun langsung sibuk untuk mengundang teman-temannya yang ada di sekitar rumah kami.

Dan akhirnya jadilah ulang tahunnya yang ke-6 dirayakan sesuai dengan rencana Kakak El bersama orang-orang yang diundangnya sendiri. Hehehehe...

Ulang tahun yang penuh kesederhanaan tetapi penuh dengan pembelajaran bagi saya secara pribadi.






Saya tertegur mengapa saya tidak berani menyampaikan isi hati dan keinginan saya kepada Tuhan seperti yang dilakukan putriku kepada kami. 

Saya belajar bagaimana kepolosan seorang anak yang menyampaikan isi hatinya dengan penuh keyakinan bahwa orang tuanya akan mendukung dan memberikan apa yang dia minta.

Di dalam hati saya ditegur, terlalu sering saya takut dan tidak percaya ketika meminta kepada Bapa yang adalah Allah yang sangat mengasihi anak-anakNya.

Sudah seharusnya sebagai anak-Nya saya berani meminta dan percaya bahwa Tuhan akan mengabulkan apa yang saya minta.

Terima kasih Tuhan buat semua kebaikan-Mu. Terima kasih atas pembelajaran dari gadis kecilku, terima kasih buat jawaban doa-doa kami, secara khusus hari ini ketika hamba-Mu lolos seleksi tahap 1 Calon Guru Penggerak Angkatan 5.

Kayakinanku Tuhan pakai hamba-Nya untuk menjadi berkat melalui profesi yang kutekuni di dalam dunia Pendidikan. AMIN

Minggu, 05 Desember 2021

Beri Aku 1 Kata, Akan Kurangkai Menjadi Jutaan Kalimat

 


"Beri aku satu kata niscaya akan kurangkaikan jutaan kalimat tuk meyakinkan dunia tanpa berteriak." Membaca kalimat ini saya langsung tersentak. Sebuah kalimat yang luar biasa yang dituliskan oleh seorang gadis yang masih sangat muda. Masih berusia 13 tahun, yang saat ini duduk di kelas VIII SMPN Sadi, sebuah sekolah yang terletak di desa yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste.

Imakulata Inge Mali Tae. Membaca tulisannya saya langsung teringat akan sosok gadis yang jauh-jauh berangkat dari desanya ke kota hanya untuk mengikuti diklat menulis yang diselenggarakan oleh AGUPENA (Asosiasi Guru Penulis Indonesia).

Ya, memang AGUPENA Pusat pada tanggal 21 sampai 25 Oktober 2021 yang lalu mengadakan diklat menulis khusus pelajar, mulai dari murid SD sampai mahasiswa se-Indonesia, dan kebetulan saya dipercayakan sebagai Narasumber pembuka pada kegiatan tersebut dengan tema yang saya bawakan "Hidup untuk Berkarya".

Kembali kepada gadis kecil yang cerdas dan sangat berani di atas. Ketika mengikuti diklat saya ingat betul dia didampingi oleh Bapak Andrianus Leki, S.Pd yang merupakan guru bahasa Inggris di sekolahnya. Di akhir acara, Imakulata  memberanikan diri untuk mengajukan sebuah pertanyaan kepada saya. "Pak apa yang harus saya tulis?" ucapnya. Ketika itu saya pun menjawab "Apa saja bisa ditulis, tentang lingkungan sekolah, tentang guru atau cerita tentang teman-temanmu nak." Itulah jawaban saya ketika itu.

Luar biasa.... Ketika naskah tulisannya yang berjudul "Setapak Langkah Gapai Tujuan" sudah jadi dan sore ini saya baca untuk diperiksa sebelum buku antologi mereka naik cetak, saya sangat terharu dan bangga dengan tulisan gadis kecil ini. Tulisannya begitu energik, sangat memotivasi, walaupun dia berada di daerah yang sangat tertinggal dia punya semangat yang sangat tinggi untuk mencapai impiannya menjadi seorang penulis hebat.

Dalam tulisannya dia menceritakan bagaimana perjuangannya untuk mengikuti zoom ketika diklat AGUPENA dilaksanakan. Ketika ditanya gurunya bagaimana kesiapannya untuk mengikuti diklat, di menjawab "Saya punya HP Android Pak, tapi saya tidak punya pulsa." Hehehehe, begitu polos ucapannya saat itu, yang akhirnya Pak Leki meminjamkan laptopnya untuk digunakannya selama dilklat berlangsung.

Imakulata Inge Mali Tae

Berada dan hidup di daerah perbatasan dia tetap semangat. Walaupun sinyal tidak mendukung dia tetap berusaha. Mereka tinggal hanya 1 kilometer dari perbatasan Negara Timor Leste, bila sungai yang merupakan perbatasan kedua negara ini kering, katanya mereka bisa berjalan kaki ke luar negeri tanpa menggunakan paspor. Hahahaha....

Saya sangat termotivasi membaca tulisan gadis cantik ini. Gadis belia yang penuh semangat dan prestasi. Berkat semangatnya dalam belajar dan berkarya akhirnya dia pun pernah meraih juara 1 puisi tingkat Kabupaten. Hebat... Luar biasa... 

Pada bagian akhir tulisannya dia memberikan motivasi para pembaca untuk tetap semangat, khususnya bagi generasi muda yang menjadi tumpuan harapan bangsa. 

"Sebagai generasi penerus dari Sabang sampai Merauke, dari Dana sampai Miangas, walaupun kita berbeda-beda tapi tetap satu jua dalam semangat perjuangan demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maju terus  pantang  mundur.  Jadilah  generasi  tangguh  dan   ukirlah prestasi. Harumkan nama Indonesia." Demikian kutipan kalimat penutup pada naskah  Imakulata  di buku antologi "Generasi Emas AGUPENA" yang ditulis oleh 15 murid dari SD sampai Mahasiswa.

Semoga semua generasi bangsa yang menjadi generasi emas negara kita memiliki semangat dan kerja keras seperti yang dimiliki oleh Imakulata.

Semangat...

Salam Literasi... 


Oh ya Bapak/Ibu kalau bukunya nanti sudah terbit pastikan bukunya ada di genggaman Anda. Karena semua tulisan dari anak muda ini (4 siswa SD, 4 siswa SMP/MTs, 6 Siswa SMA/SMK/MA dan 1 Mahasiswa) pasti akan sangat menginspirasi Anda untuk semangat berkarya... Jangan lupa ya... Hehehehe

Sabtu, 04 Desember 2021

Guru Menulis... Untuk Apa?

 

Menulis... Sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita, apalagi bagi kita yang berprofesi sebagai guru. Guru (khususnya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia) pastilah mengajari muridnya menulis. Menulis di sini bukan hanya sekedar mencatat dari buku atau papan tulis, tetapi menuangkan apa yang ada di dalam pikirannya ke dalam bentuk tulisan.

Guru perlukah menulis? Sebuah pertanyaan yang tidak sulit untuk dijawab. Ketika itu ditanyakan kepada setiap guru, saya yakin mereka akan menjawab perlu, bahkan mungkin ada yang menjawab sangat perlu. Tetapi jawaban itu kemungkinan besar hanya akan terucap begitu saja, tanpa ada perenungan yang mendalam dan tindakan yang nyata untuk meresponi bagaimana perlunya guru menulis. Sehingga tidak ada upaya yang serius untuk belajar ataupun melatih diri untuk menulis.

"Saya tidak bisa menulis, menulis itu susah," merupakan jawaban umum yang disampaikan ketika ditantang untuk menulis. "Saya mau menulis, tetapi belum punya waktu karena saya sangat sibuk," juga jawaban sebagian besar guru ketika ditanya mengapa tidak mau menulis. Untuk apa menulis, menghabis-habiskan waktu saja," beberapa guru juga menjawab demikian ketika diajak untuk menulis.

Sekarang mari kita menanggapi judul tulisan ini. Untuk apa guru menulis? Sangat menarik untuk dibahas, dan bisa dipastikan akan banyak jawaban akan pertanyaan ini dari sudut pandang kita masing-masing. Karena memang kalau sesuatu aktivitas tidak kita tahu manfaatnya dengan jelas, maka tidak mungkin kita mau terlibat dan serius menekuninya.  

Saat ini saya akan mencoba menjabarkan apa saja manfaat menulis bagi guru dari pengalaman yang sudah saya alami. 

Pertama, menulis meningkatkan kompetensi guru. Sebagai seorang guru desa yang mengajar di daerah tertinggal saya dulunya adalah guru yang biasa-biasa saja. Biasa berangkat ke sekolah untuk menunaikan tugas, mengajar dan pulang ke rumah dengan hati lega. Karena sudah menyelesaikan tugas sehingga tidak merasa bersalah karena sudah digaji pemerintah setiap bulannya. Tetapi itu hanya rutinitas tanpa adanya keinginan untuk selalu memperlengkapi diri untuk lebih lagi.

Tetapi perubahan mulai saya alami ketika mulai terlibat dalam dunia menulis. Banyak mengenal guru dari berbagai daerah di negeri tercinta membuat mata saya 'terbuka'. Saya sadar akan ketertinggalan saya dari guru-guru lainnya. Bahkan semakin saya menekuni dunia menulis, semakin saya sadar bahwa pengetahuan saya sangat-sangatlah minim. 

Hal itu sangat memotivasi saya untuk giat dalam memperlengkapi diri supaya bisa menulis, memperlengkapi diri dalam menulis membuat saya juga semakin sadar untuk memperlengkapi diri dalam berbagai hal yang menyangkut profesi saya sebagai guru. Saya semakin sadar bahwa guru harus selalu memperlengkapi diri supaya bisa menjadi seorang guru yang benar-benar dinamakan guru.

Banyak menulis juga membuat saya banyak membaca. Menulis dan membaca adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, seperti dua sisi mata uang yang akan selalu berdampingan. Saya yang dulunya malas membaca berubah drastis setelah giat dalam menulis. Banyak membaca pastilah menambah wawasan dan pengetahun. Membaca adalah jalan untuk semakin mengetahui banyak hal, termasuk pengetahun-pengetahuan yang mendukung kita dalam melaksanakan tugas sebagai guru dengan baik.

Selain semakin giat dalam membaca, ketika terjun dalam dunia menulis saya semakin tertarik akan hal-hal baru. Pengetahuan atau ilmu baru adalah hal yang menyenangkan, membuat saya semakin termotivasi untuk mau membuka diri dan mempelajari apa yang selama ini asing dan tidak pernah tersentuh oleh pikiran saya.

Dari beberapa uraian yang saya sampaikan di atas, jelaslah bahwa menulis sangat mendukung dalam meningkatkan kompetensi seorang guru. Semangat menulis secara otomatis akan memantik semangat untuk memperlengkapi diri dalam bidang-bidang lainnya.

Kedua, meningkatkan rasa percaya diri guru. Dengan giat menulis rasa percaya diri saya semakin meningkat. Semakin hari saya semakin mampu mengaktualisasikan segala kemampuan yang saya miliki. Kehidupan saya semakin terorganisir, mungkin karena terbiasa dalam mengonsep tulisan, membuat kerangka sampai pada mengembangkan ide tulisan.

Kompetensi yang semakin meningkat pastilah meningkatkan rasa percaya diri. Semakin percaya diri dalam melaksanakan pembelajaran dan juga ketika bergaul dengan rekan sejawat. Seorang guru yang giat menulis adalah guru yang disenangi murid dan disegani rekannya.

Rasa percaya diri semakin ditempa karena semakin terbiasa berbagi tulisan. Semakin percaya dalam menuangkan dan membagikan ilmu, ide, pandangan dan pengalaman dalam tulisannya. Hal itu sangat-sangat membentuk diri guru penulis menjadi sosok yang penuh dengan keyakinan. Guru yang giat menulis akan fokus untuk menghasilkan karya, tidak lagi memikirkan apa kata orang tentang dirinya dan tulisannya.

Ketiga, membentuk guru menjadi guru yang menginspirasi. Saya pernah membaca tulisan yang kira-kira intinya sebagai berikut: guru yang biasa adalah guru yang pandai berceramah, guru yang baik adalah yang bisa menjabarkan materi dengan baik, guru yang superior adalah guru dapat mendemonstrasikan materi dengan baik, dan guru yang luar biasa adalah guru yang dapat menginspirasi oang-orang di sekitaranya.

Dari uraian tersebut jelaslah guru diharapkan bukan hanya pintar berkata-kata tetapi tidak melakukan apa yang dikatakannya. Guru yang benar-benar guru adalah guru yang menginspirasi melalui tindakan nyata dalam kesehariannya. Adanya kesesuaian tindakan dan perbuatan.

Ketika seorang guru mengharapkan muridnya untuk belajar sepanjang hayat, seharusnya guru tersebut juga melakukannya. Guru yang menjadi pembelajar sepanjang hidupnya. Seorang guru yang terus giat menulis menjadi indikator bahwa guru tersebut mau terus belajar dan berkarya selama hidupnya.

Seorang guru sudah seharusnya terus meningkatkan kompetensinya, khususnya dalam menulis. Hal tersebut sejalan dengan harapan pemerintah supaya guru giat dalam dunia menulis, apalagi seorang guru PNS yang diharapkan menghasilkan karya tulis dalam memenuhi syarat kenaikan pangkatnya.

Seorang guru PNS diharapkan mampu menuliskan beberapa karya seperti artikel ilmiah, jurnal, buku, tulisan ilmiah populer, best practice, dan bentuk karya lainnya. Dengan demikian seorang guru yang benar-benar guru sebenarnya tidak akan pernah jauh dari dunia kepenulisan, terkecuali guru tersebut lebih memilih jalan pintas untuk memuluskan proses kenaikan pangkatnya.

Selain itu guru menulis untuk bisa berbagi praktik baik yang sudah dilakukannya. Hal ini saya dapatkan ketika mengikuti program Wardah Inspiring Teacher (WIT) 2021, ajang apresiasi bagi guru-guru inspiratif indonesia. Salah satu ilmu yang saya dapat ketika itu bahwa seorang guru harus terbiasa menulis praktik baik yang sudah dilakukannya supaya bisa diketahui dan ditiru oleh guru-guru lainnya.   

Memang sangat sulit menjadi seorang guru yang benar-benar guru, dengan berbagai tuntutan yang harus diperankannya. Tetapi itulah mulianya seorang guru yang segala tingkah dan langkahnya akan menjadi model bagi orang-orang di sekitarnya.

Untuk apa guru menulis? Untuk memenuhi panggilannya sebagai guru yang sesungguhnya. Guru yang selalu ingin meningkatkan kompetensinya, guru yang semakin hari semakin meningkatkan percaya dirinya dalam melakukannya perannya sebagai guru, dan tentunya untuk menjadi guru yang menginspirasi karena telah menjadi sosok guru yang ditiru dan digugu.

Masihkan guru malas untuk menulis? Semoga tulisan ini bisa menjadi sumber motivasi supaya kita senantiasa giat dalam menulis. Semangat

Rabu, 01 Desember 2021

1 Desember, Tanggal yang Sangat Spesial

 

Hari ini merupakan hari yang sangat istimewa. Hari yang akan selalu kami kenang karena merupakan hari yang sangat bersejarah bagi keluarga kecilku. 

Memang beberapa hari sebelum tanggal 1 Desember 2021 (hari ini), tepatnya mulai 5 hari yang lalu Abang Noel sudah menghitung mundur  dan sudah sangat menanti-nantikan hari ini. Hal itu dikarenakan hari ini adalah hari kelahiran Abang Noel, anak sulungku yang saat ini tepat berusia 9 tahun.

Noel lahir di kota Medan pada tanggal 1 Desember 2012. Mengingatnya lahir ke dunia ini kembali mengingatkanku akan jerih lelah istri yang kusayangi dalam memerjuangkannya, mulai dari kandungan sampai akhirnya Noel hadir ke dunia ini. 

Ketika dia berusia 7 bulan di dalam kandungan (awal November 2012), ada musibah yang tidak akan pernah kami lupakan. Pada saat itu istri yang sedang beraktivitas di rumah merasakan ada cairan putih yang tiba-tiba mengalir dari rahimnya. 

Akhirnya kami ke puskesmas terdekat, kami disarankan untuk segera periksa ke dokter spesialis kandungan. Kami pun segera mencari dokter spesialis, dan memutuskan periksa ke Klinik Bunda Natama, dan berjumpa dengan dokter yang sangat ramah, dr. Mangatas Silaen, Sp.OG. 

Dengan tenang beliau memeriksa kandungan istri saat itu. Beliau menjelaskan bahwa air ketuban dari kandungan istriku bocor, sehingga akan mengakibatkan berkurangnya air ketuban yang ada di dalam rahim istriku. Kalaupun bayinya mau dilahirkan saat itu  tidak memungkinkan, karena masih terlalu kecil, timbangannya hanya 1,4 kg. Sangat rentan sekali dan dipastikan akan sulit untuk bertahan hidup.

"Kalau pun mau dioperasi kita harapkan bayinya besar dulu, paling tidak sampai 2,5 kg," begitulah saran dokter kala itu. Dia menyarankan supaya istri istirahat total supaya bayi bisa bertambah besar dan bisa selamat ketika dilahirkan. Beliau pun memberikan obat, "Setidaknya ini bisa mengurangi cairan air ketuban yang keluar," pesan beliau ketika itu. 

Kami pun pulang dengan hati yang campur aduk. Anak pertama yang kami nantikan harus menjalani masa-masa sulit di dalam kandungan. Istri pun akhirnya memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai guru dan sepenuhnya beristirahat. Istri lebih banyak berbaring di tempat tidur. Adapun pekerjaan rumah ketika itu, kami dibantu oleh mertua (lebih tepatnya adik perempuan dari ibu mertuaku).

Setiap pulang dari mengajar, saya tidak pernah lupa membawa sebuah kelapa muda utuh untuk istriku. Pada saat itu memang istri disarankan untuk rutin minum air kelapa muda, katanya untuk mengganti cairan ketuban yang terus merembes. 

Perjuangan istriku memang luar biasa, dia harus banyak berbaring demi buah hati kami. Ketika dia berdiri, entah ke kamar mandi atau ada sesuatu yang perlu dilakukannya, maka air ketubannya akan langsung keluar. Karena itulah kami sangat menjaga supaya istriku tidak banyak melakukan aktivitas yang membuatnya berdiri. Makan dan minum pun istri harus berbaring di tempat tidurnya.

Pada tanggal 1 Desember 2021, sekitar jam 3 sore istri ke kamar mandi dan merasakan ada darah yang keluar. Dia menjerit, dan aku langsung berlari menemuinya. Istri merasakan ada yang aneh dengan perutnya. Kami pun memutuskan langsung ke tempat praktik Dr. Mangatas, sampai di sana istri langsung dibaringkan di tempat tidur dan diperiksa.

Ketika itu istri sangat takut, hal itu membuat tensinya naik. Mungkin karena kakuatiran yang begitu besar dan juga merupakan pengalaman pertama dia mengalaminya. Ditambah lagi lampu sempat padam yang membuat suasana semakin menegangkan.

Dokter akhirnya datang setelah beberapa jam kami tunggu. Dokter mengatakan akan melakukan operasi karena air ketuban sudah pecah. Kami semakin was-was dan sangat takut.

Malam harinya, akhirnya operasi dilaksanakan. Syukur kepada Tuhan, anak kami lahir dengan selamat walaupun dengan badan yang sangat mungil, berat badannya hanya 2,6 kg. Perjuangan istri sebulan penuh istirahat dengan total akhirnya bisa meningkatkan barat badan bayi kami sekitar 1,2 kg. Kami sangat senang, akhirnya Tuhan berkenan menitipkan seorang anak laki-laki bagi keluarga kami.

Noel Wanrido Naibaho. Itulah bayi yang lahir 9 tahun yang lalu dengan penuh perjuangan. Perjuangan yang begitu melelahkan. Noel artinya pria pembawa terang, atau Noel juga bisa diartikan Natal (kelahiran Juru Selamat), sedangkan Wanrido sebenarnya berasal dari kata One -dibaca wan- (satu) dan Rido (iklas, suka). 

Kami sangat menyakini anak kami tersebut lahir atas dasar rido dari Allah, dia adalah sebuah berkat yang luar biasa. Dengan harapan anak kami ini kelak menjadi pembawa damai dimana pun dia berada. Noel Wanrido Naibaho. Sebuah nama yang indah yang penuh dengan kenangan akan perjuangannya datang ke dunia.

Sembilan tahun sudah kita hidup bersama di keluarga kecil ini. Semoga kamu bertumbuh dengan sempurna dan kelak apa yang menjadi doa dari kami orangtuamu bisa terwujud. Terima kasih Tuhan atas berkat-Mu buat anak kami, atas kebaikan-Mu dia bisa menikmati usianya yang ke-9 pada hari ini.  

Tanggal 1 Desember tidak akan pernah kami lupakan. Tanggal yang akan menjadi kenangan bersejarah bagi keluarga kami. Bahkan momen hari ini akan semakin membuat kami tidak akan melupakan tanggal 1 Desember. Hari ini Tuhan mengizinkan kami untuk memulai sebuah usaha dalam bidang penerbitan buku.

Tanggal 1 Desember adalah tanggal lahirnya usaha baru kami. Akta Notaris yang saya urus akhirnya terbit, hari ini kami memulai petualangan baru dalam dunia penerbitan buku. 

Membantu masyarakat yang ingin menghasilkan karya buku itulah tujuan utama kami, dan tentunya usaha penerbitan buku ini adalah jalan bagiku untuk lebih lagi memberikan kontribusi dalam dunia kepenulisan di negeri tercinta.

Terima kasih bunda Lilis yang selalu membukakan hal-hal baru bagi kami, buat semua inspirasi dan motivasi yang tak henti-hentinya bunda tularkan. Berkat dorongan dan semangat dari sosok inspirator, akhirnya saya bisa melangkah dan banyak berkarya dalam dunia literasi.  

Sangat bersyukur juga berkenalan dengan Pak Misbah yang sangat baik hati. Walaupun baru pertama bertegur sapa lewat telepon, sudah langsung menganggap kami seperti saudara sendiri. Sosok yang dengan tulus membimbing bahkan membantu dalam doa, daya dan dana sehingga mimpi kami memiliki penerbit akhirnya terkabul.

Terima kasih Tuhan... 

Terima kasih buat kenangan dan juga buat orang-orang hebat yang Tuhan kirimkan.

Tanggal 1 Desember, kami tidak akan melupakanmu...

Senin, 29 November 2021

Menulis itu mudah...


Untuk menjadi penulis, yang dibutuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktekkannya, orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah melakukannya maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya. (Stephen King)

Menulis adalah suatu keterampilan. Semakin sering dilatih pasti akan mebuahkan hasil. Sebab proses tidak akan pernah mengkhianati hasil. Seorang yang sungguh-sungguh belajar dan terus belajar pasti akan mampu menulis. 

Walaupun memang lamanya proses belajar tidak bisa disamaratakan bagi semua orang, tetapi hal itu tidak boleh menjadi penghalang bagi kita untuk terus memaksimalkan diri dalam berlatih.

Sebenarnya bagi seorang guru, menulis bukan hal yang sulit untuk dipelajari. Kehidupan guru sudah melekat dengan dunia menulis. Menyusun RPP, soal, modul, sampai deskripsi penilaian murid. Bahkan guru juga sebenarnya sudah mempraktekkan pola yang sama dengan pola menulis di dalam kelasnya. 

Setiap hari guru mengajar pastilah sudah menerapkan 3 pola sederhana dalam pembelajaran. Yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.

Apalagi bila guru tersebut sudah terbiasa berkhotbah (ceramah). Menurut pengalaman saya polanya juga sama, pasti ada pendahuluan, inti dan penutup. Dengan melakukan 3 tahapan ini dengan baik, maka apa yang diharapkan oleh si penceramah akan bisa tersampaikan dengan baik.

Sehingga pola dalam menulis, mengajar dan berkhotbah adalah sama. Ada bagian pembuka, inti dan penutup. Mari kita bahas satu persatu. 

Pertama, pendahuluan. Pendahuluan adalah bagian yang sangat penting dan sangat menentukan apakah pembaca mau membaca tulisan kita sampai akhir.

Dengan pendahuluan yang 'menggoda' pastilah pembaca akan tertarik untuk membaca tulisan kita, tetapi kalau pendahuluaannya saja sudah kurang menarik, maka bisa dipastikan pembaca akan mengakhiri dan memutuskan untuk tidak melanjutkan membaca tulisan tersebut.

Sama seperti seorang guru yang masuk ke dalam kelas. Kegiatan pendahuluan harus betul-betul dipersiapkan dengan baik. Hal ini bertujuan untuk menarik minat murid untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.

Dalam pendahuluan guru bisa menggunakan berbagai media, misalnya gambar, video, lagu atau alat peraga lainnya yang sangat mempengaruhi keseriusan murid dalam mengikuti pembelajaran.

Seorang pengkhotbah juga akan selalu berusaha menarik perhatian para pedengar dengan kalimat pembuka yang menarik sebelum masuk ke inti ceramah. Harapannya sama, supaya semua orang antusias dan mau mendengarkan ceramahnya sampai akhir.

Demikian juga di dalam menulis, bagian pembuka memiliki peran yang sangat vital. Untuk menarik perhatian pembaca, bagian pembuka bisa dimulai dengan beberapa kalimat yang menarik. Misalnya sebuah kutipan dari tokoh, kalimat tanya yang memancing rasa penasaran pembaca atau sebuah narasi menarik mengenai topik yang akan dibahas. 

Dengan harapan bagian pembuka ini merupakan 'jembatan' yang baik untuk menghatarkan pembacanya masuk ke bagian inti tulisan. 

Bagian pembuka sebaiknya tidak terlalu panjang, supaya tidak menjadi hal yang membosankan bagi pembaca. Terdiri dari satu paragraf yang disusun beberapa kalimat saja, karena tujuannya hanya untuk menghantarkan pembaca ke bagian inti tulisan.

Kedua, inti (isi) tulisan. Isi tulisan harus mengandung suatu pembahasan yang 'menawan'. Pada bagian inilah penulis harus menjabarkan dengan jelas mengenai topik yang dibahas. 

Sama seperi dalam proses pembelajaran. Seorang guru akan berusaha menggunakan berbagai metode pada kegiatan inti. Pada bagian ini diharapkan murid akan mendapatkan informasi dan pengetahun baru yang berguna dalam kehidupannya. 

Seorang pengkhotbah pun akan berusaha maksimal dalam menjabarkan khotbahnya  pada bagian inti. Bisa dengan menggali berbagai informasi dari setiap ayat, juga menghubungkannya dengan ayat-ayat lainnya, dan tentunya mengaitkannya dalam konteks kehidupan pada jemaatnya.

Demikian juga dalam isi tulisan, diharapkan ada pemarapan yang jelas, sistematis, argumentatif dan sangat baik bila dilengkapi dengan data-data yang valid.

Bagian yang ketiga adalah penutup. Bagian ini juga tidak kalah penting dari dua bagian sebelumnya. Penutup yang baik akan mengakhiri tulisan dengan baik juga. 

Pada akhir pembelajaran, seorang guru juga akan berusaha mengakhiri pembelajaran dengan baik. Bisa berupa kesimpulan dan refleksi bersama. Hal yang sama juga dengan pengkhotbah, pengkhotbah akan selalu berusaha mengakhiri khotbahnya dengan penutup yang menggugah. 

Kalimat penutup bertujuan supaya para jemaatnya mau mengikuti dan melakukan hal-hal yang sudah dijabarkan dalam bagian inti khotbahnya. 

Sebuah tulisan yang baik sebaiknya memuat kalimat penutup yang memuat kesimpulan, atau bila perlu juga bisa memuat saran. 

Sangat perlu juga kalimat penutup disajikan dengan gaya pamit, dengan diksi yang dibuat maka pembaca tahu bahwa tulisan tersebut akan berakhir. Misalnya dengan menggunakan kata: demikianlah, alhasil, sebagai kesimpulan dan lain sebagainya.

Dari pemaparan di atas, sangat jelas adanya pola yang sama dalam menulis, mengajar di kelas dan berkhotbah. Sama-sama terdiri dari bagian pembuka, inti dan penutup. 

Dengan memilah dan menyusun setiap bagian dengan tepat dalam sebuah tulisan, akan sangat mempengaruhi kualitas tulisan yang dihasilkan. Tulisan tersebut akan tertata dengan baik, terarah dan tentunya akan sangat dinikmati oleh para pembacanya.

Cukup sekian dulu tulisan Pak Gurdes malam ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua... 

Ayo Menulis... Semangat...

Rabu, 24 November 2021

Mengedit Tulisan...


Mengedit tulisan sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi Pak Gurdes. Dalam mengedit diperlukan kesabaran untuk membaca semua naskah dari penulis, mulai dari judul sampai profil penulis tidak bisa terlewatkan satu kata pun.

Banyak manfaat yang didapatnya dari mengedit naskah sebelum diterbitkan. Setidaknya sebelum sampai kepada pembaca, Pak Gurdes adalah orang pertama yang sudah tahu apa isi buku yang akan diterbitkan tersebut. Sehingga pengetahuan, pengalaman atau pesan yang mau disampaikan penulis sudah terlebih dahulu didapatnya.

Adapun tujuan dalam mengedit tulisan supaya pesan yang mau disampaikan mudah dipahami para pembaca, diharapkan tidak ada pengulangan-pengulangan kalimat yang bisa membuat pembaca bosan, tidak ada pertentangan artar kalimat dan tentunya penulisannya harus sesuai dengan ejaan atau aturan kepenulisan yang ada.

Beberapa hal yang perlu dalam penulisan adalah pembagian paragraf harus jelas. Dalam satu kalimat jangan terlalu panjang dan bertele-tele sehingga membingungkan pembaca. Penulisan tanda baca juga perlu diperhatikan, harus sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan.

Dalam menulis memang harus ada aturan kepenulisan. Misalnya kata yang dituliskan harus baku. Seperti tadi ketika Pak Gurdes mengedit tulisan menemukan kata bhakti seharusnya bakti, aktifitas seharusnya aktivitas. Itu hanya beberapa contoh dari beberapa kata yang sering salah di dalam menuliskannya. Dari mana kita cek kata baku tersebut, biasanya Pak Gurdes tinggal mengeceknya di KBBI online.

Bila kata tersebut tidak baku atau merupakan kata asing maka harus ditulis dalam huruf miring, dan sangat perlu memberikan pengertiannya supaya pembaca paham artinya, apalagi kalau kata tersebut masih sangat asing atau jarang didengar.

Hal yang sering salah juga adalah penulisan awalan di atau ke. Di dan ke ketika berfungsi sebagai kata depan (penunjukan kata tempat dan waktu) harus diberi jarak dengan kata selanjutnya, misalnya di rumah, ke pasar, di hari. Tidak tepat bila dituliskan dengan menggabungkannya dengan kata selanjutnya, misalnya dirumah, kepasar, dihari. Bila tidak menunjukkan kata tempat atau waktu maka penulisannya digabung misalnya dijaga, diamati, kebesaran, keindahan.

Hal yang sering salah juga dalam menuliskan tanda baca pada kalimat langsung. Misalnya:
"Bagamanapun saya harus pergi sekarang", ucap Budi.
Seharusnya:
"Bagamanapun saya harus pergi sekarang," ucap Budi.
 
Oh ya, penulisan kata pun juga sering mengalami kesalahan.
Contohnya:
Merekapun pergi meninggalkan kami.
Seharusnya:
Mereka pun pergi meninggalkan kami.

Berikut ini adalah 12 kata hubung yang harus digabung dengan penulisan kata pun: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Selain kata di atas, kata pun di tulis secara terpisah dengan kata yang mengikutinya.

Sampai di sini dulu ya tulisan Pak Gurdes. Soalnya masih banyak tulisan yang masih antri untuk dibaca dan diedit...

Semangat...
Salam Literasi...

Selasa, 23 November 2021

Ikatlah Ilmu dengan Menulis...

Menulis adalah tingkat literasi yang tertinggi setelah berbicara, mendengar dan membaca. Ketika seseorang menulis, berarti sedang menuangkan sesuatu (baik itu ide, pengetahuan, pengalaman, kritikan atau hal lainnya) dalam bentuk tulisan.

Banyak orang mengatakan menulis itu sulit, tetapi ketika sudah terbiasa dan sudah menjadi aktivitas sehari-hari bisa dipastikan kegiatan menulis bukanlah hal yang sulit. Melatih diri dengan menulis setiap hari adalah salah satu cara ampuh untuk terampil dalam menulis.

Menulis adalah keterampilan. Seperti yang dikatakan oleh Bambang Trim bahwa, "Keterampilan menulis bukan lahir karena bakat, tetapi karena diciptakan".  Ersis Warmansyah dalam bukunya yang berjudul “Guru Juga Bisa Menulis” juga mengatakan, "Semua manusia bisa menulis, karena otak manusia selalu menulis, dalam sehari semalam otak manusia mampu menghasilkan 60.000 sampai 65.000 tulisan". Luar biasa bukan?

Bapak Dr. Ngainun Naim yang merupakan pegiat literasi yang sangat aktif dalam menulis pernah berkata bahwa, "Pada dasarnya semua orang bisa menulis. Tetapi  tergantung kita mau atau tidak mengembangkan keterampilan tersebut". Beliau menjelaskan bahwa pada dasarnya kita sudah terbiasa dalam menulis, yakni ketika kita membalas pesan dan memberikan komentar di media sosial.

Bapak Akbar Faisal, yang banyak berkecimpung dalam pelatihan kepemimpinan juga mengatakan, "Ketika kita sudah biasa ngomel dan bercerita itu menandakan bahwa saraf linguistik kita sudah bekerja, tinggal tugas kita adalah mengubah kebiasaan tersebut. Bila dulu informasi selalu keluar dari mulut mulailah melatih supaya informasi tersebut disampaikan melalui tulisan." 

Segala sesuatu perlu latihan, termasuk menulis. Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Hal ini sejalan dengan pesan yang ingin disampaikan Bapak Akbar Zainudin dalam bukunya yang bejudul "Man Jadda Wajada". Tidak ada keberhasilan tanpa adanya perjuangan yang sungguh-sungguh. Karena proses tidak akan pernah mengkhianati hasil.

Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Ketika sebuah tulisan dihasilkan, karya tersebut akan tetap abadi dan pasti akan memberikan pengaruh kepada setiap orang yang membacanya. Walaupun mungkin penulisnya tidak pernah berjumpa secara langsung dengan pembaca karyanya, tetapi tulisannya  bisa memberikan dampak yang bermanfaat.

Ikatlah ilmu dengan menulis. Ketika ilmu sudah ditulis, apalagi diterbitkan maka ilmu tersebut akan terdokumentasi dengan baik. Ilmu tersebut akan tetap bertahan, tidak akan hilang ditelan zaman. Bahkan ketika penulisnya telah tiada pun, ilmu teresebut akan tetap hidup dan menjadi sumber rujukan.

Setiap ilmu harus dituliskan, supaya bisa dibaca dan diketahui banyak orang. Hal itu tentunya bisa menjadi ladang kebaikan buat penulisnya. Seperti Sayyid Quthb pernah berkata bahwa, "Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala." Dengan giat menulis maka akan semakin banyak pengaruh yang akan kita berikan kepada orang lain.

Ayo menulis... 

Ikatlah ilmumu dalam tulisan...

Senin, 22 November 2021

Resume pilihan pada pelatihan menulis IKAPEL

 

Pak Gurdes hampir lupa untuk mengumumkan 2 resume pilihan ketika tampil dalam pelatihan menulis IKAPEL Sabtu lalu. Memang hari ini cukup melelahkan baginya, pulang dari sekolah dia langsung sibuk mengurusi grup WA yang baru dibuatnya tadi pagi. 

Grup WA tersebut memang sengaja dibuatnya tadi pagi khusus bagi alumni WIT 2021 yang ingin menulis. Hebatnya Pak Gurdes mengundang para guru inspiratif tersebut dari atas sepeda motornya.

Kok bisa? Memang ketika berangkat menuju sekolah, baru 5 menit melaju Pak Gurdes tiba-tiba menghentikan sepeda motornya. Bukan karena ada yang ketinggalan, tetapi dia teringat belum membuat grup WA buku antologi peserta WIT 2021.

Dia segera menepikan sepeda motornya, meraih HP-nya dan mengotak-atiknya. Memang Pak Gurdes kalau teringat sesuatu selalu berusaha langsung melakukannya, supaya tidak lupa dan menjadi terbengkalai.

"Buku Antologi WIT 2021" itulah judul grup yang dibuatnya. Bu Felipina dari NTT adalah guru pertama yang diundangnya. Segera Pak Gurdes mengirimkan link grup tersebut ke grup WIT dimana Pak Gurdes dan teman-temannya selama ini mendapat arahan terkait WIT 2021.

Dia pun segera melaju sepeda motornya. Setengah jam berselang dia kemudian menepikan kembali sepeda motornya. HP-nya berbunyi, sepertinya ada banyak pesan yang masuk. Pak Gurdes terkejut, ternyata sudah 50-an guru yang bergabung di grup yang dibuatnya, dia pun menyempatkan diri untuk meladeni pertanyaan-pertanyaan mengenai grup yang baru dibentuknya.

"Kok tiba-tiba banyak yang ikut ya?" Pak Gurdes heran dibarengi rasa senang. Dia membayangkan sebelumnya bahwa yang bersedia menulis paling sekitar 30-an guru. Ternyata jumlah guru yang mau ikut menulis bertambah terus. Bahkan pelatih dan pemandu WIT 2021 juga meminta untuk bergabung bersama Pak Gurdes.

Luar biasanya sampai pada saat Pak Gurdes mengetik tulisan ini sudah ada 140 guru inspiratif se-Indonesia yang bergabung. Mereka bersedia terlibat dalam penulisan buku dengan tema "Menjadi Guru Inspiratif, Memberi Inspirasi untuk Negeri."
 
Pak Gurdes pun harus bekerja keras. Menyusun kriteria penulisan, deadline sampai menghubungi teman-teman yang bisa diajaknya untuk mengeditori buku yang diperkirakannya akan ada 10 judul.

Tapi di tengah keletihannya, Pak Gurdes sangat bersyukur. Ternyata banyak guru-guru yang mau diajaknya menulis, setidaknya itu menjadi ladang kesempatan baginya untuk berbagi kebaikan dan mengenal lebih banyak lagi guru-guru inspiratif di negeri tercinta...

Oh ya, sampai terlupa... Tujuan Pak Gurdes sebenarnya untuk mengumumkan resume pilihan pelatihan IKAPEL, kok jadi bercerita ya.. Hahahaha...

Selamat  buat "Ibu Dosen Marina Letara Nababan dari Tarutung dan Kak Nenny Wahyuni Tarigan dari Pangkalpinang. Sebenarnya Pak Gurdes bingung memilih 2 resume dari 12 yang ada, kalau bisa dia ingin memberikan apresiasi kepada semua peserta, hehehehe. 

Semoga saja di kesempatan lain Pak Gurdes akan mengirimkan karyanya kepada yang belum beruntung malam ini. Walaupun tidak terpilih tetap semangat ya Abang, Kakak dan teman-teman semua...

Semangat...
Tetaplah menulis setiap hari...

Sabtu, 20 November 2021

Manjadi bintang tamu "Talkshow" Pamaeran Karya WIT 2021

 https://www.youtube.com/watch?v=LOScs_sOKss&feature=youtu.be

Jangan lewatkan hari ini tanpa menulis...

 

"Menulislah setiap hari dan buktikanlah apa yang terjadi", sebuah kalimat yang selalu tertanam di dalam hati Pak Gurdes. Kalimat tersebut selalu disampaikan Bapak Wijaya Kusumah -akrab dipanggil Om Jay- ketika Pak Gurdes mengikuti pelatihan menulis online oleh PGRI pusat.

Masih sangat jelas dalam ingatan Pak Gurdes bagaimana Om Jay bercerita bahwa berkat menulis setiap hari dia mengalami banyak keajaiban-keajaiban. Mulai dari omset yang meningkat, dikenal banyak orang sampai mendapatkan kesempatan bertemu langsung dengan Bapak Presiden Joko Widodo. Hal itu beliau peroleh karena dinobatkan menjadi salah satu penulis yang teraktif di kompasiana.

Hari ini Pak Gurdes kembali berkesempatan untuk berbagi pengalamannya dalam menulis. Pelatihan menulis kali ini difasilitasi oleh Ikatan Alumni Pelayan (IKAPEL) UNIMED melalui bidang keahlian dan kerohanian.


Ketika pertama sekali dihubungi oleh Gora -pengurus IKAPEL yang mengurusi pelatihan- Pak Gurdes sangat senang. Hal itu karena Pak Gurdes serasa pulang kampung, hehehehe. Iya, memang sepuluh tahun lalu Pak Gurdes sudah terlibat dalam kegiatan-kegiatan di IKAPEL. Dia pernah menjadi pengurus bahkan menjabat sebagai ketua IKAPEL selama dua periode.

Berjumpa kembali dengan Bang Mardi, Kak Ira, Ira Munthe membuat Pak Gurdes merasa masih pengurus seperti satu dasawarsa lalu, hahahaha... Setidaknya ada kebahagiaan tersendiri baginya melihat semangat para alumni tetap "eksis" dalam melayani Tuhan.

Hari ini Pak Gurdes membagikan pengalamannya sejak memutuskan diri untuk terjun ke dalam dunia kepenulisan. Sekitar satu setengah tahun yang lalu, tepatnya pada bulan Juni 2020 Pak Gurdes memulai kehidupan yang baru. Kehidupan yang setiap hari dilaluinya dengan merangkai kata, kalimat, paragraf sampai pada karya nyata yang telah ada.

Pak Gurdes sadar bahwa menjadi seorang penulis harus dimulai dari niat, kemudian komitmen, dan disertai dengan kekonsistenan. Kalau tidak jangan harap bisa berhasil dalam dunia tulis-menulis.

Banyak hal yang sudah dirasakan oleh Pak Gurdes sejak terjun dalam dunia menulis. Sosok yang dulunya tidak suka menulis, lebih suka belajar angka dan rumus-rumus, tetapi akhirnya "bermetamorfosis" menjadi orang yang selalu terlibat dalam karya tulis.

Dari pertemuan yang dihadiri sekitar 30 orang peserta malam ini, Pak Gurdes sangat berharap akan lahirlah penulis-penulis yang tangguh dan ulet. Penulis yag tidak mudah menyerah, tetapi mau belajar dan berjuang sepenuh tenaga untuk bisa menghasilkan karya.

Harapannya setiap peserta bisa membagikan tulisannya di grup atau media sosialnya masing-masing. Itu adalah langkah awal yang sangat baik untuk melatih diri dalam menulis. Walaupun tulisan sederhana tetapi pasti bisa memberikan inspirasi bagi setiap pembacanya. Karena setiap tulisan pasti akan menemui takdirnya.

Pak Gurdes percaya ketika setiap hari kita menulis maka hal itu akan sangat berguna dalam melatih dan membentuk kita, sampai akhirnya nanti menulis bukan lagi hal yang menyulitkan bagi kita. 

Adapun hal yang terutama adalah dengan menulis kita bisa menyebarkan kebaikan-kebaikan, menularkan semangat dan menjadi sumber inspirasi bagi setiap pembaca. Dengan menulis kita bisa menjadi berkat bagi sesama.

"Jangan lewatkan hari ini tanpa menulis"  Semoga kalimat ini juga yang menjadi komitmen setiap peserta yang mengikuti pelatihan hari ini...

Semangat...
Jangan menyerah...
Pasti bisa...

Kamis, 18 November 2021

Bintang tamu pada acara "Talkshow" WIT 2021

 

Siang ini Pak Gurdes kembali mendapat kejutan. Kejutan apakah gerangan yang membuatnya serasa seperti orang penting? Adapun kejutan disampaikan oleh Bu Nelsa dari tim WIT 2021. Ibu yang sangat sibuk beberapa hari ini dalam mempersiapkan TPN VIII ini mengirimkan pesan yang membuat Pak Gurdes seakan terbang melayang ke awang-awang. Hehehe...

"Selamat siang Pak Sahat, semoga dalam keadaan sehat ya pak. Saya Nelsa dari tim WIT. Salam kenal pak. Saya izin melanjutkan koordinasi untuk persiapan Temu Inovasi yang sebelumnya sudah disampaikan oleh Bu Tien ya pak. Di dalam kegiatan Temu Inovasi nanti kita akan ngobrol-ngobrol tentang perjalanan Bapak selama WIT dan terkait media pembelajaran yang bapak ciptakan.  Untuk detail lebih lanjut mengenai sesinya, saya izin share TOR nya ya pak 🙏" Demikianlah isi pesan dari Bu Nelsa.

Memang Bu Tien Agustina tim WIT pernah menelepon Pak Gurdes, tetapi belum menyampaikan secara langsung bahwa Pak Gurdes akan tampil pada acara pameran karya. "Hanya bincang-bincang biasa saja Pak, untuk menanyakan bagaimana pengalaman Bapak selama mengikuti WIT 2021," itulah kalimat yang disampaikan Bu Tien ketika itu. Oh ya, Bu Tien kemarin juga menanyakan jalur masuk WIT kepada Pak Gurdes, apakah melalui kemendikbud atau mandiri. Tetapi tidak juga menyinggung acara pameran karya. 

Intinya Pak Gurdes diberikan kesempatan untuk tampil dalam sesi talk show pada acara Temu Inovasi dan Pameran Karya 2021" esok hari. Dengan mengusung tema Menjadi Guru Inovatif, Memberi Inspirasi untuk Negeri”. Wah... Pak Gurdes seakan tidak bisa berkata-kata ketika membaca namanya ada di jadwal kegiatan tersebut.


Pak Gurdes tidak menyangka menjadi salah satu yang terpilih dari ratusan guru finalis WIT 2021 untuk tampil di acara Temu Inovasi dan Pameran Karya 2021. Dia melihat Rundown acara hanya beberapa guru yang diberikan kesempatan untuk tampil pada kegiatan tersebut. "Apa spesialnya media yang saya buat ya?" pikir Pak Gurdes di dalam hatinya.

Memang Pak Gurdes awalnya merasa minder ketika melihat flyer para peserta dalam pameran karya. Banyak media yang keren-keren, canggih dan menarik. Sedangkan Pak Gurdes hanya membuat kartu bergambar hewan saja. Kartu yang digunakannya pada saat mengajar materi pengelompokan hewan Vertebrata.

Pak Gurdes sangat mensyukuri kesempatan yang diberikan kepadanya, setidaknya ada pengalaman baru baginya, yakni tampil secara langsung di hadapan para peserta TPN. Pak Gurdes akan diajak bincang-bincang mengenai pengalaman selama mengikuti WIT sampai media yang dibuatnya.

Sebenarnya jantung Pak Gurdes masih dag dig dug, membayangkan dia tampil yang disiarkan secara langsung melalui Streamyard dan Website Wardah Inspiring Teacher di https://inspiringteacher.wardahbeauty.com/.

Tapi Pak Gurdes berprinsip bahwa kesempatan tidak pernah datang dua kali. Kesempatan yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, apalagi hal itu nantinya bisa bermanfaat bagi orang banyak.

Pak Gurdes hanya bisa berdoa semoga TPN VIII berjalan dengan lancar. Secara khusus ketika dia tampil menjadi tamu pada "talk show" besok pukul 14.00 WIB. Juga ketika pak Gurdes akan berbagi praktik baik yang sudah dilakukannya pada hari Minggu pukul 09.00 WIB.



Ayo teman-teman, doakan Pak gurdes ya...

Mari ikuti TPN VIII
Yuk daftar!

Dapatkan twibbon ini melalui 
twb.nz/pembicaratpnviii
            
Lalu ikuti @twibboni
#pembicaratpnviii 
#twibbonize

Akhirnya Pak Gurdes jatuh lagi...

 


Setelah sekian lama tidak pernah terjatuh, akhirnya hari ini Pak Gurdes kembali terjatuh dari sepeda motornya. Kejadian pagi hari tadi akan menjadi kenangan buatnya, dia terjatuh dan tidak dapat mengendalikan sepeda motornya.

Memang sudah sangat lama Pak Gurdes tidak pernah merasakannya. Dia pernah mengalaminya pada tahun 2017 lalu, bulan berapa pastinya dia sudah lupa. Kejadian itu terjadi ketika dia pulang dari sekolah tepatnya di desa Pulo Liman. 

Ketika itu desa Pulo Liman belum diaspal. Jalannya masih tanah liat, kalau musim kemarau akan berabu sedang musim pengujan jalan itu sangat licin. Pada saat itu memang musim hujan, sehingga jalan banyak yang digenangi air. 

Pada saat Pak Gurdes mencoba melewati air yang tergenang tersebutlah tiba-tiba sepeda motornya oleng ke kiri. Hal itu karena di dalam air ternyata permukaan tanahnya tidak rata. Pak Gurdes tidak bisa lagi mengelak, dia hanya pasrah dan melepaskan sepeda motornya yang terjatuh. Dia pun ikut terjatuh. Tidak bisa dihindari ternyata tas yang berisi berkas-berkas termasuk SKP-nya terkena lumpur. Itulah kenangan yang tidak pernah bisa dilupakannya.

Kejadian hari ini hampir mirip dengan peristiwa 4 tahun yang lalu tersebut, hanya sekarang terjadi di jalan menuju desa Silaia Kampung Baru. Kejadian ini pun terjadi bukan ketika dia mau pulang tetapi di pagi hari ketika hendak menuju sekolahnya.

Sepanjang perjalanan memang Pak Gurdes memikirkan banyak hal, mulai dari kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya di sekolah sampai pada materi yang akan dibawakannya pada acara TPN VIII dan pelatihan menulis IKAPEL. Hal itu mungkin yang membuatnya tidak berhati-hati ketika melewati genangan air di jalan tersebut.

Sebenarnya jalan itu sudah biasa dilaluinya dan tidak terjadi apa-apa, cuma karena kondisi cuaca akhir-akhir ini sering hujan ditambah lagi gerimis yang menemani Pak Gurdes di sepanjang perjalanannya tadi pagi, membuat jalan menjadi licin dan genangan tersebut lebih dalam dari biasanya.

Ketika pak Gurdes melewati genangan air tersebut dia tidak terlalu khawatir. Dia melaju sepeda motornya dengan laju yang tidak terlalu kencang, tetapi tiba-tiba sepeda motornya oleng dan tidak bisa dikendalikan. Akhirnya dia dan sepeda motornya tergelincir dan roboh ke sebelah kanan. Untung saja kejadian tersebut tidak menyebabkan luka dan kerusakan pada sepeda motornya.

Dengan segera Pak Gurdes menegakkan kembali sepeda motornya, dia baru menyadari di dalam genangan air tersebut tertimbum banyak pasir yang menyebabkan roda sepeda motornya langsung tergelincir. Hal ini menjadi pelajaran yang sangat berharga baginya untuk lebih hati-hati lagi di kemudian hari. Dia pun melanjutkan perjalanannya.

Sebelum masuk ke pekarangan sekolah Pak Gurdes menepikan sepeda motornya di Mesjid yang tepat berada di depan sekolahnya. Di kamar mandi Mesjid itu dia  membersihkan sepatu dan celananya yang sudah berlumpur. 

Memasuki lingkungan sekolah Pak Gurdes tersenyum kepada murid-muridnya seolah tidak terjadi apa-apa. Celana dan sepatunya memang basah tetapi tidak lagi menunjukkan tanda-tanda baru jatuh. Memang pada saat itu gerimis masih belum reda yang menyebabkan semua pakain Pak Gurdes juga basah.

Dengan kondisi yang telah dialaminya hari ini, Pak Gurdes tetap semangat dalam menjalani dan melakukan tugas di sekolah yang dicintainya...

Senin, 15 November 2021

Lulus WIT 2021, menjadi Pembicara TPN VIII



Sebagai seorang guru di desa tertinggal, Pak Gurdes sangat-sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk mengikuti program Wardah Inspiring Teacher (WIT) 2021, sebagai wujud apresiasi bagi guru-guru inspirasi dari berbagai daerah di tanah air. 

Buah manis dari hasil perjuangan selama 4 bulan mengikuti WIT 2021 akhirnya dituainya. Pak Gurdes dinyatakan lulus WIT 2021. Bukan hanya lulus, Pak Gurdes juga diberikan kesempatan sebagai salah satu dari 1000 pembicara pada ajang Temu Pendidik Nusantara (TPN) VIII. Adapun kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 20 s.d. 21 November 2021. Wah... Pak Gurdes sungguh-sungguh terharu membaca pemberitahuan tersebut di emailnya.

Suatu hal yang tidak pernah ada dalam mimpi Pak Gurdes, seorang guru desa akan menjadi pembicara di hadapan 30.000 guru yang akan mengikuti TPN VIII. Pada kegiatan tersebut Pak Gurdes akan membagikan praktik baik yang sudah dilakukan di sekolahnya. Praktik baik yang tentunya dia lakukan berkat pembelajaran yang didapatnya selama mengikuti WIT 2021.


Setelah mengetahui dirinya lulus dan akan tampil pada TPN VIII, Pak Gurdes harus mempersiapkan diri untuk tampil maksimal pada kegiatan tersebut. Mulai dari mempersiapkan abstrak praktik baik sampai dengan PPT yang akan ditampilkannya. Bagaimanapun kesempatan yang indah ini harus benar-benar dimanfaatkan untuk berbagi. Setidaknya apa yang sudah dilakukan Pak Gurdes bisa menjadi inspirasi bagi guru-guru lainnya.

Berbicara mengenai WT 2021, jujur Pak Gurdes banyak mendapatkan pembelajaran. Banyak miskonsepsi yang akhirnya diluruskan setelah mengikuti WIT 2021. Hal itulah yang disampaikan Pak Gurdes ketika Bu Tien Agustina tim dari WIT menghubunginya. Pak Gurdes menyampaikan bahwa WIT 2021 memberikan pemahaman baru bagaimana seharusnya seorang guru melakukan perannya dengan sebenar-benarnya. 

Dari WIT 2021 Pak Gurdes memahami bahwa belajar harus berfokus pada murid, memahami kebutuhan murid dan melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid. Jadi mengajar bukan tentang bagaimana bagusnya media, bagaimana penguasaan dan hebatnya penyampaikan materi yang dilakukan guru, tetapi bagaimana kebutuhan siswa bisa terpenuhi dengan pembelajaran yang dilakukan.

Mengenai pengembangan kompetensi guru, Pak Gurdes juga diingatkan bahwa seorang guru seharusnya terus memperlengkapi diri, tidak pernah berbenti untuk belajar. Belajar bukan harus dari ahli atau tokoh pendidikan, tetapi belajar dari guru-guru yang telah secara nyata berhasil dalam melakukan praktik-praktik baik di dalam kelas.

Banyak hal lainnya didapatnya sehingga layaklah Pak Gurdes mengucapkan banyak terima kasih buat semua pihak yang telah mendukungnya dalam mengikuti WIT 2021 dari awal sampai akhir. 

Terima kasih buat WIT 2021, terima kasih buat Bapak/Ibu pembimbing, pelatih dan seluruh tim WIT 2021. 

Semoga ilmu yang Pak Gurdes dapatkan bisa diterapkannya di sekolah desa yang dia cintai...


Oh ya bagi Bapak/Ibu, mari ramekan TPN VIII.

Saya mengajak kita semua untuk ikut juga!

Yuk daftar!

Dapatkan twibbon ini melalui twb.nz/pembicaratpnviii
            
Lalu ikuti @twibboni
#pembicaratpnviii 
#twibbonize

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini