Senin, 30 November 2020

Berbagi Itu Indah...


Manusia adalah makhluk individualis sekaligus makhluk sosial. Individualis artinya memiliki egoisme yang mengarah kepada kepentingan atau hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri, sedangkan makhluk sosial artinya harus bergaul, hidup bersama, dan memiliki ketergantungan dengan manusia lainnya. Sangat diperlukan adanya keseimbangan antara kedua aspek di atas.

Malam ini kembali Kelas Menulis Buku Inspirasi digelar, dengan Narasumber kali ini adalah Pak I Nengah Suradnya, Kepala Sekolah SMPN 1 Banjarangkan - Bali sekaligus menjabat sebagai ketua PGRI Kab. Klungkung. Beliau adalah sosok yang sangat dewasa dan tenang dalam membawakan materi malam ini.

"Berbagi itu indah", itulah tema yang beliau pilih pada malam hari ini, sekaligus merupakan judul buku Solo pertama beliau yang baru saja terbit. Berbagi artinya memberikan perhatian kepada orang lain, menunjukkan adanya kepedulian, tidak cenderung hanya memikirkan dirinya sendiri, keberhasilan sendiri dan kesuksesan pribadi saja. Dalam ini beliau menekankan kita harus saling berbagi dalam dunia Literasi khsusnya tulis-menulis.

Beliau menguraikan kata INDAH menjadi: IN (INspirasi), DA (DAmai) dan H (Hakiki). Pertama diharapkan kepada kita hendaknya bisa menjadi orang-orang yang membagikan INSPIRASI yang bisa mendorong orang lain untuk bisa melakukan yang hal-hal yang positip. Beberapa tokoh inspiratif dalam dunia Literasi antara lain Bunda Lilis Sutikno, Ibu Guru Cantik, Guru Inspirasi NTT, yang sangat menginspirasi dan mampu menggerakkan orang lain untuk terlibat aktif di dalam dunia tulis menulis sampai akhirnya mampu menghasilkan karya sendiri.

Demikian juga Om Jay, tokoh inspiratif yang juga telah melahirkan guru-guru penulis yang dulunya tidak pernah terlibat dalam dunia menulis akhirnya memiliki banyak karya dalam bentuk buku. Beliau dikenal dengan slogan "Menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi". Demikian juga Pak Thomas, bu kanjeng, Pak Brian, Pak Nafrizal, Pak Rahmadi dan tokoh-tokoh Literasi lainnya yang telah menularkan virus literasi kepada banyak orang. Memang seperti itulah yang diharapkan dari kita semua untuk saling berbagi dan saling mendukung.

Kedua, seseorang yang terlibat dalam tulis-menulis diharapkan memiliki rasa DAMAI. Orang yang merasa damai ketika menulis tidak merasakan beban, ketakutan-ketakutan, pikiran negatif. Justru ada rasa senang dan sukacita ketika menulis sehingga bisa menuliskan tulisannya dengan lancar tanpa tekanan tetapi mengalir seperti aliran air sungai yang begitu tenang.

Adapun yang ketiga mengenai HAKIKI, ditekankan mengenai  hal-hal yang sangat mendasar dan benar. Seseorang hendaknya memiliki mindset yang benar dan motivasi yang kuat unutk menulis. Karena dengan motivasi yang benar akan memberikan semangat pantang menyerah. Sehingga akhirnya menulis bukan lagi sebuah kewajiban tetapi menjadi sebuah kebutuhan. Kalau sudah menjadi kebutuhan, seperti kita makan tiga kali sehari, apabila tidak makan kita tidak akan bisa tenang dan sebisa mungkin akan mencari makanan untuk bisa menghilangkan rasa lapar tersebut. Menulis juga harus rutin dilaksanakan sehingga ketika kita tidak melakukannya, kita akan merasakan sepertinya ada yang kurang.

Bagaimana caranya supaya dapat berbagi dengan INDAH dalam tulis-menulis? Beliau menyampaikan beberapa langkah nyata yang bisa kita lakukan yakni: (1)Harus berani, (2)Coba dan rasakan, (3)Lakukan denga rasa (sepenuh hati), (4)Tulus, dan (5)Ikhas.

Mari segera memulai untuk menulis, tidak usah takut dan banyak pertimbangan, langsung tuliskan saja apa yang mau dituliskan. Jangan lupa menulislah dengan hati, karena ketika tulisan berasal dari hati pasti pembacanya juga akan membacanya dengan hati juga. Kemudian mulailah menulis setiap hari. Apa saja bisa dituliskan, ide tulisan bisa berasal dari aktivitas, momen-momen penting, hal yang kita dengar, lihat atau rasakan, mari segera tuliskan, jangan sampai momen tersebut lewat begitu saja.

Dan akhirnya ketika kita sudah menulis dan menghasikan karya, janganlah sungkan-sungkan untuk saling berbagi ilmu. Ingatlah orang yang selalu berbagi tak akan pernah merasa kekurangan justru akan mengalami kelimpahan hidup. Jangan tunda-tunda lagi, segeralah menulis. Dan setelah berhasil menghasilkan karya, jangan ada kesombongan tetapi justru semakin memotivasi untuk berbagi dan memberikan inspirai kepada orang lain, karena berbagi itu memang sangat indah...   

Sabtu, 28 November 2020

Hidup Hanya Sementara...

 

Rabu (25/11/220) yang lalu, dunia dikejutkan dengan berita meninggalnya Sang Legenda Sepakbola, Diego Armando Maradona. Sosok dengan berbagai julukan : El D10S (Dewa Sepakbloa),  El Pibe del Oro (Si Anak Emas) sampai El Cebollita (Si Bawang Kecil) tersebut meninggal karena penyakit henti jantung mendadak atau sudden cardiac arrest.

Siapa yang tidak mengenal sosok fenomenal yang berhasil membawa Argentina Juara Piala Dunia pada tahun 1986 di Meksiko, yang ditandai dengan “gol tangan Tuhan” yang dicetaknya ke gawang Inggris pada pertandingan perempat final dan akhirnya skuad Tango menaklukkan Jerman 3–2 di final yang membuat mereka meraih juara piala dunia untuk yang kedua kalinya setelah tahun 1978 mereka pernah juga juara ketika bertindak sebagai tuan rumah perhelatan Sepakbola terbesar di dunia tersebut.

Semua hanya sementara saja. Ya, Maradona dengan segala ketenarannya dan lika-liku kehidupan yang dilajaninya, akhirnya kembali kepada Sang Pencipta. Gegap gempita dan kelamnya kehidupan yang pernah dilaluinya akhirnya selesai ketika salah satu organ tubuhnya, yakni jantungnya tiba-tiba berhenti berdetak, yang mengakibatkan darah dari jantung berhenti, tidak dialirkan ke seluruh tubuhnya lagi.

Itulah jalan kehidupan yang harus dijalaninya. Dan memang setiap kita akan punya cerita berbeda, kapan dan bagaimana hanya Tuhan yang tahu. Saya pun langsung teringat Sabtu pagi kemarin, ketika bersama-sama dengan teman-teman guru yang sedang berkumpul di ruang kantor guru untuk melanjutkan pengisian instrumen Penilaian Mutu Pendidikan (PMP), tiba-tiba dikabarkan melalui telepon salah satu guru bahwa ada seorang bapak yang berdomisili satu kampung dengan guru tersebut, meninggal karena kakinya terpotong akibat mesin babat yang digunakannya ketika membabat di sawah patah dan terbang mengenai salah satu kakinya, dan nyawanya tidak tertolong karena mengalami pendarahan.

Realita hidup penuh dengan misteri. Sebagai insan yang fana kita wajib menjalaninya, lantas bagaimana kita menyikapi hal tersebut ?. Selagi masih diberikan Tuhan kesempatan yang ada, mari kita menjalani kehidupan dengan penuh bijaksana. Menggunakan waktu yang ada untuk menjalankan apa yang diinginkan-Nya dan tentunya senantiasa belajar untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. 

Menggunakan waktu yang ada untuk hal-hal yang positip dan membangun, dan selalu berjaga-jaga. Mari nikmati hidup saat ini karena kita hanya bertamu sesaat di sini dan kita tidak tahu kapan waktunya kita akan mengakhiri cerita kehidupan di dunia...

Pengantar Editor "BUNDAKU Jilid 2"


PENGANTAR EDITOR

            Satu kehormatan bagi saya diberikan kesempatan menjadi Editor pada buku Antologi “Bundaku Jilid 2” ini. Bekerja sama dengan  sebelas penulis hebat yang sangat menyayangi ibunya, dengan mempersembahkan kado spesial di hari Ibu tanggal 22 Desember 2020.

            Buku ini lahir karena begitu besarnya kerinduan peserta Kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI) melalui WA grup bersama bunda Lilis Sutikno untuk menuliskan kisahnya bersama Ibu. Ya, ketika kuota sebelas penulis untuk Buku Antologi “Bundaku Jilid 1" sudah penuh, tetapi antusias peserta masih tinggi untuk ikut serta, itulah yang mendasari diterbitkannya buku “Bundaku Jilid 2” ini.

            Bunda, Ibu, Mama, Mamak, Emak, itulah beberapa sebutan bagi wanita hebat di dalam kehidupan para penulis di buku ini, baik itu sebagai ibu yang melahirkan dan membesarkan maupun sosok mertua yang sangat luar biasa. Sosok ibu memang tidak bisa digantikan oleh siapapun, itulah yang dilukiskan disetiap untain kata dan cerita yang ada. Ibu menggambarkan sosok yang mengasihi dengan ikhlas.

            Beragam kisah yang diuraikan di  dalam setiap cerita menggambarkan nuansa hati para penulisnya yang begitu menyayangi ibu. Kenangan manis dan indah tentang ibu tak akan pernah bisa hilang bagi penulis yang ibunya telah terlebih dahulu menghadap Sang Pencipta, demikian juga cerita perjuangan untuk mengasihi, menjaga sampai merawat ibu bagi penulis yang hidup bersama ibu, walaupun mereka sadar semuanya itu tidak akan pernah bisa membalas semua kebaikan dan kasih sayang yang telah diberikan oleh ibu.

            Mari baca buku ini dengan mengambil hikmah di dalamnya. Walaupun buku ini masih jauh dari sempurna, tetapi setidaknya bisa menggambarkan bahwa ibu adalah sosok luar biasa yang tidak akan pernah bisa tergantikan dari kehidupan kita, sehingga sudah selayaknyalah kita harus memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada ibu melalui kasih sayang, perhatian, dan waktu ketika kita masih diberikan kesempatan hidup bersama dengan ibu.

Terima Kasih Ibu… 

Kasihmu akan selalu terkenang dalam kalbu…


 "Seorang ibu adalah dia yang dapat menggantikan semua yang lain, 

tetapi yang tempatnya tidak dapat diambil orang lain."  (Cardinal Mermillod)

 

Salam Hormat

Sahat Serasi Naibaho

Editor


                                                                                                                                       

Jumat, 27 November 2020

"Jangan Sampai Guru Membeli Poin dengan Menggunakan Koin"


Judul tulisan ini begitu menyentak ketika pak Thomas A. Sogen yang bertindak sebagai Narasumber menyampaikannya pada kuliah di kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI) malam ini. Adapun malam ini, merupakan kelanjutan kelas MBI setelah seminggu lebih diliburkan karena kesibukan sebagian peserta yang berprofesi guru dalam mengikuti dan mempersiapkan kegiatan Hari Guru Nasional.

Malam ini para peserta kembali disegarkan oleh materi yang dibawakan oleh Bapak Thomas A. Sogen, S.Pd.,MBA yang merupakan ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA) NTT dan merupakan Tim Penilai Angka Kredit Kabupaten Kupang dan kebetulan pada pertemuan malam ini saya dipercayakan sebagai Moderator.

Dalam pemaparan beliau, dengan jelas dinyatakan bahwa seharusnya seorang guru harus menulis, dengan dasar Hukum: Permen PAN & RB No. 16 Tahun 2009, Permen Diknas No. 35 Tahun 2010 dan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Setidaknya guru bisa menuliskan Publikasi Ilmiah, diantaranya:

1.     Presentasi di forum ilmiah (makalah)

2.     Hasil penelitian (laporan/makalah)

3.     Tinjauan ilmiah (artikel non penelitian)

4.     Tulisan ilmiah populer (artikel/opini di media masa)

5.     Artikel ilmiah (hasil penelitian)

6.     Buku pelajaran (buku teks)

7.     Modul/diklat

8.     Buku dalam bid.pendidikan

9.     Karya terjemahan

10.   Buku pedoman guru

Publikasi Ilmiah di atas akan menghasilkan Angka Kredit yang berbeda sesuai dengan jenis karya yang dihasilkan, yang tentunya disertai dengan bukti fisik dari setiap karya yang ada.  

Selain 10 jenis Publikasi Ilmiah di atas, guru juga bisa menerbitkan karya dalam bentuk buku Inspirasi dan menulis di Jurnal. Yang mana untuk mendapatkan nilai Angka Kredit isi buku inspirasi yang ditulis harus berkaitan dengan Pendidikan, sehingga bisa dikategorikan ke dalam buku bidang Pendidikan.

Dari pemaparan beliau, bisa disimpulkan ketika guru menulis akan memberikan banyak manfaat. Guru akan mendapatkan poin dalam hal ini Angka Kredit yang memang diharuskan dalam kenaikan pangkat guru ASN, dimana guru dengan pangkat dan golongan guru pembina tingkat 1 golongan III b jika ingin naik pangkat ke guru penata golongan III c wajib membuat kegiatan publikasi ilmiah atau karya inovatif dengan angka kredit minimal 4.

Kemudian guru dari pangkat penata golongan III c ke guru penata tingkat 1 golongan III d, harus membuat kegiatan publikasi ilmiah atau karya inovatif guru minimal memperolah angka kredit 6. Guru dengan pangkat penata tingkat 1 bila ingin naik pangkat ke guru pembina golongan IVa harus membuat kegiatan publikasi ilmiah atau karya inovatif dengan jumlah angka kredit minimal 8. Kemudian guru yang ingin naik pangkat dari golongan IV a ke IV b harus membuat kegiatan publikasi ilmiah atau karya inovatif minimal angka kredit yang terkumpul berjumlah 12.

Penjelasan di atas sudah sangat tegas menekankan bahwa seorang guru memang harus melaksanakan kegiatan publikasi ilmiah, tidak ada alasan untuk tidak melakukannya. Pertanyaannya apakah hal itu sudah dilakukan?

Kembali perkataan dari Pak Thomas malam ini terngiang begitu lantang, “Jangan sampai guru membeli Poin (Angka Kredit) dengan menggunakan Koin (uang), bila itu terjadi dimana Profesionalisme kita sebagai guru?” Sangat dalam kalimat itu menusuk, menyadarkan akan betapa pentingnya guru harus menulis. 

Semoga pembelajaran kali ini menyadarkan saya dan kita semua khususnya guru ASN untuk menulis, karena dengan menulis kita dapat memperoleh Poin dan Koin. Poin berupa Angka Kredit dan Koin berupa uang yang bisa kita peroleh dari hasil penjualan karya buku yang dihasilkan.

Wahai para guru, mari bangkit dan berkarya…

Mari menulis untuk menghasilkan Poin dan Koin...

Rabu, 25 November 2020

Hari Guru yang Spesial


Tanggal 25 November merupakan hari yang spesial buat para guru setanah air. Perayaan dan ucapan selamat hari guru bertebaran di media sosial. Dan berbagai cara dilakukan untuk mengekspresikan perayaan pada hari ini baik oleh guru maupun orang yang memang insterest dengan profesi guru. Ada yang menyampaikan melalui kata-kata, gambar animasi bahkan video. Sungguh sangat semarak, hampir setiap postingan hari ini diisi dengan pernak-pernik hari guru.  

Dari media sosial yang saya perhatikan ada yang merayakannya dengan melaksanakan upacara di sekolah bersama siswa walaupun dengan suasana yang berbeda, karena masih dalam suasana pandemi sehingga harus menerapkan protokol kesehatan, dimana jarak dalam baris-berbaris dijaga dan tentu saja jumah siswa yang dibatasi. Walaupun ada juga yang merayakannya hanya sesama guru tanpa melibatkan siswa, tetapi tidak mengurangi kemeriahan perayaan hari ini.  

Bagi kami guru SMPN 2 Dolok Sigompuon, Hari guru kali ini terasa sangat spesial. Bagaimana tidak spesial, disaat guru-guru bersenang-senang dengan perayaan masing-masing, kami justru berjuang dengan sekuat tenaga untuk tetap bekerja. Ya, hari ini kami berkumpul di kantor guru bukan untuk menerima bunga atau kado spesial tetapi kami bersama-sama bahu membahu untuk mengisi data Pemetaan Mutu Pendidikan (PMP) yang berjumlah sekitar 600 isian.


Dimulai sekitar pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.30 WIB, luar biasa bukan. Dengan tekun dan bekerjasama walaupun hanya bisa menyelesaiakan instrumen pada bagian Kompetensi lulusan, Isi Pendidikan dan 80 butir instrumen Proses Pembelajaran, tetapi itu menunjukkan bahwa seorang guru harus bisa bekerja dengan tulus dan ikhlas.

Semoga pada hari-hari yang akan datang, tugas pengisian data PMP tersebut bisa diselesaikan sampai tuntas. Karena masih ada tugas yang menanti, yakni pengisian nilai semester dengan E-Raport. 

Semangat...

Selasa, 24 November 2020

Selamat Hari Guru Nasional ke-75



Mengabdi dengan Sepenuh hati

Menjadi guru

Menjadi seorang guru bukanlah cita-citaku diwaktu kecil. Saya masih ingat persis ketika masa SMP saya duduk-duduk di kebun kopi sambil melukis gambar rumah mewah dan beberapa mobil di atas tanah dengan sebuah ranting kayu (dulu setiap hari sepulang sekolah kami selalu pergi ke kebun kopi untuk membantu orang tua) sambil membayangkan suatu saat nanti saya akan menjadi seorang pengusaha yang kaya raya bertempat tinggal di kota besar, dengan berharap kelak memiliki rumah mewah dan beberapa mobil yang akan dibawa ketika pulang ke kampung halaman, yang tentunya hal itu akan memberikan kebanggaan kepada kedua orangtua yang memang kondisinya saat itu sangat sederhana.

Setelah lulus SMP, saya diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Kota Medan tepatnya di STM N 2 Medan (sekarang SMKN 4 Medan), sayapun memilih jurusan Elektronika Komunikasi (yang akhirnya berubah menjadi Audio Video ketika kami kelas 3). Setelah tamat saya mencoba mengikuti ujian SMPTN dan akhirnya lulus di Jurusan Fisika non kependidikan UNIMED. Selama menempuh pendidikan S-1 saya sama sekali tidak terpikir akan menjadi seorang guru, saya berharap suatu saat akan bekerja di sebuah perusahaan bukan mengajar di sekolah. Ditengah kondisi dan keadaan akhirnya mendorong saya untuk mengajar les privat ke rumah-rumah karena ada tawaran dari teman-teman. “Apa salahnya saya lakukan, disamping mengisi waktu yang luang juga menghasilkan uang”, pikirku kala itu.

Setelah wisuda, saya tetap melanjutkan aktivitas mengajar les privat dan akhirnya bergabung menjadi tenaga pengajar sebuah lembaga bimbingan belajar dan sempat membuka dan mengelola bimbingan belajar sendiri selama 5 tahun. Setiap hari saya akhirnya menggeluti dunia mengajar dan suatu ketika ada lowongan untuk mengajar disekolah swasta saya mencobanya dan akhirnya diterima. Pada saat itulah saya kembali bergumul, apakah aku memang akan jadi guru ? Dengan pertimbangan dan perenungan yang dalam akhirnya kutetapkan hatiku mengambil AKTA IV Mengajar sebagai syarat untuk bisa mendapatkan NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan) karena sebelumnya saya bukan jurusan kependidikan.

Selama lima tahun mengajar di sekolah Swasta saya sangat menikmati proses yang saya jalani tersebut. Belajar dan terus belajar dari pengalaman – pengalaman sebelumnya dan dari rekan guru yang lain akhirnya tidak sulit bagiku untuk menekuni dan menjalankan profesi sebagai guru. Dan saya akhirnya yakin bahwa menjadi guru adalah panggilan hiduku.

 

PNS di daerah tertinggal

Pada Akhir Tahun 2013 ada penerimaan CPNS secara Nasional. Saya dan istri berdiskusi di daerah mana kami akan mengadu nasib (sekedar informasi istri saya juga serang guru bahasa inggris, sama seperti saya awalnya juga bukan dari kependidikan, kami bersama-sama mengambil Akta IV ketika kami menjalani masa berpacaran J).   Setelah memperhatikan formasi guru yang di terima diberbagai daerah akhirnya kami putuskan mengadu nasib di Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) daerah yang belum pernah sama sekali kami kunjungi, karena sesuai kesepatan bahwa kami akan mencoba didaerah yang kedua jurusan kami ada, supaya kami bisa tinggal bersama nantinya apabila diterima. Proses panjang mulai dari pendaftaran sampai ujian yang penuh dengan perjuangan, akhirnya hanya saya yang lulus.

Pada bulan September 2014 kami menerima SK penempatan dari BKD Paluta, di SK tersebut saya ditempatkan di SMPN 2 Dolok Sigompulon, Kec. Dolok Sigompulon, Kab. Padang Lawas Utara, Propinsi Sumatera Utara, sebuah sekolah tertinggal yang berada di Desa yang terletak dipegunungan bukit barisan pulau Sumatera. Pada saat itu saya sedikitpun tidak gentar karena saya sudah siapkan hati untuk ditempatkan dimana saja.

Akhirnya kami harus meninggalkan kota Medan dan terjun ke daerah yang sangat jauh dari kota dengan jalan yang masih parah, listrik yang sering padam dan belum ada sinyal internet, hanya bisa menelepon walaupun kadang dengan suara yang tidak jelas, itupun kalau listrik tidak mati (disana dulu listrik mati adalah suatu hal yang tidak asing lagi) dan harus berusaha mencari daerah yang tinggi supaya komunikasi dapat terdengar dengan jelas. Saking tertinggalnya, kami sering bercanda dengan teman-teman bahwa dari daerah itu hanya butuh ongkos Rp. 2000, - untuk sampai ke langit ☺☺☺.

 

Suka duka di sekolah desa

Sekolah tersebut berada di Desa Kuala simpang Kec. Dolok Sigompulon Kab. Paluta berjarak sekitar 100 km dari kota Gunung Tua yang merupakan ibukota Kabupaten Paluta, berbatasan langsung dengan kabupaten Labuhanbatu, yang mana akses jalan ke kota Sigambal (salah satu keluarahan di Kab.Labuhanbatu) yang merupakan jalan lintas Sumatera sejauh 34 km dengan kondisi jalan ketika itu masih sangat parah. Adapun Akses jalan dari sekolah ke Dinas Pendidikan kami harus berputar dari Kab. Labuhanbatu baru ke Kab.Labuhanbatu Selatan kemudian ke Gunung Tua sehingga memerlukan waktu paling tidak sekitar empat jam.

Sebagai pendatang, saya dan tiga teman lainnya (kami ada empat orang yang ditempatkan di sekolah tersebut) berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang baru, bertemu dengan guru-guru yang merupakan penduduk asli di daerah tersebut walaupun dengan suku yang berbeda (termasuk bahasa yang berbeda) kami merasakan sambutan hangat dengan penuh kekeluargaan. Sehingga kami tidak merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan Bapak/ibu guru yang kami jumpai disana.

Dewan Guru SMPN 2 Dolok Sigompulon

Seminggu pertama di tempatkan saya bersama beberapa teman terpaksa harus menginap di Mes kantor Camat karena belum memiliki tempat tinggal, sedangkan keluarga belum saya bawa. Selanjutnya saya dan istri akhirnya memutuskan untuk tinggal di Sigambal karena anak kami pada saat itu masih berusia 2 tahun dan juga karena berbagai pertimbangan lainnya, hal itu mengharuskan setiap hari saya pulang balik dengan perjalanan  dari rumah ke sekolah satu setengah jam lamanya dengan mengendarai sepeda motor dengan kondisi sebagian besar jalan masih belum diaspal sehingga kalau cuaca hujan akan licin dan kalau musim kemarau jalan akan berabu.

Enam bulan pertama saya ke sekolah selalu memakai sendal dan barulah ketika tiba di sekolah memakai sepatu yang memang sengaja saya tinggal disana. Tidak jarang juga saya memakai celana dua lapis untuk mengantisipasi celana yang sering kotor karena lumpur, dan ketika akan sampai di sekolah saya berhenti di kebun sawit dan membuka celana yang terluar yang sudah kotor tersebut dan memasukannya ke dalam tas.

Banyak suka duka yang saya rasakan ketika ditempatkan di sekolah tersebut. Pernah suatu ketika pulang sekolah saya berhenti di sebuah sungai hendak mencuci kaki yang kotor terkena lumpur, tetapi salah satu sendal saya tiba-tiba terbawa arus sungai yang cukup deras, akhirnya saya membuang yang satunya lagi dan membeli sendal jepit baru dari sebuah warung yang saya lewati. Ada juga momen saya terjatuh dari sepeda motor ke dalam lumpur yang cukup dalam pada saat hendak pulang sekolah, padahal saat itu saya membawa tas yang berisi berkas Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang mengakibatkan berkas tersebut basah dan berlumpur. Banyak lagi momen-momen yang saya alami di tempat tugas baru tersebut, termasuk juga ketika saya harus selalu men-servis dan mengganti rantai roda sepeda motor hampir setiap bulan, dan semua itu menjadi kenangan yang akan tetap saya syukuri sebagai guru yang harus mengabdi di daerah teringgal untuk mendidik anak bangsa.

  Setahun pertama disana saya berperan sebagai guru bidang studi IPA dan wali kelas. Dengan terus belajar serta berusaha untuk memberikan yang terbaik pada tahun ke tiga saya diberi tugas sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kesiswaan dan juga sebagai instruktur Ekstrakurikuler Komputer. Selain itu banyak juga kegiatan di dinas kabupaten yang juga saya ikuti baik itu diklat, sosialasi, MGMP IPA dan sebagai tim penyusun soal Kabupaten walaupun dengan konsekuensi harus menginap di Ibukota Kabupaten selama kegiatan berlangsung.

Pembelajaran komputer yang sebelumnya belum pernah dilaksanakan dimulai dengan memasang instalasi listrik dari kantor guru ke semua ruang kelas (karena ruang kelas sebelumnya tidak teraliri arus listrik) yang saya kerjakan sendiri. Dengan teralirinya arus ke ruangan kamipun bisa melaksanakan Ekstrakurikuler di Ruangan kelas (karena belum ada Laboratorium Komputer). Anak-anak disuruh untuk membawa laptop sendiri ataupun mereka pinjam dari keluarga yang memilikinya, dalam belajar mereka ada yang berbagi satu laptop dua orang dengan tujuan paling tidak mereka mengenal dan mampu mengoperasikan aplikasi dasar dari komputer. Akhirnya Ekstrakurikuler terus berlangsung dengan belajar sekali dalam seminggu yang dibiayai oleh dana BOS.


Ekstrakurikuler Komputer Perdana di SMPN 2 Dolok Sigompulon

Dengan mengalirnya arus listrik ke ruang kelas akhirnya saya juga bisa menggunakan proyektor di dalam proses pembelajaran, anak-anak sangat senang karena pembelajaran yang tidak lagi hanya ceramah dan menulis di papan tulis tetapi sudah dengan gambar dan video yang mendukung materi pembelajaran yang ada. Bahkan saya beberapa kali memutar film tentang pendidikan karakter, video motivasi dan perjuangan pahlawan di dalam merebut kemerdekaan dengan harapan mereka memiliki karakter yang baik, juga semangat  untuk mengikuti pembelajaran dan mempunyai Jiwa Nasionalisme yang kuat.

Di dalam proses pembelajaran saya berusaha untuk menggunakan media langsung menggunakan objek aslinya, apalagi sebagai guru bidang studi IPA yang berkaitan dengan alam banyak media asli yang sangat mudah dijumpai, contohnya berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang langsung bisa diamati oleh para peserta didik.  Hal ini saya terapkan berkat ilmu dan pengalaman yang sangat luar biasa yang saya peroleh selama Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) selama tiga bulan pada tahun 2018 yang lalu. Berilmu tetapi sangat low profile itulah yang menjadi kenangan tersendiri ketika mengingat dosen-dosen yang saya jumpai di kota pelajar tersebut. Sebanyak 28 orang kami guru IPA dari daerah khusus yang berasal dari berbagai pelosok di Pulau Sumatera dikumpulkan di kelas IPA Gurdasus. Pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan, kebersamaan dengan guru-guru hebat dalam menjalani sebulan Pendalaman Materi Guru Daerah Khusus (PDGK) di P4TK Matematika Yogyakarta dilanjutkan dengan sebulan PPG di UNY dan dua minggu lamanya saya PPL di SMPN 1 Seyegan Yogyakarta, sangat cukup bagiku untuk menyegarkan dan memperlengkapiku menjadi seorang guru yang bukan sekedar “guru biasa”.

Adapun kendala besar yang dihadapi di sekolah adalah dukungan masyarakat termasuk orang tua yang sangat rendah untuk pendidikan anaknya, kondisi orang tua siswa dengan latar pendidikan yang rendah menjadi penyebabnya sehingga belum menyadari sepenuhnya pentingnya pendidikan untuk masa depan anaknya. Tidak jarang ada anak yang tidak hadir dengan alasan membantu orang tua untuk panen sawit, menderes karet, panen di sawah bahkan menjaga adiknya karena orang tua harus bekerja.

Hal lain juga karena kondisi ekonomi masyarakat yang pada umumnya rendah dan rata-rata siswa sangat sulit untuk bisa menangkap dan memahami apa yang diajarkan, bisa dihitung dengan jari siswa yang mampu dan bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Hal tersebut membuat saya berprinsip untuk lebih menekankan nilai-nilai karakter (moral dan ahklak) dan disiplin, karena dengan memiliki karakter yang baik dan berdisiplin saya yakin akan membuat mereka kelak menjadi orang-orang yang berhasil sesuai dengan profesinya masing-masing.

 

Bangga Menjadi Guru Desa

Ditengah segala keterbatasan, saya tetap bangga menjadi bagian dari sekolah tersebut karena ditengah segala kondisi tersebut, setidaknya sekolah yang sangat jauh dari ibu kota kabupaten ini tetap diperhitungkan dengan berbagai prestasi yang ditorehkan siswa dan juga gurunya. Pada tahun 2015 siswa kami Kian Ritonga berhasil meraih juara II OSN bidang studi IPA se-kabupaten, pada tahun 2018 Tim Sepak Bola Sekolah memperoleh  juara III Gala Siswa se-kabupaten, Pada Tahun 2017 Juara I perlombaan drama dan juara II Puisi se-kabupaten dan banyak penghargaan lainnya yang selalu diperoleh disetiap ada kegiatan O2SN dan pramuka tingkat kabupaten yang dilaksanakan. Sebagai gurupun saya meraih Juara I OGN IPA se-kabupaten tahun 2018 dan 2019. Semua prestasi tersebut menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi kami semua.


Piagam dan Trofi yang diperoleh dari Kegiatan Pramuka Se-Kabupaten

 

Sepenuh hati untuk mengabdi

Kondisi sekarang sudah semakin baik, akses jalan tinggal sekitar 5 km lagi yang belum diaspal dan sinyal telepon dan internet sudah bisa digunakan (walaupun masih belum stabil karena masih hilang ketika listrik padam). Saya menikmati mengajar disekolah tersebut dengan selalu berusaha memberikan yang terbaik. Saya sadar semuanya tidak akan sia-sia tetapi perjuangan belum usai, karena saya bermimpi suatu saat nanti sekolah ini akan maju dan berkualitas, tidak ketinggalan dengan sekolah di kota.

Orang  yang dulunya berasal dari desa yang bercita-cita menjadi pengusaha akhirnya memenuhi panggilan hidupnya untuk mengabdi sebagai guru desa di sebuah pegunungan yang jauh dari kota. Mendidik anak bangsa menjadi insan yang berbudi pekerti luhur dan mampu meraih cita-citanya merupakan hal yang tidak bisa dinilai dengan apapun juga. Tetap bersyukur dan terus berusaha berjuang untuk berkarya dengan mengabdi sepenuh hati...


Sabtu, 21 November 2020

Akhirnya,,, Naik Golongan Juga....


Hari ini akhirnya penantian akan kenaikan golongan terjawab sudah. Perjalanan kenaikan golongan PNS bagi kami lulusan CPNS 2014 sangat rumit. Mulai dari lamanya mengikuti prajabatan sampai kenaikan golongan, bisa dibayangkan betapa lelahnya menunggu, kami sudah mengabdi di tempat tugas masing-masing mulai Oktober 2014 (dengan TMT CPNS 1 Februari 2014), tetapi baru dipanggil untuk prajabatan akhir tahun 2016, jadi 2 tahun kami berstatus CPNS. Dan akhirnya sah menjadi PNS 01 April 2017.

Pertengahan tahun 2018 ada angin segar bagi kami, pihak dinas meminta supaya mengumpulkan berkas dengan iming-iming akan bisa naik golongan ke IIIb pada April 2019. Dengan semangat, segera kami mengumpulkan semua berkas tersebut tetapi kenyataanya Nihil. 

Sekitar akhir tahun 2019, kembali ada instruksi untuk mengumpulkan berkas, Katanya bisa naik golongan bulan April 2020. Kami semua dengan segera kembali mengumpulkan dan melengkapi berkas apa yang diminta. Dengan harapan impian menjadi golongan IIIb terwujud, tetapi kenyataannya sama saja, dengan alasan angka kredit, tahun prajabatan dan entah apa alasan lainnya. 

Terlalu sering diberi janji-janji akhirnya pasrah dan menunggu saja. Syukurlah hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Hari ini kami semua resmi sudah menjadi PNS bergolongan IIIb dan tinggal menunggu penerbitan SK pada beberapa minggu ke depan. 

Terima kasih buat pihak dinas dan BKD yang pasti sudah berjerih lelah untuk mengurus dan mewujudkan mimpi kami selama ini. Mudah-mudahan untuk proses kenaikan golongan yang akan datang tidak ada lagi halangan dan tidak ada lagi kegalauan seperti waktu proses kenaikan pangkat sebelumnya...

Keluarga, Harta Yang Paling Berharga

Keluarga merupakan kelompok terkecil yang ada di dalam masyarakat. Terdiri dari orang tua dan anak-anak yang diizinkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk bersatu di dalam sebuah kelompok kecil, yang setiap harinya hidup bersama-sama dalam menghadapi kenyataan yang ada, baik di saat suka maupun duka.

Sungguh sangat miris apabila ada berita yang  mengabarkan sebuah keluarga yang berantakan (broken home), sangat disayangkan itu terjadi, karena betapa sia-sianya waktu yang dilalui hidup bersama tetapi tidak dapat memberikan kebahagiaan justru menghasilkan penderitaan.

Bersyukur buat setiap insan yang diizinkan bersama kita. Ya, hanya itu yang bisa kita panjatkan. Sebagai seorang suami, bersyukurlah ada seorang wanita yang mau hidup dengan kita bahkan melayani dan mengasihi dengan segala kekurangan yang ada pada diri kita, sebagai seorang istri, bersyukur buat seorang lelaki yang mau mempertaruhkan hidup untuk mendukung dan menjaga kita. 

Demikian juga seorang orang tua baik sebagai bapak atau ibu, sudah seharusnyalah kita bersyukur buat anugerah dan kepercayaan yang diberikan atas anak, putera yang tampan atau puteri yang cantik yang hadir untuk melengkapi kebahagiaan di tengah-tengah keluarga kecil yang ada. Juga anak haruslah mensyukuri betapa baiknya orang tua dengan segala kerja keras dan pengorbanan yang telah di pertaruhkan untuk memperjuangkan hidup anak-anaknya. Kita ada dan bisa menjadi seperti saat ini, karena peran dari orang tua kita.

Bebarapa hari yang lalu, saya terbangun dari tidur, segera melihat sekelilingku, kulihat istri dan anak-anak ku yang dengan tenang menikmati tidur mereka masing-masing,  aku pun hanya bisa bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan ketika melihat wajah manis mereka satu persatu. Istriku yang cantik dan anak-anakku yang begitu polos dan lucu, orang-orang luar biasa yang tidak pernah terpikirkan olehku untuk hidup bersama-sama dengan mereka.

Hal yang juga sangat diperlukan di dalam keluarga adalah komunikasi dan keterbukaan. Dengan adanya komunikasi yang baik, sebuah keluarga akan solid dan saling mendukung, saling mengasihi dan bekerja sama. Kalau bukan dari keluarga, dari siapa lagi kita akan mendapatkan dukungan dalam menghadapi tantangan yang ada? kalau bukan dari suami, dari mana istri mendapatkan kebahagiaan, demikian juga suami sudah seharusnya mendapatkan ketenangan bersama istrinya. Orang tualah juga yang seharusnya menjadi teladan dan motivator utama bagi anak-anaknya, anak-anak haruslah menjadi sumber kebahagiaan yang tak terhingga bagi para orang tua, semuanya bisa berjalan dengan adanya kedekatan batin yang dimulai dari komunikasi yang baik.

Di dalam kesibukan yang ada, ingatlah selalu keluarga yang ada, jangan pernah abaikan mereka, karena semuanya membutuhkan kasih sayang, membutuhkan perhatian dan ingin dicintai. Kesuksesan atau keberhasilan apapun yang dicapai setiap anggota keluarga hendaknya semakin membuat semua anggota keluaga lainnya merasakan sukacitanya.

Lihatlah orang-orang yang ada bersamamu saat ini. Pandangilah mereka satu persatu, sayangilah mereka, berusahalah memberikan pengorbanan yang terbaik bagi setiap mereka, sehingga sukacita dan rasa bahagia akan tetap hadir di tengah-tengah keluarga keceil kita.

Jumat, 20 November 2020

SENANTIASA BERSYUKUR DAN TERUS BELAJAR


Hidup adalah suatu Misteri dan semuanya yang terjadi ada dalam kuasa Ilahi. Kita hanyalah ciptaan-Nya yang harusnya terus belajar untuk menjalani masa yang ada, senantiasa berusaha melangkah dalam hidup yang bermakna. Bermakna dalam artian menikmati hidup yang sesaat ini dengan rasa syukur dan menggunakan waktu yang ada untuk melakukan hal-hal yang positip, tentunya juga menggunakan kesempatan yang ada untuk terus belajar dan menjadi orang yang berguna bagi sesama.

Hiduplah seolah-olah Anda mati besok, kalimat pertama dari kata bijak Mahatma Gandhi diatas perlu kita renungkan secara mendalam. Ya, memang kita tidak tahu kapan kita akan meninggalkan dunia ini, hanya Tuhanlah yang tahu pasti, tetapi hal tersebut akan kita alami sebagai makhluk yang fana. 

Pertanyaan bagi kita, apabila kita tahu esok pagi kita akan meninggal dunia. Apa yang akan kita lakukan hari ini? Pastilah kita menggunakan sisa waktu yang ada untuk melakukan hal-hal yang betul-betul sangat berguna dan bermanfaat. Kita akan memanfaatkan waktu yang ada untuk menikmati kebahagiaan bersama orang-orang yang kita sayangi. 

Tidak akan ada lagi celah yang tersisa di hati kita untuk berbuat hal-hal yang tidak baik. Tidak akan menggunakan sisa waktu yang kita miliki hanya untuk mengingat-ingat kesalahan atau menjelek-jelekkan orang lain, sebaliknya kita akan berusaha berbuat baik kepada setiap orang yang kita jumpai. Kita akan sangat menghargai setiap menit bahkan setiap detik sisa waktu yang ada untuk hal-hal positip. Lalu apakah ada jaminan bagi kita untuk tetap hidup sampai besok? 

Oleh karena itulah, pesan yang disampakan kepada kita supaya menggunakan setiap waktu yang ada seperti seolah-olah kita akan mati besok. Ketika kita sudah melakukannya, yakinlah hidup kita akan penuh dengan rasa syukur dan melakukan perbuatan-perbuatan baik kepada sekeliling kita dan itu akan memberikan kebahagiaan di dalam hati.

Belajarlah seolah-olah Anda hidup selamanya. Kalimat ini mengajak kita untuk terus giat belajar karena belajar tidak mengenal usia, pendidikan, status, profesi, dan lain-lain. Yang pertama bagaimana kita harus terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik, belajar menahan diri dan belajar dari orang-orang dan alam di sekeliling kita. Belajar untuk semakin mengenal dan memahami betapa luar biasa kayanya ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa melalui ilmu sains, ilmu sosial, seni, budaya dan ilmu pengetahuan lainnya. 

Belajar untuk menggali potensi diri juga sangat perlu, sehingga kita akan menjadi manusia yang lebih berkualitas lagi dari hari sebelumnya, belajar dan terus belajar. Karena begitu luasnya jagat raya ini untuk kita pelajari, itulah yang mau diingatkan kepada kita bahwa kita harus terus belajar dengan menganggap kita akan hidup selama-lamanya. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, karena kehidupan ini tidak akan pernah terlepas dari proses belajar.

Hidup hanya sementara, mari syukuri dan lakukan hal-hal yang benar-benar berguna bagi kita dan sesama. Walaupun hidup adalah sementara, tidak menjadi alasan bagi kita untuk berhenti Belajar, tetapi justru memacu kita untuk terus belajar sampai akhirnya kita akan menyelesaikan kehidupan di dalam hidup yang bermakna.

Kamis, 19 November 2020

Cerita Guru Desa: Air Meluap, Mengajar Terhambat

Pagi yang sejuk membuat semangat agak surut, ingin melanjutkan tidur karena masih mengantuk. Tetapi itu tidak boleh menjadi alasan untuk segera beranjak dan bergerak. Segera bangkit dan berkemas, mempersiapkan diri untuk segera berangkat ke tempat tugas untuk menunaikan tanggung jawab sampai tuntas.

Cuaca dingin pagi ini membuatku terlambat bangun, dengan segera kulaju sepeda motorku menuju sekolah yang berjarak 34 km dari rumah dengan waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan. Aku membeli 3 bungkus roti di warung pinggir jalan pada saat mengisi minyak sepeda motorku, cukup untuk sekedar mengganjal perut, pikirku.

Kulewati jalan demi jalan yang sudah biasa kulalui, penuh dengan pohon sawit di kiri kanan sisi jalan. Ya, tidak terasa 6 tahun sudah aku bolak-balik di jalan ini sejak ditempatkan di Sekolah tempatku mengabdi mulai bulan Oktober 2014 yang lalu. Aku bersyukur dengan setiap apapun yang kujalani selama menjadi abdi negara di daerah ini. Walaupun termasuk daerah terpencil tetapi hatiku tidak pernah sedikitpun kerdil untuk mengajar disana, justru hal itu merupakan suatu tantangan bagiku untuk berkarya di sebuah Desa yang jauh dari kota.

Cuaca yang agak mendung tak meruntuhkan semangatku untuk menuju sekolah, sambil membayangkan akan berjumpa dengan anak-anakku. Baru sekitar 15 menit melaju, aku terhenti kulihat beberapa sepeda motor berhenti dan ada kerumuman, "ada apa ini pikirku" dalam hati. 

Kupelankan laju sepeda motorku sambil melihat situasi sekeliling untuk memastikan apa yang terjadi. Rupanya air sungai meluap akibat hujan deras semalam, yang membuat ruas jalan terputus dan tidak dapat dilalui. Akupun berhenti dan berbicang sebentar dengan beberapa orang yang menunggu di pinggiran jalan, ada yang sudah satu jam menunggu tetapi air belum surut juga. 



Kondisi Air Meluap di Desa Aek Kundur





Kondisi Air Meluap di Desa Aek Simanat

Setelah hampir setengah jam tidak ada tanda-tanda air berkurang, aku mencoba menghubungi teman-teman  guru yang ada di desa sekolahku berada supaya mengambil alih les mata pelajaran yang seharusnya kutanggung jawabi, tapi tidak satupun yang terhubung, mungkin juga karena lampu padam di sana pikirku. Memang, di desa tempat sekolah ku mengajar bila listrik padam maka sinyal telepon akan segera menghilang. Kuputuskan mengirimkan pesan berharap rekan-rekan guru di sana akan membacanya. Dan aku pun segera berbalik arah, melaju sepeda motorku kembali menuju kediamanku.

Inilah sepenggal cerita seorang Guru Desa yang tetap semangat dan berjuang dengan segala keterbatasan yang ada....

Semangat...

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini