Kamis, 30 Desember 2021

Belajar dari gadis kecilku...

"Pa sudah kuundang teman-temanku untuk datang ke rumah besok jam tengah 5,'' itulah ucapan dari gadis kecilku di atas sepeda motor pada saat menjemput abangnya dari sekolah. Saya terkejut tetapi  mencoba tenang dan melanjutkan pertanyaan kepada putri semata wayangku itu.

"Untuk apa kakak mengundang teman-teman ke rumah kita besok?" tanyaku padanya. 

"Untuk merayakan ulang tahunku pa," katanya dengan polos. "Si Arta dan si Agnes tadi sudah kuundang waktu jumpa di sekolah Abang tadi," katanya lagi. Arta dan Agnes adalah temannya waktu TK yang sekarang sudah kelas 1 SD, satu sekolah dengan Abangnya. 

"Nanti tua Jo, Ka Jesika, Ka Regina, Bang Arta, Tulang Adit, Opung Danu, dan Ka Natalia kuundang juga," sambungnya. Memang tanggal 29 Desember 2021 adalah ulang tahunnya yang ke-6.

Aku terheran akan perkataan putri kesayanganku itu. Padahal seminggu sebelumnya kami sudah merencanakan untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-6 dengan mandi-mandi ke sungai bersama Opung Danu yang ulang tahunnya tepat satu hari sebelum ulang tahun putriku. 

Ternyata satu hari sebelum hari-H putriku yang bernama lengkap Novel Gohanni El Naibaho ini, sudah merencanakan sesuatu yang tidak pernah kami pikirkan sebelumnya.

"Tapi kita mau berenang kak?" tanyaku.

"Nggk usah pa, ulang tahunku dirayakan di rumah saja," katanya tanpa keraguan sedikit pun.

"Jadi makanan untuk kawan-kawanmu nanti apa kita buat?", tanyaku lagi

"Kita beli kue ulang tahun saja, baru mama masak mie. Kawan-kawanku juga tidak harus bawa kado, udah kubilang sama mereka," katanya lagi.

Sesampainya di rumah kusampaikan apa perbincangan kami dengan putriku kepada istriku. Istri pun terkejut dengan rencana dadakan yang disampaikan oleh Kakak El, putri kami. Kakak El pun langsung sibuk untuk mengundang teman-temannya yang ada di sekitar rumah kami.

Dan akhirnya jadilah ulang tahunnya yang ke-6 dirayakan sesuai dengan rencana Kakak El bersama orang-orang yang diundangnya sendiri. Hehehehe...

Ulang tahun yang penuh kesederhanaan tetapi penuh dengan pembelajaran bagi saya secara pribadi.






Saya tertegur mengapa saya tidak berani menyampaikan isi hati dan keinginan saya kepada Tuhan seperti yang dilakukan putriku kepada kami. 

Saya belajar bagaimana kepolosan seorang anak yang menyampaikan isi hatinya dengan penuh keyakinan bahwa orang tuanya akan mendukung dan memberikan apa yang dia minta.

Di dalam hati saya ditegur, terlalu sering saya takut dan tidak percaya ketika meminta kepada Bapa yang adalah Allah yang sangat mengasihi anak-anakNya.

Sudah seharusnya sebagai anak-Nya saya berani meminta dan percaya bahwa Tuhan akan mengabulkan apa yang saya minta.

Terima kasih Tuhan buat semua kebaikan-Mu. Terima kasih atas pembelajaran dari gadis kecilku, terima kasih buat jawaban doa-doa kami, secara khusus hari ini ketika hamba-Mu lolos seleksi tahap 1 Calon Guru Penggerak Angkatan 5.

Kayakinanku Tuhan pakai hamba-Nya untuk menjadi berkat melalui profesi yang kutekuni di dalam dunia Pendidikan. AMIN

Minggu, 05 Desember 2021

Beri Aku 1 Kata, Akan Kurangkai Menjadi Jutaan Kalimat

 


"Beri aku satu kata niscaya akan kurangkaikan jutaan kalimat tuk meyakinkan dunia tanpa berteriak." Membaca kalimat ini saya langsung tersentak. Sebuah kalimat yang luar biasa yang dituliskan oleh seorang gadis yang masih sangat muda. Masih berusia 13 tahun, yang saat ini duduk di kelas VIII SMPN Sadi, sebuah sekolah yang terletak di desa yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste.

Imakulata Inge Mali Tae. Membaca tulisannya saya langsung teringat akan sosok gadis yang jauh-jauh berangkat dari desanya ke kota hanya untuk mengikuti diklat menulis yang diselenggarakan oleh AGUPENA (Asosiasi Guru Penulis Indonesia).

Ya, memang AGUPENA Pusat pada tanggal 21 sampai 25 Oktober 2021 yang lalu mengadakan diklat menulis khusus pelajar, mulai dari murid SD sampai mahasiswa se-Indonesia, dan kebetulan saya dipercayakan sebagai Narasumber pembuka pada kegiatan tersebut dengan tema yang saya bawakan "Hidup untuk Berkarya".

Kembali kepada gadis kecil yang cerdas dan sangat berani di atas. Ketika mengikuti diklat saya ingat betul dia didampingi oleh Bapak Andrianus Leki, S.Pd yang merupakan guru bahasa Inggris di sekolahnya. Di akhir acara, Imakulata  memberanikan diri untuk mengajukan sebuah pertanyaan kepada saya. "Pak apa yang harus saya tulis?" ucapnya. Ketika itu saya pun menjawab "Apa saja bisa ditulis, tentang lingkungan sekolah, tentang guru atau cerita tentang teman-temanmu nak." Itulah jawaban saya ketika itu.

Luar biasa.... Ketika naskah tulisannya yang berjudul "Setapak Langkah Gapai Tujuan" sudah jadi dan sore ini saya baca untuk diperiksa sebelum buku antologi mereka naik cetak, saya sangat terharu dan bangga dengan tulisan gadis kecil ini. Tulisannya begitu energik, sangat memotivasi, walaupun dia berada di daerah yang sangat tertinggal dia punya semangat yang sangat tinggi untuk mencapai impiannya menjadi seorang penulis hebat.

Dalam tulisannya dia menceritakan bagaimana perjuangannya untuk mengikuti zoom ketika diklat AGUPENA dilaksanakan. Ketika ditanya gurunya bagaimana kesiapannya untuk mengikuti diklat, di menjawab "Saya punya HP Android Pak, tapi saya tidak punya pulsa." Hehehehe, begitu polos ucapannya saat itu, yang akhirnya Pak Leki meminjamkan laptopnya untuk digunakannya selama dilklat berlangsung.

Imakulata Inge Mali Tae

Berada dan hidup di daerah perbatasan dia tetap semangat. Walaupun sinyal tidak mendukung dia tetap berusaha. Mereka tinggal hanya 1 kilometer dari perbatasan Negara Timor Leste, bila sungai yang merupakan perbatasan kedua negara ini kering, katanya mereka bisa berjalan kaki ke luar negeri tanpa menggunakan paspor. Hahahaha....

Saya sangat termotivasi membaca tulisan gadis cantik ini. Gadis belia yang penuh semangat dan prestasi. Berkat semangatnya dalam belajar dan berkarya akhirnya dia pun pernah meraih juara 1 puisi tingkat Kabupaten. Hebat... Luar biasa... 

Pada bagian akhir tulisannya dia memberikan motivasi para pembaca untuk tetap semangat, khususnya bagi generasi muda yang menjadi tumpuan harapan bangsa. 

"Sebagai generasi penerus dari Sabang sampai Merauke, dari Dana sampai Miangas, walaupun kita berbeda-beda tapi tetap satu jua dalam semangat perjuangan demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maju terus  pantang  mundur.  Jadilah  generasi  tangguh  dan   ukirlah prestasi. Harumkan nama Indonesia." Demikian kutipan kalimat penutup pada naskah  Imakulata  di buku antologi "Generasi Emas AGUPENA" yang ditulis oleh 15 murid dari SD sampai Mahasiswa.

Semoga semua generasi bangsa yang menjadi generasi emas negara kita memiliki semangat dan kerja keras seperti yang dimiliki oleh Imakulata.

Semangat...

Salam Literasi... 


Oh ya Bapak/Ibu kalau bukunya nanti sudah terbit pastikan bukunya ada di genggaman Anda. Karena semua tulisan dari anak muda ini (4 siswa SD, 4 siswa SMP/MTs, 6 Siswa SMA/SMK/MA dan 1 Mahasiswa) pasti akan sangat menginspirasi Anda untuk semangat berkarya... Jangan lupa ya... Hehehehe

Sabtu, 04 Desember 2021

Guru Menulis... Untuk Apa?

 

Menulis... Sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita, apalagi bagi kita yang berprofesi sebagai guru. Guru (khususnya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia) pastilah mengajari muridnya menulis. Menulis di sini bukan hanya sekedar mencatat dari buku atau papan tulis, tetapi menuangkan apa yang ada di dalam pikirannya ke dalam bentuk tulisan.

Guru perlukah menulis? Sebuah pertanyaan yang tidak sulit untuk dijawab. Ketika itu ditanyakan kepada setiap guru, saya yakin mereka akan menjawab perlu, bahkan mungkin ada yang menjawab sangat perlu. Tetapi jawaban itu kemungkinan besar hanya akan terucap begitu saja, tanpa ada perenungan yang mendalam dan tindakan yang nyata untuk meresponi bagaimana perlunya guru menulis. Sehingga tidak ada upaya yang serius untuk belajar ataupun melatih diri untuk menulis.

"Saya tidak bisa menulis, menulis itu susah," merupakan jawaban umum yang disampaikan ketika ditantang untuk menulis. "Saya mau menulis, tetapi belum punya waktu karena saya sangat sibuk," juga jawaban sebagian besar guru ketika ditanya mengapa tidak mau menulis. Untuk apa menulis, menghabis-habiskan waktu saja," beberapa guru juga menjawab demikian ketika diajak untuk menulis.

Sekarang mari kita menanggapi judul tulisan ini. Untuk apa guru menulis? Sangat menarik untuk dibahas, dan bisa dipastikan akan banyak jawaban akan pertanyaan ini dari sudut pandang kita masing-masing. Karena memang kalau sesuatu aktivitas tidak kita tahu manfaatnya dengan jelas, maka tidak mungkin kita mau terlibat dan serius menekuninya.  

Saat ini saya akan mencoba menjabarkan apa saja manfaat menulis bagi guru dari pengalaman yang sudah saya alami. 

Pertama, menulis meningkatkan kompetensi guru. Sebagai seorang guru desa yang mengajar di daerah tertinggal saya dulunya adalah guru yang biasa-biasa saja. Biasa berangkat ke sekolah untuk menunaikan tugas, mengajar dan pulang ke rumah dengan hati lega. Karena sudah menyelesaikan tugas sehingga tidak merasa bersalah karena sudah digaji pemerintah setiap bulannya. Tetapi itu hanya rutinitas tanpa adanya keinginan untuk selalu memperlengkapi diri untuk lebih lagi.

Tetapi perubahan mulai saya alami ketika mulai terlibat dalam dunia menulis. Banyak mengenal guru dari berbagai daerah di negeri tercinta membuat mata saya 'terbuka'. Saya sadar akan ketertinggalan saya dari guru-guru lainnya. Bahkan semakin saya menekuni dunia menulis, semakin saya sadar bahwa pengetahuan saya sangat-sangatlah minim. 

Hal itu sangat memotivasi saya untuk giat dalam memperlengkapi diri supaya bisa menulis, memperlengkapi diri dalam menulis membuat saya juga semakin sadar untuk memperlengkapi diri dalam berbagai hal yang menyangkut profesi saya sebagai guru. Saya semakin sadar bahwa guru harus selalu memperlengkapi diri supaya bisa menjadi seorang guru yang benar-benar dinamakan guru.

Banyak menulis juga membuat saya banyak membaca. Menulis dan membaca adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, seperti dua sisi mata uang yang akan selalu berdampingan. Saya yang dulunya malas membaca berubah drastis setelah giat dalam menulis. Banyak membaca pastilah menambah wawasan dan pengetahun. Membaca adalah jalan untuk semakin mengetahui banyak hal, termasuk pengetahun-pengetahuan yang mendukung kita dalam melaksanakan tugas sebagai guru dengan baik.

Selain semakin giat dalam membaca, ketika terjun dalam dunia menulis saya semakin tertarik akan hal-hal baru. Pengetahuan atau ilmu baru adalah hal yang menyenangkan, membuat saya semakin termotivasi untuk mau membuka diri dan mempelajari apa yang selama ini asing dan tidak pernah tersentuh oleh pikiran saya.

Dari beberapa uraian yang saya sampaikan di atas, jelaslah bahwa menulis sangat mendukung dalam meningkatkan kompetensi seorang guru. Semangat menulis secara otomatis akan memantik semangat untuk memperlengkapi diri dalam bidang-bidang lainnya.

Kedua, meningkatkan rasa percaya diri guru. Dengan giat menulis rasa percaya diri saya semakin meningkat. Semakin hari saya semakin mampu mengaktualisasikan segala kemampuan yang saya miliki. Kehidupan saya semakin terorganisir, mungkin karena terbiasa dalam mengonsep tulisan, membuat kerangka sampai pada mengembangkan ide tulisan.

Kompetensi yang semakin meningkat pastilah meningkatkan rasa percaya diri. Semakin percaya diri dalam melaksanakan pembelajaran dan juga ketika bergaul dengan rekan sejawat. Seorang guru yang giat menulis adalah guru yang disenangi murid dan disegani rekannya.

Rasa percaya diri semakin ditempa karena semakin terbiasa berbagi tulisan. Semakin percaya dalam menuangkan dan membagikan ilmu, ide, pandangan dan pengalaman dalam tulisannya. Hal itu sangat-sangat membentuk diri guru penulis menjadi sosok yang penuh dengan keyakinan. Guru yang giat menulis akan fokus untuk menghasilkan karya, tidak lagi memikirkan apa kata orang tentang dirinya dan tulisannya.

Ketiga, membentuk guru menjadi guru yang menginspirasi. Saya pernah membaca tulisan yang kira-kira intinya sebagai berikut: guru yang biasa adalah guru yang pandai berceramah, guru yang baik adalah yang bisa menjabarkan materi dengan baik, guru yang superior adalah guru dapat mendemonstrasikan materi dengan baik, dan guru yang luar biasa adalah guru yang dapat menginspirasi oang-orang di sekitaranya.

Dari uraian tersebut jelaslah guru diharapkan bukan hanya pintar berkata-kata tetapi tidak melakukan apa yang dikatakannya. Guru yang benar-benar guru adalah guru yang menginspirasi melalui tindakan nyata dalam kesehariannya. Adanya kesesuaian tindakan dan perbuatan.

Ketika seorang guru mengharapkan muridnya untuk belajar sepanjang hayat, seharusnya guru tersebut juga melakukannya. Guru yang menjadi pembelajar sepanjang hidupnya. Seorang guru yang terus giat menulis menjadi indikator bahwa guru tersebut mau terus belajar dan berkarya selama hidupnya.

Seorang guru sudah seharusnya terus meningkatkan kompetensinya, khususnya dalam menulis. Hal tersebut sejalan dengan harapan pemerintah supaya guru giat dalam dunia menulis, apalagi seorang guru PNS yang diharapkan menghasilkan karya tulis dalam memenuhi syarat kenaikan pangkatnya.

Seorang guru PNS diharapkan mampu menuliskan beberapa karya seperti artikel ilmiah, jurnal, buku, tulisan ilmiah populer, best practice, dan bentuk karya lainnya. Dengan demikian seorang guru yang benar-benar guru sebenarnya tidak akan pernah jauh dari dunia kepenulisan, terkecuali guru tersebut lebih memilih jalan pintas untuk memuluskan proses kenaikan pangkatnya.

Selain itu guru menulis untuk bisa berbagi praktik baik yang sudah dilakukannya. Hal ini saya dapatkan ketika mengikuti program Wardah Inspiring Teacher (WIT) 2021, ajang apresiasi bagi guru-guru inspiratif indonesia. Salah satu ilmu yang saya dapat ketika itu bahwa seorang guru harus terbiasa menulis praktik baik yang sudah dilakukannya supaya bisa diketahui dan ditiru oleh guru-guru lainnya.   

Memang sangat sulit menjadi seorang guru yang benar-benar guru, dengan berbagai tuntutan yang harus diperankannya. Tetapi itulah mulianya seorang guru yang segala tingkah dan langkahnya akan menjadi model bagi orang-orang di sekitarnya.

Untuk apa guru menulis? Untuk memenuhi panggilannya sebagai guru yang sesungguhnya. Guru yang selalu ingin meningkatkan kompetensinya, guru yang semakin hari semakin meningkatkan percaya dirinya dalam melakukannya perannya sebagai guru, dan tentunya untuk menjadi guru yang menginspirasi karena telah menjadi sosok guru yang ditiru dan digugu.

Masihkan guru malas untuk menulis? Semoga tulisan ini bisa menjadi sumber motivasi supaya kita senantiasa giat dalam menulis. Semangat

Rabu, 01 Desember 2021

1 Desember, Tanggal yang Sangat Spesial

 

Hari ini merupakan hari yang sangat istimewa. Hari yang akan selalu kami kenang karena merupakan hari yang sangat bersejarah bagi keluarga kecilku. 

Memang beberapa hari sebelum tanggal 1 Desember 2021 (hari ini), tepatnya mulai 5 hari yang lalu Abang Noel sudah menghitung mundur  dan sudah sangat menanti-nantikan hari ini. Hal itu dikarenakan hari ini adalah hari kelahiran Abang Noel, anak sulungku yang saat ini tepat berusia 9 tahun.

Noel lahir di kota Medan pada tanggal 1 Desember 2012. Mengingatnya lahir ke dunia ini kembali mengingatkanku akan jerih lelah istri yang kusayangi dalam memerjuangkannya, mulai dari kandungan sampai akhirnya Noel hadir ke dunia ini. 

Ketika dia berusia 7 bulan di dalam kandungan (awal November 2012), ada musibah yang tidak akan pernah kami lupakan. Pada saat itu istri yang sedang beraktivitas di rumah merasakan ada cairan putih yang tiba-tiba mengalir dari rahimnya. 

Akhirnya kami ke puskesmas terdekat, kami disarankan untuk segera periksa ke dokter spesialis kandungan. Kami pun segera mencari dokter spesialis, dan memutuskan periksa ke Klinik Bunda Natama, dan berjumpa dengan dokter yang sangat ramah, dr. Mangatas Silaen, Sp.OG. 

Dengan tenang beliau memeriksa kandungan istri saat itu. Beliau menjelaskan bahwa air ketuban dari kandungan istriku bocor, sehingga akan mengakibatkan berkurangnya air ketuban yang ada di dalam rahim istriku. Kalaupun bayinya mau dilahirkan saat itu  tidak memungkinkan, karena masih terlalu kecil, timbangannya hanya 1,4 kg. Sangat rentan sekali dan dipastikan akan sulit untuk bertahan hidup.

"Kalau pun mau dioperasi kita harapkan bayinya besar dulu, paling tidak sampai 2,5 kg," begitulah saran dokter kala itu. Dia menyarankan supaya istri istirahat total supaya bayi bisa bertambah besar dan bisa selamat ketika dilahirkan. Beliau pun memberikan obat, "Setidaknya ini bisa mengurangi cairan air ketuban yang keluar," pesan beliau ketika itu. 

Kami pun pulang dengan hati yang campur aduk. Anak pertama yang kami nantikan harus menjalani masa-masa sulit di dalam kandungan. Istri pun akhirnya memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai guru dan sepenuhnya beristirahat. Istri lebih banyak berbaring di tempat tidur. Adapun pekerjaan rumah ketika itu, kami dibantu oleh mertua (lebih tepatnya adik perempuan dari ibu mertuaku).

Setiap pulang dari mengajar, saya tidak pernah lupa membawa sebuah kelapa muda utuh untuk istriku. Pada saat itu memang istri disarankan untuk rutin minum air kelapa muda, katanya untuk mengganti cairan ketuban yang terus merembes. 

Perjuangan istriku memang luar biasa, dia harus banyak berbaring demi buah hati kami. Ketika dia berdiri, entah ke kamar mandi atau ada sesuatu yang perlu dilakukannya, maka air ketubannya akan langsung keluar. Karena itulah kami sangat menjaga supaya istriku tidak banyak melakukan aktivitas yang membuatnya berdiri. Makan dan minum pun istri harus berbaring di tempat tidurnya.

Pada tanggal 1 Desember 2021, sekitar jam 3 sore istri ke kamar mandi dan merasakan ada darah yang keluar. Dia menjerit, dan aku langsung berlari menemuinya. Istri merasakan ada yang aneh dengan perutnya. Kami pun memutuskan langsung ke tempat praktik Dr. Mangatas, sampai di sana istri langsung dibaringkan di tempat tidur dan diperiksa.

Ketika itu istri sangat takut, hal itu membuat tensinya naik. Mungkin karena kakuatiran yang begitu besar dan juga merupakan pengalaman pertama dia mengalaminya. Ditambah lagi lampu sempat padam yang membuat suasana semakin menegangkan.

Dokter akhirnya datang setelah beberapa jam kami tunggu. Dokter mengatakan akan melakukan operasi karena air ketuban sudah pecah. Kami semakin was-was dan sangat takut.

Malam harinya, akhirnya operasi dilaksanakan. Syukur kepada Tuhan, anak kami lahir dengan selamat walaupun dengan badan yang sangat mungil, berat badannya hanya 2,6 kg. Perjuangan istri sebulan penuh istirahat dengan total akhirnya bisa meningkatkan barat badan bayi kami sekitar 1,2 kg. Kami sangat senang, akhirnya Tuhan berkenan menitipkan seorang anak laki-laki bagi keluarga kami.

Noel Wanrido Naibaho. Itulah bayi yang lahir 9 tahun yang lalu dengan penuh perjuangan. Perjuangan yang begitu melelahkan. Noel artinya pria pembawa terang, atau Noel juga bisa diartikan Natal (kelahiran Juru Selamat), sedangkan Wanrido sebenarnya berasal dari kata One -dibaca wan- (satu) dan Rido (iklas, suka). 

Kami sangat menyakini anak kami tersebut lahir atas dasar rido dari Allah, dia adalah sebuah berkat yang luar biasa. Dengan harapan anak kami ini kelak menjadi pembawa damai dimana pun dia berada. Noel Wanrido Naibaho. Sebuah nama yang indah yang penuh dengan kenangan akan perjuangannya datang ke dunia.

Sembilan tahun sudah kita hidup bersama di keluarga kecil ini. Semoga kamu bertumbuh dengan sempurna dan kelak apa yang menjadi doa dari kami orangtuamu bisa terwujud. Terima kasih Tuhan atas berkat-Mu buat anak kami, atas kebaikan-Mu dia bisa menikmati usianya yang ke-9 pada hari ini.  

Tanggal 1 Desember tidak akan pernah kami lupakan. Tanggal yang akan menjadi kenangan bersejarah bagi keluarga kami. Bahkan momen hari ini akan semakin membuat kami tidak akan melupakan tanggal 1 Desember. Hari ini Tuhan mengizinkan kami untuk memulai sebuah usaha dalam bidang penerbitan buku.

Tanggal 1 Desember adalah tanggal lahirnya usaha baru kami. Akta Notaris yang saya urus akhirnya terbit, hari ini kami memulai petualangan baru dalam dunia penerbitan buku. 

Membantu masyarakat yang ingin menghasilkan karya buku itulah tujuan utama kami, dan tentunya usaha penerbitan buku ini adalah jalan bagiku untuk lebih lagi memberikan kontribusi dalam dunia kepenulisan di negeri tercinta.

Terima kasih bunda Lilis yang selalu membukakan hal-hal baru bagi kami, buat semua inspirasi dan motivasi yang tak henti-hentinya bunda tularkan. Berkat dorongan dan semangat dari sosok inspirator, akhirnya saya bisa melangkah dan banyak berkarya dalam dunia literasi.  

Sangat bersyukur juga berkenalan dengan Pak Misbah yang sangat baik hati. Walaupun baru pertama bertegur sapa lewat telepon, sudah langsung menganggap kami seperti saudara sendiri. Sosok yang dengan tulus membimbing bahkan membantu dalam doa, daya dan dana sehingga mimpi kami memiliki penerbit akhirnya terkabul.

Terima kasih Tuhan... 

Terima kasih buat kenangan dan juga buat orang-orang hebat yang Tuhan kirimkan.

Tanggal 1 Desember, kami tidak akan melupakanmu...

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini