Selasa, 29 November 2022

Tetap fokus pada visi


Menikmati setiap aktivitas yang dilakukan, itulah kunci dari Pak Gurdes untuk bisa melalui setiap kegiatannya sehari-hari. Seperti hari-hari sebelumnya, Pak Gurdes selalu berusaha menggunakan waktu yang ada dengan baik dan tentunya bermanfaat.

Bangun jam 5 pagi, jam setengah tujuh sudah harus berangkat menuju tempat pengabdiannya yang berjarak 32 kilometer dari tempat tinggalnya. Walau belum semua jalan yang dilaluinya beraspal mulus, tetapi Pak Gurdes selalu bersyukur, karena setidaknya jalan tersebut sudah semakin baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Saju jam diperjalanan sepertinya sudah biasa baginya, bahkan tadi pagi Pak Gurdes tiba-tiba tersadar dia sudah berada di desa menuju sekolahnya, karena memang sepanjang perjalanan yang dihiasi oleh pepohonan sawit dia memikirkan apa-apa saja yang harus dilakukannya selama di sekolah dan beberapa tugas lainnya yang harus dituntaskannya.

Malam ini Pak Gurdes mencoba merefleksi aktivitasnya hari ini. Apa yang menjadi hal yang cukup menarik yang bisa dibagikan di grup ini. Apakah kegiatan upacara, proses pembelajaran atau ketika mengajar les di rumah setelah dia pulang sekolah? Oh, ternyata bukan. Pak Gurdes lebih tertarik untuk berbagi mengenai cerita ketika mengikuti pembelajaran online tadi, tepatnya ketika diskusi mengenai visi dalam pembelajaran ruang kolaborasi Pendidikan Guru Penggerak yang dia ikuti.

Di awali dengan cerita mati lampu di rumah, yang mengharuskan Pak Gurdes harus berangkat menuju kota Rantauprapat, rencana mau ke kota, rupanya di tengah perjalanan Pak Gurdes melihat Rumah Makan (RM) Tesalonika buka dan sunyi pengunjung. Dia pun berinisiatif menelpon pemilik RM -dia panggil kak Tesa- tersebut yang kebetulan satu gereja dengannya untuk meminta izin, dan kak Tesa yang kebetulan tidak di RM tapi di rumah pribadinya memberikan izin dengan senang hati.

Di RM inilah pak Gurdes mengikuti pembelajaran melalui dunia maya dengan teman-teman CGP Kabupaten Padang Lawas Utara. Visi, inilah yang mereka bahas tadi. Ketika ditanya menerima visi, jawaban dari peserta yang berjumlah 6 orang dalam pembelajaran tersebut hampir sama, yakni: visi adalah mimpi, pandangan jauh ke depan, yang menggerakkan kita untuk tetap semangat melakukan tugas di tempat kerja.

Seberapa penting visi? "Sangat-sangat penting" itulah jawaban Pak Gurdes ketika Pak Fasilitator menanyakannya. Menurut Pak Gurdes tanpa visi pekerjaan kita tidak akan terarah, tidak ada fokus yang menggerakkan kita untuk tetap semangat dalam bertugas dan mengabdi, karena visi seperti bahan bakar yang akan terus menggelorakan semangat untuk mengabdi dengan tulus dan sepenuh hati.

"Bagaimana gambaran murid yang diharapkan di sekolah yang menjadi pembeda bagi sekolah lain?" Pertanyaan yang tersebut disampaikan oleh Bapak Fasilitator pada sesi bagian akhir materi. Pak Gurdes meng-unmute mikroponnya dan menyatakan bahwa dia menggambarkan kelak murid-muridnya yang dibimbingnya memiliki karakter, disiplin dan akhlak yang baik. Karena menurutnya itulah yang mendasari keberhasilan anak-anaknya di kemudian hari. Dia ingin melihat semua murid-muridnya yang ada di desa tertinggal tersebut bisa memiliki pola pikir yang luas dan bisa melanjutkan pendidikan ke kota dan nantinya kembali untuk membangun daerah tersebut.

Sejenak Pak Gurdes sempat berhenti berbicara, dan penuh dengan haru mengatakan bahwa visi itulah yang terus membakar semangatnya untuk berjuang dan bertahan selama 8 tahun di sekolah desa tersebut. Walaupun satu demi satu teman sepengangka tannya sudah pindah dan meninggalkan sekolah itu, tetapi Pak Gurdes tidak akan goyah, dan akan tetap semangat berjuang dan mengabdi, karena di sanalah Pak Gurdes yakin Tuhan menuntunnya untuk berkarya demi bangsa Indonesia...

Semangat

Tetap fokus, dan memberi yang terbaik...

Adek El Bermain Pianika pada Latihan Natal

Pastilah semua orang tua bangga melihat anaknya tampil.

Saya juga demikian, saya sangat senang dan bangga atas keikutsertaan gadis kecilku pada persiapan Natal di sekolahnya.

Adek El yang masih kelas 1 SD, terpilih bersama dengan teman-temannya dari berbagai tingkatan kelas. Dia berada di barisan paling depan, meniup pianika dan memainkan jari-jari tangannya.
Walau badannya yang paling kecil dari semua yang tampil, tapi dia tetap semangat.
Semangat selalu boru hasian, semakin berkembanglah kiranya bakat dan talentamu...
Gbu



Berbagi pada Program Pelatihan Menulis IKAPEL

Berbagi...

Berbagi adalah hal yang sangat menyenangkan. Dengan berbagi akan memberikan manfaat, bukan hanya kepada orang yang dibagi tetapi juga bagi yang berbagi. Apalagi hal yang dibagikan tersebut bermanfaat bagi banyak orang.
Terima kasih buat IKAPEL, sudah memberikan kesempatan bagi saya untuk berbagi, semoga sedikit yang sudah saya sampaikan, bisa bermanfaat bagi semua yang mengikuti pertemuan malam ini.
Harapannya, apa yang menjadi target dari program ini tercapai, yakni menerbitkan sebuah buku yang berisikan kumpulan "Praktek Baik Pembelajaran dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka". Dan semoga kelak buku itu bisa menjadi sumber inspirasi.
Tetap semangat,
Tetap berbagi...




Senin, 07 November 2022

Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara


“Tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat." (Ki Hajar Dewantara)

Sebagai seorang guru yang sudah mengajar selama 15 tahun, ternyata masih banyak kekurangan yang perlu saya benahi dalam mendidik dan mengajar peserta didik. Saya banyak dievaluasi dan ditegur ketika mempelajari modul 1.1. dari Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 7. Yang mana modul ini membahas mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional, yang dikaitkan dengan pemikiran-pemikiran dari Bapak Ki Hajar Dewantara.

Sebelum mempelajari modul 1.1., dalam mengajar saya masih berpusat pada pikiran, kemauan, kehendak saya sendiri. Mempersiapkan dan menyampaikan materi dengan tujuan anak-anak bisa paham dan mendapatkan nilai yang baik (lulus KKM) ketika penilaian dilakukan.

Dalam belajar saya membuat sendiri aturan kelas selama pembelajaran, tidak ada kesepakatan kelas bersama dengan murid, baik itu mengenai disipilin memulai dan mengakhiri pembelajaran, pengerjaan dan pengumpulan tugas-tugas, penilaian, dan aturan-aturan lain di dalam kelas.

Saya juga berusaha sedemikian rupa agar semua materi dapat diajarkan kepada murid tanpa melihat karakteristik murid, tidak ada juga refleksi mengenai pembelajaran yang dilakukan, yang penting pada akhir semester semua materi tuntas dan segera membuat soal untuk Penilaian Akhir Semester (PAS) untuk diujikan ke anak-anak.

Dalam pembelajaran saya juga tidak mengakomodasi perbedaan yang dimiliki anak-anak. Saya berusaha supaya murid memahami semua materi dengan menggunakan cara pembelajaran yang sama, tidak memberikan kesempatan bagi murid untuk mengeksplorasi potensi dan minat yang berbeda pada masing-masing anak.

Saya juga belum mengaitkan pembelajaran dengan lingkungan murid berada, walaupun sudah memanfaatkan laboratorium sebagai tempat belajar, saya belum pernah membuat proyek pembelajaran yang sesuai dengan sosio-kultural di daerah murid tinggal.

Setelah mempelajari modul 1.1. pola pikir dan perilaku saya banyak berubah. Saya banyak mendapatkan pemahaman baru mengenai filosofis pendidikan dari pemikiran-pemikiran Bapak Ki Hajar Dewantara, hal tersebut menegur dan memperbaharui pola pikir dan perilaku saya sebagai guru.

Hal-hal yang diubah dalam diri saya antara lain: Bagaimana memandang murid. Saya semakin menyadari bahwa setiap murid memiliki kodrat masing-masing. Guru ibarat seorang petani yang bertugas menebar benih dan memeliharanya, tidak bisa mengubah jenis tanaman tersebut. Sehingga guru harus memahami karakteristik setiap murid, tidak memaksakan kehendak sendiri untuk dilakukan murid. Juga harus memberikan ruang bagi murid untuk mengeksplorasi potensi dan bakat yang ada pada dirinya.

Saya juga diingatkan untuk membuat kelas yang menyenangkan, sehingga murid merasa nyaman dan memiliki antusiasme untuk mengikuti pembelajaran. Karena menurut Bapak Ki Hajar Dewantara kelas adalah taman yang merupakan tempat yang memberikan rasa nyaman untuk belajar dan bermain bagi murid.

Belajar juga harus memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman. Hal ini juga mengingatkan saya supaya benar-benar memperhatikan bagaimana kondisi tempat tinggal murid berada, dan membuat strategi untuk menyesuaikan pembelajaran dengan sosio-kultural di daerah saya mengajar. Selain itu, saya juga diingatkan untuk mengajar sesuai dengan perkembangan zaman, dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dalam proses pembelajaran supaya murid mampu memiliki keterampilan Abad 21.

Hal lain yang menjadi pemahaman baru bagi saya adalah trilogi semboyan Pendidikan dari Ki Hajar Dewantara, yakni: Ing ngarso sung tulodho (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah membangun semangat, kemauan), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan). Seorang guru harus bisa menjadi contoh (melaui Tindakan dan perkataan), menjadi pemberi semangat dan dorongan bagi setiap murid. Dalam mendidik guru juga hendaknya menggunakan sistem among, artinya guru itu menjaga, membina dan mendidik anak  dengan penuh kasih sayang.

Ki Hajar Dewantara juga mengatakan bahwa “Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat”. Beliau memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Sehingga Pendidikan bukan hanya soal belajar untuk menjadikan murid pintar dan cerdas saja.

Budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Oleh sebab itu, Peran orang tua sebagai guru, penuntun dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.

Setelah mempelajari Modul 1.1., yang akan saya lakukan di kelas yang mencerminkan pemikiran Bapak Ki Hajar Dewantara adalah:

1. Menjadi role model di lingkungan sekolah dan masyarakat.

2. Belajar untuk memahami karakteristik setiap murid.

3. Membuat kesepakatan kelas berdasarkan kesepakatan bersama dengan murid.

4. Melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada murid. Pembelajaran yang menyenangkan dan memberi ruang bagi setiap murid untuk mengekplorasi dan mengembangkan bakat dan potensinya.

5. Menggunakan media pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan antusias murid dalam belajar.

6. Menggunakan Teknologi Informasi dalam proses pembelajaran.

7. Melakukan refleksi dalam pembelajaran.

8. Membuat proyek pembelajaran yang sesuai dengan sosio-kultural daerah tempat bertugas.

9. Menjalin komunikasi dengan orang tua murid dalam memperhatikan perkembangan pengetahuan dan budi pekerti murid.

Demikianlah Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara ini saya simpulkan, semoga saya mampu untuk menerapkannya. Terima kasih.

Tetap Semangat…

Tergerak… Bergerak… Menggerakkan…

Sabtu, 02 April 2022

Menulis, untuk apa?

 

Menulis bagi sebagian orang adalah hal yang tidak menarik, membosankan, dan sepertinya kegiatan ini adalah aktivitas orang yang kurang kerjaan. "Jangan hanya menulis saja kerjamu" Kalimat ini juga pernah sampai ke telinga saya, sebagai respon bahwa menulis sepertinya adalah hal yang tidak terlalu bermanfaat.

Pertanyaannya, apakah menulis benar-benar tidak bermanfaat? Atau menulis hanya kegiatan yang membuang-buang waktu saja? Saya bisa pastikan hal itu sangat-sangat salah. Justru kenyataanya, menulis memberikan manfaat yang begitu besar dalam meningkatkan berbagai kompetensi bahkan bisa mengubah hidup menjadi lebih kritis, terorganisir, dan semakin terarah. 

Berawal dari masa pandemi Covid-19, yang melanda dunia dan akhirnya sampai ke negara kita. Banyak waktu luang di rumah, berbagai aktivitas ke luar pun dibatasi. Akhirnya saya mencoba untuk bergabung dengan pelatihan kepenulisan yang diadakan secara online melalui WhatsApp Grup. Pelatihan itu diprakarsai oleh PGRI Pusat, dalam hal ini dikomandoi oleh Bapak Wijaya Kusumah yang akrab dipanggil Om Jay.

Awalnya saya tidak pandai dalam merangkai kata, mungkin karena latar belakang pendidikan saya adalah Fisika non kependidikan, jurusan yang banyak bergelut dengan angka-angka dan rumus, sangat jarang bersentuhan dengan pembelajaran berbahasa atau tulis-menulis. Tetapi melalui proses, akhirnya saya lama-kelamaan terbiasa, bahkan sampai sekarang menulis sepertinya sudah menjadi suatu kebutuhan.

Apakah menulis harus langsung sempurna? Tentu tidak, semua perlu proses. Ketika awal belajar menulis, saya hanya bisa menuliskan resume (ringkasan) pertemuan pelatihan dengan beberapa kalimat saja. Memang ketika itu kami "dipaksa" untuk menulis resume setiap mengikuti pelatihan yang dilakukan tiga kali dalam seminggu. Sampai akhirnya, pertemuan ke-20 bisa saya lalui, dan resume selama 20 kali pertemuan bersama pegiat-pegiat literasi Indonesia tersebut, akhirnya menjadi buku solo perdana saya.

"Saya malu karena tulisan saya kan jelek, tidak berkualitas, sangat kaku, tidak ada bagusnya" Beberapa hal ini adalah wajar bagi pemula, tetapi itu harus dibuang, karena itu bisa membuat kita akhirnya mundur, dan berhenti menulis. Semua pasti melalui proses, penulis hebat saat ini pastilah dulu juga mengalaminya, ketika dia mulai belajar menulis. Tetapi akhirnya mereka terus belajar, tidak menghiraukan respon negatif dan cibiran-cibiran yang bisa membuat nyali mereka ciut.

Kembali ke pertanyaan sekaligus judul di atas, menulis untuk apa?  Tentu saja untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas hidup orang yang menggelutinya. Saya yang dulunya banyak membuang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna, akhirnya berkat menulis semakin menyadari bahwa waktu hidup saya terbatas, saya harus menulis dan berbagi ilmu dan kebaikan sebanyak-banyaknya melalui tulisan-tulisan yang ada. Suatu saat kita akan tiada, tetapi tulisan akan tetap abadi, memberikan dampak bagi setiap pembacanya.

Tidak ada lagi waktu berleha-leha, tidak ada lagi waktu yang sia-sia. Semakin sibuk semakin bisa mengatur waktu sedemikian rupa. Itulah dampak yang sangat-sangat saya rasakan saat ini. Ditambah lagi dengan giat menulis, membuat wawasan semakin berkembang, hal ini karena kegiatan menulis memaksa untuk banyak membaca karya dari para penulis lainnya.

Lebih fokus untuk belajar menjadi berkat bagi orang lain. Ya, dengan aktif menulis, saya semakin manyadari bahwa hidup harus bisa berdampak dan memberikan manfaat bagi orang lain. Bukan lagi hanya memilirkan diri sendiri. Belajar terus berbagi dan saling memotivasi, dengan harapan semakin banyak orang yang bisa menghasilkan berbagai karya, yang tentunya itu akan berdampak bagi kemajuan bangsa. 

Terima kasih buat hari ini. Kesempatan yang Tuhan beri kembali untuk berbagi. Bagi calon-calon pembaharu negeri. Semoga sedikit motivasi, bisa menggerakkan setiap pribadi, untuk mau memberi diri. Giat berkarya bagi negeri, menjadi pegiat-pegiat literasi 

Sebagai penutup, saya kembali menyampaikan bahwa giat menulis tidak ada ruginya, yang ada adalah kita rugi kalau tidak mau menulis.  Semangat

Sigambal, 2 April 2022, pukul 23.47 WIB

Sabtu, 19 Maret 2022

Jalani Masa dengan Karya...

"Tatkala waktuku habis tanpa karya dan pengetahuan, lantas apa makna umurku ini?" Kalimat ini memiliki makna yang sangat mendalam. Kalimat dari seorang ulama besar yang telah tiada, tetapi kata-katanya akan terus menggema, menjadi sumber inspirasi bagi setiap orang yang membacanya.

Umur atau usia tidak akan pernah menetap, akan selalu berjalan linier, bertambah, dan terus bertambah. Kita hanya tinggal menunggu waktu, pastilah akan ada masanya kita akan menua dan menjadi tidak berdaya.

Menjalani tahapan jenjang kehidupan adalah fakta yang tidak bisa dilawan. Bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia adalah takdir. Tidak akan selamanya menjadi anak-anak. Kelak akan berkeluarga, punya anak, punya cucu, sampai akhirnya wajah akan dipenuhi oleh kerutan-kerutan.

Ulang tahun adalah pertanda, sebuah alarm, bahwa satu tahun perjalanan telah berlalu. Usia semakin bertambah, berarti usia tua semakin mendekat. Kembali pertanyaan itu muncul, "Apakah makna waktu yang sudah kujalani selama ini?"

Seperti kalimat yang pernah saya baca, "Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain." Lantas apakah aku sudah bermanfaat, atau justru hanya memikirkan kehidupanku yang sesaat?

Waktu tidak pernah akan berulang, karena masa lalu hanya akan menjadi kenangan, juga menjadi sebuah pembelajaran. Waktu saat inilah yang akan menentukan, apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. 

Saat ini, ya detik ini juga. Bukan besok atau lusa yang menentukan, apakah hidup bermakna bagi banyak orang. Ketika ada karya yang bisa dilakukan sekarang, ayo segera laksanakan, walaupun mungkin hal itu sangat kecil, dan sepertinya dipandang sebelah mata oleh orang-orang. 

Hidup hendaknya berkarya. Berkarya berarti menghasilkan sesuatu, bukan hanya dalam angan-angan. Sesuatu yang tentunya diharapkan, yang berguna bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi berguna untuk memotivasi dan menginspirasi sekeliling.

Saya hanya bisa berkarya sederhana. Sesederhana tulisan ini. Karya saya bukanlah hal yang luar biasa, tetapi berharap akan bertahan untuk selamanya. Dengan cara apa? Salah satunya dengan selalu menulis. Menuliskan hal-hal yang ada di dalam hati, di pikiran, untuk segera dibagikan.

Apa gunanya? Mungkin saat ini tidak berguna apa-apa. Tapi saya yakin, suatu saat tulisan-tulisan itu akan membangkitkan jiwa, menyemangati orang yang sedang putus asa, sehingga orang yang lesu akan kembali bergairah dalam menjalani kehidupan. Memiliki pengharapan dan kekuatan.

Menulis adalah pekerjaan yang terlihat sepele, tetapi lihatlah kata bijak di awal tulisan ini. Kata bijak yang dituliskan puluhan tahun yang lalu, bahkan penulisnya sekarang telah tiada, tetapi kata-katanya tetap hidup dan memberikan semangat,  walau tanpa suara.

Saya akan terus berjuang, terus berusaha dengan segala kekurangan. Mencatatkan hal-hal yang ingin kutuliskan, bukan sekedar menyimpannya di dalam pikiran. Karena saya yakin tulisan bisa mengubah kehidupan seseorang, mengubah arah hidup di dalam keheningan.

Terima kasih Tuhan, buat setiap kesempatan yang Kau limpahkan. Hari ini masih ada kehidupan, masih ada kekuatan untuk menggerakkan tangan, dan menuliskan catatan kecil di hari yang penuh kebahagiaan. Hari bersejarah yang menandakan, usiaku hari ini tepat tiga puluh delapan.

Hanya doa yang kunaikkan, semoga Tuhan berkenan memberikan umur panjang. Kiranya Tuhan selalu kuatkan dalam menggoreskan setiap tulisan, dengan satu harapan, semua karya itu berkenan, untuk mengakui kebesaran dan keagungan-Mu ya Tuhan.

Sigambal, 19 Maret 2022, pukul 23.05 WIB

Kamis, 17 Maret 2022

Konfrontasi no, Kolaborasi yes

Manusia adalah makhluk sosial. Makhluk yang pasti bergantung kepada orang lain. Tidak mungkin manusia bisa hidup menyendiri, pastilah membutuhkan bantuan dari pihak lain.
Secara manusiawi, sisi ego pada manusia juga sering muncul. Ingin dimengerti, ingin dihargai, ingin diperhatikan, sampai pada ingin memiliki nilai lebih dari orang lain adalah kebutuhan mendasar yang dimiliki setiap orang.
Menghadapi situasi tersebut, diperlukan kematangan emosi untuk bisa menguasai diri. Bila saling mengikuti ego masing-masing tanpa empati pada orang lain, maka tidak akan ada titik temu. Hal itu bisa menjadi bibit dari pertikaian.
Bagaimana menyatukan berbagai kebutuhan mendasar di atas, ditambah lagi dengan berbagai karakter dan pemikiran yang berbeda? Tentulah dengan adanya kerendahan hati. Prinsip yang mau mengalah demi kepentingan orang lain, adalah salah satu contohnya.
Pada masa ini, konfrontasi atau sikap yang selalu bertentangan dengan orang lain, merasa hebat hebat, mau menang sendiri, ingin keinginannya saja yang terkabul, bukanlah hal yang cocok untuk diikuti.
Seharusnya konfrontasi sudah tidak zamannya lagi. Sekarang zamannya saling berkolaborasi, bekerja sama, walaupun dengan berbagai perbedaan yang dimiliki. Dengan kolaborasi akan memudahkan untuk mencapai tujuan bersama.
Semua manusia memiliki sifat, karakter, keinginan, kemampuan, dan latar belakang kehidupan yang berbeda. Tidak ada gunanya saling memojokkan dan berkonfrontasi, karena tidak akan memberikan manfaat apapun.
Tetapi dengan berkolaborasi akan terjalin persahabatan, kekompakan, kerjasama, dan saling menghargai antar umat manusia untuk memberikan manfaat bagi semua mahkluk di dunia.

Omakku Naburju...

Sore menjelang malam tadi, aku menerima panggilan video. Panggilan dari nomor baru yang belum tersimpan di HP-ku. Awalnya agak bertanya-tanya siapa gerangan menelpon, tapi akhirnya kuangkat juga.
Tiba-tiba dari seberang muncul sosok yang tidak asing lagi, wajah ibu yang sangat kusayang. Dengan ceria, omak -sebutan kami untuk ibu- menebarkan senyum sambil menanyakan kabar kami. Kebetulan saya tadi sedang di rumah sendiri karena istri dan anak-anak pergi ke luar menikmati suasana sore hari.
Omak begitu semangat bercerita, khususnya menceritakan HP barunya, yang baru dibelikan oleh adikku Boho NAibaho. Sekarang omak sudah punya android sehingga bisa video call dengan kami anak-anaknya. Selama ini memang kalau ingin menelpon WA kami hanya bisa melalui HP Android bapak sedangkan omak dulu hanya bisa menerima telepon biasa.
Sekitar setangah jam kami bercerita, juga ada bapak yang suaranya beberapa kali menyahut ceritaku bersama omak. Hatiku terharu melihat semangat dan sukacita yang mereka rasakan, khusus omak yang sangat bersyukur atas berkat-berkat Tuhan yang sudah dilimpahkan-Nya buat keluarga kami.
"Perjuangan kami tidak sia-sia pa, kalian semua sudah berhasil dan mandiri," itulah salah satu kalimat yang disampaikan omak tadi. Memang benar, kami merasakan bahwa semua hanya karena berkat Tuhan. Kami 7 bersaudara semuanya dikuliahkan bapak dan omak hanya dengan bermodalkan jerih lelah sebagai petani dan usaha menjahit pakaian yang mereka tekuni bersama-sama.
Sekarang mereka berdua -omak dan bapak- sudah tua, kiranya omak dan bapak selalu dalam lindungan Sang Pencipta. Hanya doa yang bisa selalu kami naikkan supaya omak dan bapak sehat selalu, ada waktunya nanti kita semua berkumpul bersama dalam suka cita dan kebahagiaan yang tak terhingga.
Amin

(Sigambal, 2 Maret 2022)

Hidup, cerita tentang siapa?


Waktu berjalan tiada henti
Setiap generasi akan berganti
Masa lalu tinggal kenangan
Masa depan penuh harapan
Setiap hari insan selalu berjuang
Mengerahkan segala upaya menerjang
Menjaga asa untuk bertahan
Menjalani hidup demi kebahagiaan
Walau betapa insan berpeluh
Melakukan segala usaha dengan teguh
Tetapi yang terjadi bukan rancangan
Karena hanya Tuhanlah yang menentukan
Masa lalu, kini, dan yang akan datang
Ceritanya penuh dengan gelombang
Pastilah ada duka atau senang
Tidak ada satu pun yang mampu menghadang
Tiada juga yang abadi dan bertahan
Karena semua kisah hanya sementara
Hari ini merasa gagah dan menawan
Besok tidak akan ada apa-apanya
Cerita hidup tentang siapa?
Apakah hanya tentang kita?
Apakah selalu tentang kesombongan dan keangkuhan?
Apakah tentang kekayaan dan keberadaan?
Kisah dalam kehidupan bukan tentang kita
Karena semua kisah yang ada di dunia
Hanyalah menceritakan kisah Sang Pencipta
Tuhan yang penuh dengan kuasa
Sigambal, 6 Maret 2022

Pengalaman, Guru dalam Kehidupan

Ala bisa karena biasa. Sebuah kata bijak yang sudah tidak asing lagi, sudah sangat sering kita dengar, bahkan mungkin kita ucapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap orang yang sudah ahli pastilah karena sudah melewati proses panjang. Itu sudah pasti dalam semua bidang kehidupan. Seorang pilot atau nakhoda yang sudah berpengalaman dengan tenang akan mengendarai pesawat atau kapalnya, walaupun ada berbagai kondisi yang genting, karena sudah biasa melaluinya.
Hari ini, saya mengamini kata bijak di atas. Karena pengalaman yang sudah sering melewati jalan penuh dengan genangan air menuju sekolah, tidak pernah membuat gentar atau takut jatuh di tengah-tengah genangan air yang ada di beberapa titik di sepanjang jalan.
Memang, selama musim penghujan, sepanjang jalan menuju sekolah desa tempat saya mengajar penuh dengan genangan air. Setidaknya ada 7 titik genangan air yang lumayan parah, sampai menutupi seluruh badan jalan. Bagi orang yang pertama kali melewatinya pastilah ketar-ketir untuk melewatinya.





Seperti yang saya sampaikan bahwa kebiasaan melewati jalan setiap hari membuat saya hapal betul dimana bagian yang rendah atau yang berbatu di sepanjang jalan yang tergenang air tersebut.
Pada titik yang satu kita harus lewat sebelah kanan jalan, dan pada titik genangan yang lain kita harus melewatinya tepat di bagian tengah jalan. Demikian juga titik-titik genangan lain memiliki cara tersendiri untuk melaluinya.
Walaupun tidak bisa melihat bagaimana kondisi jalan yang ditutupi air, bagaimana kedalaman atau apakah ada batu besar di dalam air, tapi karena sudah biasa hal itu tidak jadi masalah, jalan bisa dilalui dengan penuh keyakinan.
Tepatlah kata bijak di atas yang berbunyi "Ala bisa karena biasa." Kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan setiap hari akan mempersiapkan kita untuk menghadapi berbagai masalah yang akan datang.
Semua perlu proses. Setiap pengalaman adalah Guru yang terbaik, sebagai pemandu untuk melangkah dalam menggapai setiap tujuan yang kita harapkan

Jam Piket Organ Tubuh


Semua Organ tubuh manusia bekerja dalam mendukung kehidupan. Setiap hari organ-organ tubuh kita melaksanakan fungsi kerjanya masing-masing.
Tetapi, bukan berarti setiap organ bekerja maksimal setiap saat. Ada kalanya suatu organ bekerja dengan keras, ada kalanya organ tersebut melemah dan bekerja biasa, itulah yang dijelaskan dalam buku "Jam Piket Organ Tubuh" yang ditulis oleh Adi D.Tilong ini.
Hal ini sangat perlu kita ketahui demi menjalankan pola hidup sehat, tentunya demi mencegah berbagai penyakit yang bisa muncul karena tidak menyesuaikan aktivitas kita dengan kondisi kerja organ tubuh.
Misalnya Usus Besar, berkontraksi jam 05.00-07.00 pagi. Pada saat inilah organ ini bekerja maksimal setelah 22 jam bekerja bekerja agak lemah. Disarankan pada jam inilah waktu yang tepat untuk buang air besar secara teratur.
Beda lagi dengan Lambung. Organ ini melakukan kerja dengan 3 kondisi, bekerja dengan keras (maksimal), lemah, dan biasa. Lambung bekerja dengan maksimal sekitar pukul 07.00-09.00. Sedangkan pada jam 19.00-21.00, kerja lambung melemah. Selain jam itu, lambung bekerja biasa.
Sebaiknya, sarapanlah dengan makanan sehat pada pagi saat lambung kerja maksimal, sehingga energi akan terbentuk dengan sempurna. Sedangkan pada saat lambung melemah, hindari mengonsumsi makanan yang sulit dicerna.
Organ Ginjal juga memiliki jam piket. Pada jam 17.00-19.00 organ ini bekerja dengan maksimal, sedangkan sisanya ginjal bekerja lemah. Pada saat ginjal bekerja keras, organ ini melakukan proses pembentukan sumsum tulang dan otak, sehingga baik untuk kecerdasan. Maka, waktu ini sangat cocok digunakan untuk belajar.
Jam piket organ Hati juga berbeda. Sekitar jam 01.00-03.00, organ hati bekerja keras dalam proses pembuangan racun atau limbah hasil metabolisme. Kemudian jam 13.00-15.00, organ Hati melemah. Pada waktu ini dianjurkan untuk istrirahat, untuk menghindari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh hati yang lemah.
Untuk Jantung, yang perlu diketahui adalah organ ini akan melemah pada jam 23.00-01.00, sehingga sangat disarankan untuk beristirahat pada jam tersebut. Hal tersebut untuk menghindari fungsi jantung menjadi melemah.
Organ-organ di atas hanya beberapa contoh dari jam piket organ tubuh kita. Pastinya setiap organ tubuh kita memiliki jam kerja masing-masing.
Ingat, organ tubuh kita bukan mesin yang bisa bekerja sepanjang waktu, sehingga kita sangat perlu untuk memperhatikannya.
Semoga bermanfaat...

Minggu, 27 Februari 2022

Memaksimalkan Potensi untuk Negeri

Semakin hari semakin menyadari bahwa potensi harus terus digali dan dimaksimalkan, bukan hanya untuk membanggakan dan menunjukkan kegagahan diri, tetapi untuk berkontribusi bagi negeri.

Ada beberapa hal yang kembali menyemangati saya untuk semakin giat dalam mengasah kemampuan dan tentunya memperlajari hal-hal baru dalam hidup pada hari ini. Hal yang pertama yang memberikan bahan bakar baru bagi diri saya adalah ketika hari ini dinyatakan sebagai salah satu penulis yang naskahnya lolos ke tahap editing untuk buku G-20. Hal yang kedua ketika mengikuti ibadah online Perkantas Labuhanbatu bertemakan "Titik Pukul Vokasi".

Saya sangat beryukur ketika hari ini secara resmi Pak Yanuardi Syukur selaku inisiator penulisan buku G-20 membentuk grup baru untuk para penulis yang naskahnya lolos dan akan masuk ke tahap editing, dan saya serta Sixson dinyatakan diterima menjadi bagian dari proyek penulisan buku yang berisikan isu-isu yang dibahas dalam kegiatan G-20 yang mana negara kita diberikan kesempatan sebagai pemimpinnya pada tahun ini.

Kami -saya dan Sixson Simangunsong- mengangkat salah satu isu strategis yang disorot negara-negara dalam forum kerja sama multilateral  tersebut, yakni mengenai transisi energi berkelanjutan. Hal ini sangat penting untuk dikaji karena bagaimanpun energi adalah satu aspek yang sangat vital dalam keberlangsungngan kehidupan, dan di sisi lain kita harus memikirkan bagaimana menemukan dan memanfaatkan energi alternatif sebagai pengganti dari energi yang selama ini sudah lama digunakan, yang suatu saat akan habis.

Sebagai penulis yang selama ini banyak bergelut dalam menulis buku inspirasi atau motivasi, saya banyak belajar dari Sixson Simangunsong yang sudah biasa menulis tulisan ilmiah. Adapun tulisan  kami yang berjudul "Transformasi Bahan Bakar Minyak Menuju Bahan Bakar Listrik dengan Indonesia sebagai Produsen Nikel Terbesar Dunia" disertai dengan beberapa sumber rujukan karena syarat tulisan di buku G-20 tersebut harus "berisi" atau kata lainnya kata Sixson "daging semua" hehehehe.

Harapannya buku ini akan diterbitkan pada bulan Mei ini oleh perpustakaan nasional melalui penerbit Perpusnas Press, ini nanti akan menjadi buku kedua saya bersama penerbit ini setelah buku sebelumnya yang berjudul "Sehimpun Mutiara Literasi Indonesia" sudah rampung dan tinggal menerbitkan bulan Mei ini juga.

Semangat untuk memaksimalkan potensi diri, juga saya dapatkan ketika mengikuti ibadah online hari ini. Ibadah yang dilayani oleh Bang Herbet Samosir, SE.,M.Div. dengan tema Titik Pukul Vokasi ini mengingatkan kembali akan kesungguhan dalam mengemban tugas dimanapun kita berada. Kita harus maksimal, sepenuh hati dengan memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang kita harus layani di profesi yang kita emban.

"Tuhan tidak menyuruhku untuk pindah dari sini" Sebuah kalimat yang menyentakkan saya. Bang  Herbet mengatakan kalimat itu dikatakan seorang guru yang tinggal di daerah konflik di Aceh, sebuah daerah yang kala itu terdapat organisasi-organisai yang ingin memberontak kepada NKRI. Kalimat itu pun saya bawa ke dalam diri saya. Saya beberapa kali tergoda untuk "lari" dari daerah terpencil yang Tuhan izinkan saya menginjakkan kaki. Sekolah saya saat ini adalah sebuah sekolah di desa yang jarang diekspos masyarakat luas.

Perlu perjuangan untuk bisa tetap bertahan. Sebagai pendatang dengan berbagai tantangan yang ada, saya berusaha untuk tetapi semangat dalam memajukan anak-anak negeri. "Semua anak bangsa adalah sama, siapapun dia, baik yang ada di desa maupun di kota harus mendapatkan pendidikan yang bermutu", itulah prinsip yang selalu mendorong saya untuk selalu riang untuk berangkat sekolah.

Hari ini saya sepertinya mendapatkan energi yang berlimpah, ditambah dorongan dari para senior yang selalu memotivasi dan membakar semangat. "Secara pribadi, saya menaruh harapan banyak kepada Pak Sahat agar kelak jadi Penulis Besar dan Editor banyak karya. Kalau bisa, nanti ikut dalam berbagai program penguatan kapasitas agar kapasitas personal terus naik dan baik yang kelak bisa dikontribusikan pada bangsa" inilah pesan yang sangat memotivasi dari sosok inspirator yang layak untuk dijadikan teladan karena beliau telah menghasilkan segudang karya, bahkan menggerakkan berbagai elemen dari berbagai pelosok negeri untuk berkarya.

Terus belajar, bergerak, dan berkarya. Semoga saja setiap potensi yang kita miliki bisa dimaksimalkan dan benar-benar berdampak bagi negeri yang kita cintai.  

Senin, 21 Februari 2022

Endorsement Buku “Mutiara di Atas Karang”


Hidup harus penuh dengan perjuangan. Tanpa perjuangan dan kerja keras, mustahil kita akan meraih kesuksesan dan keberhasilan. Membaca kisah-kisah yang diuraikan para penulis hebat di dalam buku ini semakin memantik semangat saya untuk selalu berjuang, berjuang, dan berjuang. Sesulit apa pun kondisi yang kita hadapi, kita harus tetap optimis. Pandemi yang melanda dunia tidak bisa menjadi penghalang bagi guru-guru dalam menunaikan tugas. Guru harus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan situasi, sehingga pembelajaran tidak terbengkalai. Kondisi lingkungan yang seolah-olah tidak mendukung pun tidak boleh menjadi penghalang, kita harus selalu mencari cara, agar kita bisa seperti mutiara yang tetap memancarkan cahayanya.

Buku “Mutiara di Atas Karang” yang merupakan karya sebelas guru SMA Negeri 8 Kupang ini sangat bagus untuk dibaca, berbagai inspirasi terkandung di dalamnya, sehingga kita semua akan tetap menjaga asa. Lahirnya karya yang istimewa ini tak terlepas dari perjuangan sosok pejuang literasi, yakni Bunda Lilis Sutikno yang telah berhasil menularkan virus literasi kepada guru-guru penulis buku ini. Bunda Lilis sutikno dengan jargonnya “Menulis semudah ceplok telur” kembali berhasil melahirkan pegiat-pegiat literasi yang baru, yang diharapkan akan terus giat dalam menghasilkan karya.

Akhir kata, saya turut bangga atas terbitnya buku ini. Buku ini sebagai bukti bahwa guru bukan hanya bisa mengajar di depan kelas, tetapi juga produktif dalam berkarya. Tetap semangat, tetap menginspirasi, dan tetaplah produktif.

Sahat Serasi Naibaho, S.Si.,Gr.

Ketua Bidang Kepenulisan dan Penerbitan

Rumah Produktif Indonesia (RPI) Pusat

Guru, Penulis, Editor buku

Sumatera Utara


Jumat, 18 Februari 2022

Buku Bernas bersama Perpusnas


Kover Buku "Sehimpun Mutiara Literasi Indonesia"


Rasa syukur bercampur haru, itulah yang dirasakan Pak Gurdes ketika cover buku "Sehimpun Mutiara Literasi Indonesia" dibagikan di grup "Penulis Indonesia". Bagaimana tidak bersyukur, Pak Gurdes yang merasa tidak ada apa-apanya di dalam dunia kepenulisan, diberikan kesempatan menjadi salah satu kontributor dalam buku yang ditulis oleh para penulis berpengalaman dari berbagai wilayah di tanah air.

Sepertinya Pak Gurdes belum percaya, jejak langkahnya akhirnya tercatat di dunia kepenulisan nusantara, berkat buku yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia dan yang biaya cetaknya menggunakan anggaran APBN ini. Wah... satu langkah yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Buku yang diinisiasi sekaligus dieditori oleh Pak Yanuardi Syukur ini berisikan berbagai kisah yang dibagikan untuk memotivasi para pembaca untuk semangat dan terus giat dalam menulis. Pak Gurdes sendiri membagikan tulisan yang menekankan pentingnya NKK dalam menulis, yakni Niat, Komitmen, dan Konsisten. Dengan menggunakan prinsip NKK, pastilah setiap orang akan mampu dalam menghasilkan karya, karya, dan karya.

Oh ya, buku "Sehimpun Mutiara Literasi Indonesia" ada 3 jilid karena penulisnya ada 108 orang dan tulisan Pak Gurdes ada di buku 1 (kover buku pada gambar di atas). Buku 2 dan 3 kovernya juga sangat menarik.



Kembali ke NKK, Pak Gurdes menyadari betul bahwa untuk bisa berhasil dalam kepenulisan harus didahului oleh Niat. Tanpa niat yang kuat mustahil seseorang akan berhasil. Tidak akan ada semangat yang menggebu-gebu dalam belajar menulis. Niat yang sungguh-sungguh akan menjadi dasar yang sangat menentukan untuk mencapai keberhasilan dalam menulis.

Komitmen, adalah prinsip kedua dalam menulis. Komit untuk selalu berusaha melatih diri dalam menulis, banyak membaca, segera menuliskan ide-ide, dan tentunya jangan takut dan ragu dalam menulis. Bagaimanapun penilaian orang akan tulisan kita tetaplah komit untuk menulis.

Konsisten, sebuah prinsip yang memerlukan perjuangan. Konsistenlah menulis setiap hari, apakah itu di blog, media sosial, atau aplikasi lain yang bisa dimanfaatkan untuk melatih kebiasaan menulis. Sama dengan keterampilan yang lain, menulis hanyalah soal pembiasaan dengan latihan yang dilakukan secara terus-menerus.

Kesimpulannya, mulailah menulis sekarang juga. Jangan tunda-tunda, menulis hal apa saja yang kita bisa. Mulailah dengan hal-hal sederhana, maka lama-kelamaan kita akan terbiasa. Hal yang sangat penting juga adalah perbanyaklah membaca, dengan membaca akan menambah kosa kata yang kita punya. Salah satunya dengan membaca buku "Sehimpun Mutiara Literasi Indonesia".

Oh ya, bukunya saat ini masih dalam proses penerbitan, bagi bapak/ibu/sahabat semua yang ingin memilikinya bisa nanti pesan ke saya ya... Hehehehe...

Ayo Semangat...
Semangat dalam menghasilkan karya-karya yang luar biasa...  

Endorsement buku "GELORA PAGI"

 

“Sebuah karya akan memicu inspirasi, teruslah berkarya. Jika Anda berhasil teruslah berkarya, Jika Anda gagal, teruslah berkarya. Jika Anda tertarik, teruslah berkarya. Jika Anda bosan, teruslah berkarya”  -Michael Crichton-.

Kalimat di atas memberikan motivasi yang sangat kuat untuk terus menghasilkan karya. Walaupun Michael Crichton telah tiada karena meninggal akibat kanker pada 4 November 2008 yang lalu, tetapi kata-katanya akan selalu menginspirasi setiap orang untuk tetap semangat dalam berjuang tanpa lelah untuk menghasilkan karya, karya, dan karya. Demikianlah hendaknya kita selalu semangat dalam menghasilkan karya, karena karya yang kita hasilkan hari ini akan tercatat dalam sejarah, akan kekal abadi sepanjang masa.

Saya yakin semangat yang sama jugalah yang mendorong Ibu Yosefina Hoar Klau, S.Pd sehingga mampu menghasilkan karya yang luar biasa ini. Sebuah buku berisikan ungkapan hati dalam bentuk puisi. Buku kumpulan puisi yang sangat menarik, dengan untaian kata-kata yang sungguh indah dan mengandung makna yang menggugah hati.

Selamat buat terbitnya buku ini. Secara pribadi saya sangat senang dan bangga dengan hadirnya karya ini. Karya fenomenal seorang sosok Ibu guru yang penuh dengan inspirasi. Tetap semangat, salam inspirasi.

 

Sahat Serasi Naibaho, S.Si., Gr.

Pengurus DPP Rumah Produktif Indonesia

bidang Kepenulisan dan Penerbitan

Rantauprapat – Sumatera Utara



Senin, 07 Februari 2022

Ada untuk Mengasihi...

Foto penulis bersama istri terkasih

Mengasihi... Sebuah kata yang mudah disebutkan, juga sebuah kata yang tidak asing dalam topik-topik pembicaraan, apalagi sebentar lagi akan ada momen hari kasih sayang yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari. 

Adapun mengasihi adalah sebuah tindakan akibat dari perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sekelilingnya. Kasih muncul dimulai dari empati, sebuah perasaan yang mendalam untuk mencoba memahami apa yang dialami oleh orang-orang  atau lingkungan di sekitarnya.

Biasanya kasih muncul karena iba, kasihan, sedih, atau perasaan-perasaan lain melihat objek yang dikasihinya. Seperti ketika kita melihat orang yang sedang mengalami kesedihan, akan muncul rasa iba. Tetapi ketika perasaan itu hanya sebatas iba atau sedih tanpa ada tindakan atau kepedulian yang dilakukan kepada orang yang mengalami kesedihan, maka itu bukanlah kasih.

Kasih dibuktikan dengan tindakan. Tindakan yang mau melakukan sesuatu untuk orang yang dikasihi. Tindakan yang tulus dan memang berasal dari hati, bukan tindakan yang ingin mendapatkan simpati. Kasih membutuhkan pengorbanan. Dimulai dengan mengorbankan kepentingan pribadi berupa waktu, tenaga, pemikiran, perasaan, dana, dan pengorbanan lainnya.

Kasih dibutuhkan di mana pun kita berada, tetapi hendaknya kita mulai dari orang-orang terdekat kita, yakni keluarga. Kurang tepat ketika kita mengasihi orang lain tetapi keluarga sendiri tidak kita kasihi. Mulailah dengan sungguh-sungguh mengasihi orang terdekat, setelah itu nyatakanlah kasihmu kepada setiap orang yang kamu jumpai. 

Sebagai orangtua, mengasihi anak adalah hal yang sudah pasti. Memberikan perhatian, memenuhi kebutuhan, dan mendidik adalah bukti kasih orang tua kepada anak. Mengasihi anak berarti mencurahkan perhatian untuk kehidupannya masa sekarang dan tentunya mempersiapkan yang terbaik buat masa depannya kelak.

Sebagai anak hendaknya juga kita mengasihi orang tua yang sudah berjerih lelah untuk membesarkan dan merawat kita sejak mulai kandungan.  Sebisa mungkin berilah yang terbaik bagi orang tua selama kita masih bisa melihat wajahnya yang semakin hari semakin keriput. Karena ada waktunya, kita tidak akan bisa melihat wajahnya lagi.

Demikian juga bagi pasangan suami istri wajib untuk saling mengasihi. Tanpa kasih, hubungan keduanya akan hambar, tidak ada kebahagiaan. Kedua pihak, harus berusaha untuk mengasihi terlebih dahulu tanpa menunggu untuk dikasihi. Berlomba-lomba melayani, mengerti, dan memberikan kebahagian buat pasangannnya adalah bukti dari kasih. Walaupun itu tidak mudah, tetapi harus dilatih demi kebahagiaan suami dan istri.

Dalam profesi/pekerjaan juga, kasih sangat dibutuhkan. Tanpa kasih maka hubungan dengan orang-orang di tempat tugas akan hambar, bahkan membuat pekerjaan menjadi membosankan. Seperti seorang guru, kasih kepada setiap murid-muridnya adalah energi yang tidak akan ada habis-habisnya, yang membuatnya akan selalu bersemangat untuk selalu hadir di sekolah dan berusaha melayani mereka dengan sebaik-baiknya. Demikian juga dalam profesi lainnya, kasih sangatlah dibutuhkan.

Sebagai pelajar atau mahasiswa, kasih hendaknya dinyatakan kepada teman-teman dan juga guru/dosen yang mengajar dan membimbingnya. Kasih ditunjukkan dengan mau peduli dengan kondisi teman-temannya yang membutuhkan bantuan dan perhatian. Kasih juga ditunjukkan dengan sikap hormat dan mau mendengarkan bimbingan dan pengajaran dari guru/dosen yang mendidiknya.

Dalam sebuah organisasi, kasih adalah perekat untuk bisa melangkah bersama dalam kesehatian. Tanpa kasih, organisasi atau perkumpulan apapun lama-lama akan bubar dengan sendirinya. Dengan saling mengasihi akan ada saling mengerti dan memahami, juga saling memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditentukan.

Kesimpulannya, kasih adalah hal yang sangat-sangat kita perlukan dalam menjalani keseharian. Tentunya kasih yang benar-benar tulus, tanpa embel-embel. Kasih yang tulus sebagai ungkapan syukur, karena kita adalah manusia yang sudah terlebih dahulu merasakan kasih yang sempurna dari Tuhan yang memberikan kehidupan kepada kita.

Mari tunjukkan kasihmu kepada dunia, karena kita diciptakan untuk mengasihi...

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini