Minggu, 28 Februari 2021

Pemateri Diklat Online RPI NTT - Hidup Untuk Berkarya

 


Berikut ini merupakan kegiatan pembelajaran pada saat menjadi narasumber menulis online bersama RPI NTT, pada hari Jumat, 26 Februari 2021

Selamat malam Bapak/Ibu

Salam sejahtera bagi kita semua

Bapak/ibu semua dimanapun berada, semoga kita semua dalam keadaan sehat dan tetap semangat.

Yang saya hormati ketua RPI NTT, Bapak Zhulkaedir, Bunda Lilis Sutikno sebagai Ketua Bidang Literasi dalam kepengurusan RPI NTT, Guru Inspirasi NTT, sekaligus inisiator dari diklat menulis online ini.

Yang terhormat para Narasumber hebat yang ada di grup ini, Pak Rahmadi, Pak Eko dan Pak Nengah. Juga bapak/ibu semua peserta diklat yang luar biasa.

Saya sangat senang bisa diberikan kesempatan untuk berbagi pada malam hari ini, pada acara diklat menulis online yang diselenggarakan oleh Rumah Produktif Indonesia (RPI) NTT.

Jujur ketika membaca kalimat RPI, saya tertarik dengan kata “produktif”. Produktif artinya menghasilkan dalam jumlah yang banyak, memberikan hasil yang menguntungkan. Mampu menghasilkan secara terus-menerus.

Yang dihasilkan tentu adalah karya. Karya dalam berbagai bidang yang tentunya bermanfaat bagi kita dan juga orang lain.

Adapun diklat kita ini merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan dalam mendorong kita untuk tetap produktif dalam menghasilkan karya.

Saya tidak ingin menggurui bapak/ibu sekalian karena kita semua di sini sudah banyak yang telah menorehkan berbagai karya khususnya karya buku. Bahkan bukan hanya sekedar karya buku, tetapi ada juga yang sudah menjadi penggerak literasi di daerah kita masing-masing.

Di sini kita saling memotivasi dan berbagi. Dan pada kesempatan saat ini saya berbagi pengalaman, dengan tema “HIDUP YANG BERKARYA”

Kebetulan buku solo kedua saya judulnya juga “HIDUP YANG BERKARYA”, baru terbit 2 minggu yang lalu.


Kata bijak dari Bapak KH Abdul Wahid Hasyim, mengatakan:

“Tatkala waktuku habis  tanpa karya dan pengetahuan, lantas apa makna umurku ini?”

Hidup kita sementara dan terbatas, sejatinya waktu yang kita miliki hendaknya dimanfaatkan untuk menghasilkan karya. Karena kata bijak berkata bahwa manusia kelak akan dikenang dari karya-karya yang dihasilkan selama hidupnya.

Pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, dari Bunda Lilis, Pak Rahmadi dan Pak Eko sudah banyak motivasi bagi kita untuk segera memulai menulis (bagi pemula), tetap semangat dan konsisten bagi yang sudah memulai dan memiliki karya.

Malam ini saya mau berbagi bagaimana saya yang dulunya tidak tertarik dalam dunia literasi (menulis dan membaca) yang mungkin disebabkan latar belakang saya adalah jurusan Fisika nondik. Akhirnya terlibat dan termotivasi untuk terus menghasilkan karya dalam dunia Literasi.

Saya mulai belajar menulis sejak 10 juni 2020, ketika masa pandemi mengharuskan kita bekerja dari rumah. Sejak itu setiap hari saya belajar menulis dan berusaha banyak membaca. Saat ini saya sendiri kadang terpikir “kok bisa ya saya menulis”. Dulu menulis satu kalimat saja bagi saya adalah hal yang sangat sulit, apalagi satu paragrap, satu artikel dan menjadi satu buku.

Saya secara pribadi sangat bersyukur karena apa yang saya telah hasilkan sampai sejauh ini tidak terlepas dari dorongan dan motivasi orang-orang hebat yang ada di sekeliling saya. Dimulai dari Om Jay (Bapak Wijaya Kusumah) yang mengijinkan saya belajar menulis melalui WAG bersama PGRI Pusat pada tanggal 10 Juni 2020 lalu. Juga para narasumber ketika itu yang memotivasi saya untuk terus belajar menulis.

Kemampuan Literasi saya semakin berkembang ketika Bunda Lilis mengikutsertakan saya di dalam tim Kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI) melalui WAG. Saya mengenal beliau pada tanggal 29 Juli 2020 ketika bunda Lilis menjadi narsumber menulis PGRI Pusat.

Ketika Bunda Lilis menyampaikan pembelajaran, saya merasakan dorongan yang kuat untuk bisa mengikuti jejak beliau. Mungkin karena pemaparan beliau yang menyatakan bahwa beliau juga mengajar di sebuah desa terpencil, sama seperti saya yang mengajar di sebuah sekolah di desa tertinggal. Tetapi dengan segala keterbatasan yang ada beliau bisa menghasilkan berbagai karya bahkan berhasil mendapatkan penghargaan di tingkat Nasional. “Luar biasa” pikir saya kala itu.

Pembelajaran kala itu dilaksanakan pukul 19.00 s/d 21.00 WIB dan diakhir pembelajaran bunda Lilis membuat tantangan dan akan memberikan hadiah bagi 5 peserta yang membuat resmue terbaik. Saya pun segera membuat dan mengirimkan resume kepada beliau malam itu juga. Dan akhirnya beliau menghubungi 5 orang peserta yang menjadi pembuat resume terbaik ketika beliau tampil sebagai narasumber kala itu, dan saya termasuk salah satu di antaranya.

Seiring berjalannya waktu, saya terus belajar dan menggeluti dunia menulis, dunia yang asing dulunya bagi saya. Dari menulis buku antologi (buku bersama), kemudian memberanikan diri menulis buku solo. Kemudian menjadi kurator(penanggung jawab buku), moderator dan narasumber di kelas MBI bahkan saat ini menjadi editor buku.

Satu pelajaran berharga yang saya sudah alami adalah  keberanian untuk  mau belajar hal-hal yang baru. Karena langkah seribu selalu diawali oleh langkah pertama. Setelah memulai suatu hal yang baru, diperlukan kekonsistenan dengan berlatih setiap hari.

Saya pernah membaca buku yang mengatakan bahwa suatu kebiaasaan baru, bila kita lakukan secara konsisten selama 3 bulan, maka hal baru itu akan menjadi kebiasaan yang sulit kita tinggalkan.

Dalam zaman digital saat ini bapak/ibu, semua bisa kita pelajari. Tinggal yang diperlukan adalah niat dan kesungguhan untuk belajar. Dalam menulis juga demikian, banyak sumber yang bisa kita dapat di internet. Bagaimana aturan-aturan menulis sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) bisa kita akses secara online. Tinggal niat untuk belajar yang dibutuhkan.

Hal yang perlu dapahami bahwa "Menulis merupakan kegiatan yang bertujuan menorehkan catatan sejarah (Sahat S Naibaho)"


Bisa menulis, bukan soal siapa yang ahli, tetapi siapa yang mau


Hal-hal yang diperlukan dalam menggeluti dunia menulis:

1. Memiliki visi (tujuan) ketika terlibat dalam dunia liaterasi

Adapun beberap tujuan ketika bergiat dalam dunia menulis adaalah:



2. Berani melangkahkan kaki untuk hal-hal baru

Ketika sudah memiliki tujuan, segera mulai dengan keyakinan dan keberanian. Hilangkan segala keraguan dan ketakutan. Ingatlah "Perjalanan menempuh seribu mil dimulai dengan satu langkah (Lao Tzu)".

Harus berani mencoba sampai BERHASIL, karena tidak ada elevator/lift untuk mencapai kesukesan, hanya ada tangga yang harus kita naiki, satu demi satu.


3. Tetap Fokus pada tujuan

Tetap fokus, jangan terpengaruh oleh berbagai penilaian negatif dari orang lain yang tidak mendukung, karena hal itu bisa melemahkan bahkan menghentikan langkah dalam menulis.

Seperti gambar di atas, apapun yang dilakukan oleh pasangan suami istri tersebut akan dianggap salah oleh orang-orang yang memang tidak suka kepada mereka.

Tetapi tetaplah fokus, bergaul dan menerima masukan dan saran dari orang-orang yang memang mendukung kita untuk maju. 

Ingat selalu kata bijak yang berkata "Di mana ada fokus, maka di situlah energi akan mengalir (Tony Robbins)"

4. Tetap Semangat dan konsisten.

Ketika sudah memulai, tetaplah konsisten dan semangat untuk tetap menulis. Semuanya akan berproses, dan hasil tidak akan pernah mengkhianati proses. Ingat pengalaman dari Thomas Alfa Edison yang melakukan percobaan sampai 6000 kali gagal, dia tidak menyerah sampai akhirnya berhasil membuat bola lampu pijar pertama yang bisa mengeluarkan cahaya.

Dia berkata bahwa "Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% kerja keras (Thomas Alfa Edison)"

Ketika sudah terjun di dalam dunia menulis, banyak manfaat yang akan kita peroleh. Diantaranya:



Beberapa tips dalam menulis, antara lain:




Terakhir inilah kata kunci supaya berhasil menjadi penulis:



Menulislah, karena menulis adalah bekerja untuk keabadian


Kamis, 25 Februari 2021

PROFIL


Sahat Serasi Naibaho, S.Si, Gr. Lahir di Sumbul, 19 Maret 1984. Anak dari ayah bernama R. Naibaho dan ibu K. br. Sinurat. 

Menikah dengan Citra Turnip, S.S dan memiliki 2 anak (Noel Wanrido Naibaho & Novel Gohanni El Naibaho).

Berprofesi sebagai guru bidang studi IPA di SMPN 2 Dolok Sigompulon, Kab. Padang Lawas Utara, Prop. Sumatera Utara. 

Menjalani pendidikan di SDN 030332 Sumbul. SMPN 1 Sumbul, STM N 2 Medan (sekarang SMKN 4 Medan) Jurusan Audio Video.  Kuliah di Universitas Negeri Medan (UNIMED) jurusan Fisika Non-kependidikan, lulus tahun 2007. Kemudian mengambil AKTA-IV mengajar di Universitas Darma Agung (UDA) Medan tahun 2009.

Memperoleh Sertifikat Pendidik dari Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2018.

Peraih Juara 1 OGN IPA SMP tingkat kabupaten  tahun 2018 dan 2019

Mulai serius menekuni dunia menulis sejak bergabung dengan grup menulis om Jay-PGRI pada tanggal 10 Juni 2020. Saat ini ikut terlibat sebagai tim dan narasumber di kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI) yang diasuh oleh Bunda Lilis Sutikno, Guru Inspirasi NTT.

Karya Buku

Buku solo:

1). Rahasia Menulis sampai Menerbitkan Buku bersama Para Pakar. Terbit Agustus 2020.

2). Hidup Untuk Berkarya. Terbit Februari 2021

 
Buku antologi:

1). Pena Digital Guru Milenial (Antologi Kisah Guru Blogger belajar bersama Om Jay-PGRI). Terbit Juli 2020


2). Kobaran Semangat Ngeblog (Antologi Asyiknya ngeblog bersama blogger hebat). Terbit September 2020


3). Secercah Harapan dalam Keterbatasan (Antologi Kisah Guru Daerah Khusus). Terbit Oktober 2020


4). Merdeka Menulis Kisah Inspiratif (Antologi Belajar bersama Bunda Lilis). Terbit Desember 2020


5). Hadiah Untuk Bundaku Jilid 1 (Antologi Persembahan Khusus Buat Ibu bersama kelas WAG Menulis Buku Inspirasi). Terbit Januari 2021



 Editor Buku:

1). Hadiah Untuk Bundaku Jilid 2 (Antologi Persembahan Khusus Buat Ibu bersama kelas WAG Menulis Buku Inspirasi). Terbit Januari 2021


2). Memberi Inspirasi untuk Negeri (Antologi Peserta WIT 2020). Terbit April 2021




Penulis bisa dijumpai melalui :

Blog : https://sahatnbh.blogspot.com

Facebook : Sahat S Naibaho ,

Alamat email : sahatsn@yahoo.com


No.HP/WA  : 0813 7607 8732

Selasa, 23 Februari 2021

Menulis Semudah Ceplok Telur

 


Menulis semudah ceplok telur, itulah qoutes yang selalu didengung-dengungkan oleh Bunda Lilis Sutikno, guru inspirasi NTT. Di setiap momen ketika memotivasi orang lain untuk segera menulis beliau selalu menyampaikannya. Apa susahnya rupanya menceplok telur? Hal yang sangat sering kita lakukan. Tanpa keahlian khusus, pasti bisa. Ambil telurnya, pecahkan di atas wadah penggorengan, tinggal mengunggu beberapa saat, balikkan telur dan segera angkat, siap untuk dihidangkan... Mudah bukan? Hehehe...

Malam ini Bunda Lilis menjadi narasumber menulis pada diklat menulis online bersama Rumah Produktif Indonesis (RPI) NTT. Acara ini dimoderatori langsung oleh Bapak ketua RPI NTT, Bapak Zulkhaedir. Adapun kegiatan ini merupakan salah satu program NTT yang diinisiasi langsung oleh Bunda Lilis yang menjabat sebagai Ketua Bidang Literasi dalam kepengurusan RPI NTT. 

Malam ini merupakan kuliah perdana, setelah sehari sebelumnya kegiatan diklat ini resmi dibuka oleh ketua RPI NTT. Di awal pemaparannya, Bunda Lilis menguraikan perjalanan bagaimana sampai terlibat dan ikut serta dalam kepengurusan RPI NTT. Ternyata Presiden RPI Pusat, Bapak Dr. (Cand.) Yanuardi Syukur, M.Si adalah sahabat dan juga berperan sebagai editor buku perdana Bunda Lilis yang berjudul GURU adalah INSPIRASI Serial PELITA KAMPUNG BETA Jejak Juang Guru Desa Di NTT. 

Sebagai Ketua Bidang Literasi di RPI NTT, Bunda Lilis bertekad untuk memotivasi dan menggerakkan banyak orang khususnya di NTT untuk bisa terlibat dalam dunia tulis-menulis, yakni menghasilkan karya buku ber-ISBN. Diharapkan setelah diklat ini selesai akan terbit buku antologi ber-ISBN bertemakan "Kisah inspirasi selama masa pandemi".

"Dalam menulis harus dimulai dari kemauan", itulah penekanan awal dari beliau. Pokoknya ada niat dulu untuk menulis, jangan berpikir yang lain-lain dulu. Yang penting mau menulis dan segera menulis. Menulis apa saja yang kita mau. Jangan takut, segera hilangkan pikiran-pikiran negatif yang menghantui. Jangan dulu pikirkan aturan-aturan menulis yang baku, karena bisa saja itu menjadi penghalang bagi kita untuk segera memulai menulis. 

Bunda Lilis membagikan pengalamannya pada saat belajar menulis dari guru beliau, Pak Adi Ngongo. Tepatnya pada saat diklat menulis bersama AGUPENA NTT. Pesan Adi Ngongo yang selalu memotivasi beliau untuk menulis adalah "Nulis...Nulis...Nulis", ketika pikiran buntu sekalipun, tetaplah menulis. Menulis apa saja, yang penting nulis.

Hal itulah yang memotivasi Bunda Lilis, sehingga terus giat dalam dunia tulis-menulis. Dan akhirnya muncullah jargon "Menulis Semudah Ceplok Telur". Bunda Lilis pun menuliskan bagaimana menulis semudah ceplok telur di blognya di laman: http://www.guruinspirasintt.com/2020/04/menulis-buku-semudah-membuat-ceplok.html.

Walaupun demikian, menulis memerlukan proses untuk menghasilkan kualitas yang semakin hari semakin baik. Seperti seorang anak yang belajar memanjat pohon, perlu latihan dan terus latihan sampai akhirnya dia berani dan percaya diri untuk sampai diatas pohon. Cara jitu untuk menjadi penulis yang berhasil adalah dengan banyak membaca, karena membaca merupakan nutrisi dalam menulis. Semakin banyak membaca, maka tulisannya akan semakin berkualitas dan enak dibaca.

Di dalam pemaparannya, Bunda Lilis juga membagikan pesan yang pernah didapatnya dari Gubernur NTT, Bapak Viktor Laiskodat tepatnya pada saat memberikan sambutan pada acara Hari Ulang Tahun ke-9 SMPN 6 Nekamese dan Peluncuran Buku Karya Murid dan Para Guru di Halaman SMPN 6 Nekamese, Desa Oelomin Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang, Sabtu (15/8/2020). 

Menurut Bapak Gubernur bahwa orang yang punya iman teguh pasti mencintai pengetahuan dan rajin membaca. Dengan pengetahuan manusia mampu membangun imajinasi yang membuatnya jadi orang hebat dan berkualitas. Akhirnya Bunda Lilis merangkai kalimat demi kalimat yang didapatnya ketika itu menjadi sebuah tulisan di buku antologi "Secercah Harapan dalam Keterbatasan" dengan judul tulisan beliau "Restorasi Pendidikan di Nusa Tenggara Timur". Dan kebetulan saya bertindak sebagai kurator buku tersebut dimana penulisnya adalah guru-guru dari berbagai pelosok di nusantara.

Sungguh luar biasa motivasi dan inspirasi dari Bunda Lilis malam ini, ditambah lagi dengan quotes  beliau yakni: 
"Menulis adalah luapan rasa cinta yang tak sampai, agar cinta kita tersampaikan dengan sempurna maka menulislah"
"Menulis adalah berteriak kepada dunia tanpa suara"
Keren...

Diakhir acara, Bunda Lilis menyampaikan apresiasi dan penghormatan kepada guru menulisnya yang telah membesarkannya hingga tingkat nasional. Ya, Bapak Adi Ngongo... Jasa-jasamu akan selalu terukir di dalam hati, namamu akan selalu hidup dalam sanubari..... 


Terima kasih guruku buat segala jasa-jasamu...  
Terima kasih Bunda Lilis Sutikno, inspirator sejati yang selalu menebar inspirasi...

Jumat, 19 Februari 2021

Peran orangtua bagi kehidupan anak-anaknya

Orangtua, baik itu ayah atau ibu merupakan figur yang sangat mempengaruhi bahkan menentukan bagaimana kelak kehidupan dari anak-anaknya. Bagaimanapun juga orang tua harus menyadari hal itu. Bukan hanya menyadari tetapi berusaha dengan terus belajar untuk memaksimalkan perannya dalam membimbing anak-anaknya apalagi dengan tantangan perkembangan zaman yang terjadi saat ini.

Setidaknya hal yang pertama dibangun adalah kesadaran bahwa orangtua merupakan sosok yang utama yang bisa mempengaruhi dan mengarahkan anak-anaknya dalam menggapai kehidupan yang diimpikan, dalam hal ini pastilah tidak ada orangtua yang ingin anaknya mengalami kegagalan atau pun kehidupan yang tidak baik pada masa yang akan datang. 

Walaupun kita sadari hal itu tudak mudah, apalagi dengan berbagai kemajuan zaman saat ini. Kadang orangtua bingung dengan tingkah dan perilaku anak-anak yang sudah sangat dipengaruhi oleh dunia yang canggih saat ini. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dunia mereka sudah berbeda dengan dunia orangtuanya, orangtua sudah tertinggal jauh dalam hal pemahaman dan penguasaan akan berbagai alat modern sekarang ini, khususnya handphone yang sering disebut sekarang dengan smartphone (telepon pintar) dengan berbagai aplikasi yanga ada di dalamnya.

Lantas apakah kita sebagai orang tua menyerah dan tidak mau berusaha untuk "menyelamatkan" anak-anak kita dari sergapan kemajuan zaman saat ini? Tentunya tidak. Sebagai orangtua kita sangat menyayangi dan merindukan kehidupan yang lebih baik yang akan dirasakan oleh anak-anak kita. Sehingga diperlukan suatu kesungguhan hati, dan bukan hanya kesungguhan hati tetapi berusaha dengan berbagai cara supaya anak-anak bisa selamat dan mencapai kesuksesan di masa yang akan datang.

Bagaimana caranya? Memang kita tidak akan mampu mengikuti dan memahami semua perkembangan zaman saat ini seperti yang dilakukan anak-anak kita. Tetapi ada satu cara yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasinya. Apa itu? Komunikasi, ya komunikasilah satu-satunya cara yang ampuh dan menjadi senjata yang bisa digunakan untuk melindungi mereka dari cengkeraman dunia saat ini. Bukan sekedar komunikasi yang biasa-biasa saja, tetapi komunikasi yang intim. Intim berarti erat, dekat, terbuka dan tentu saja ada kenyamanan. 

Dengan menjalin komunikasi yang intim antara orangtua dengan anak, maka bisa menutup celah kejatuhan anak kapada hal-hal yang tidak kita inginkan. Ketika komunikasi terjalin dengan baik, anak akan nyaman dan menjadikan orangtuanya sebagai tempat utama dalam mengutarakan isi hati dan segala kegelisahannya. Tidak ada lagi hal yang ditutup-tutupinya ketika sosok orangtua sudah menjadi seorang sahabat terbaik baginya.

Komunikasi yang baik adalah komunikasi dua arah, tentunya diharapakan ada waktu kita mendengar dengan baik semua curhat anak, dan ada waktunya kita juga menyampaikan curhat dan nasihat kita kepadanya. Orangtua curhat kepada anak? Ya, sangat perlu. Dengan memposisikan anak juga sebagai sahabat, maka orang tua tidak harus selalu memposisikan diri di atas anak, merasa lebih segalanya sehingga hanya bisa memberikan nasihat dan perintah-perintah yang kadang itu membosankan bagi anak zaman now. Diperlukan suatu cara bercerita sebagaimana seorang teman curhat, sehingga anak memiliki tempat berdiskusi dan saling berbagi. Hal itu akan menimbulkan kedekatan emosional antara anak dengan orangtuanya.

Banyak hal memang yang harus diperhatikan orangtua bagi anak-anaknya. Supaya komunikasi senantiasa dapat terjalin dengan baik, hendaknya jangan ada kata-kata yang bisa menyakiti anak. Perkataan negatif, seperti: bodoh, tidak tahu apa-apa, atau perkataan kasar lainnya yang tidak layak untuk dikatakan. Karena ketika itu keluar dari mulut, hati anak bisa saja terluka dan tidak lagi respect kepada kita walaupun dia tidak menyampaikannya secara langsung. Bisa saja itu menjadi akar pahit di dalam dirinya yang akan selalu diingatnya.

Biasakanlah berkata hal-hal yang positif kepada anak, memuji dan memotivasi sehingga akan menimbulkan kenyamanan baginya, dan tentunya akan menumbuhkan kreativitas dalam dirinya berkat pujian dan motivasi yang ada. 

Pertanyaan yang muncul, apakah kita bisa memarahi anak? Tentu saja bisa, tetapi bukan dengan marah yang emosinal yang tidak terkontrol, setelah marah cobalah sampaikan alasan mengapa kita memarahinya dengan melakukan pendekatan pribadi. Di dalam menegur anak diperlukan juga cara khusus dengan berusaha mengajak bercerita dari hati ke hati, tanyakan mengapa dia berbuat demikian dan sampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki dan dikoreksi darinya dikemudian hari.

Bagaimana kalau emosi kita sudah sempat tidak tertahankan ketika memarahinya? Tentu saja itu bisa terjadi. Ketika terjadi berusaha untuk kembali mengelola emosi, dan sebisa mungkin mencari waktu yang tepat ketika kita dan anak dalam kondisi tenang untuk berkomunikasi dengannya. Sampaikan alasan kemarahan dan meminta maaf kepadanya, dan meminta dia juga untuk menyadari dan menyesali kesalahan yang dia lakukan. Intinya  memang jangan sampai amarah kita terekam dan tersimpan di dalam hati anak dalam jangka waktu yang lama. Harus ada "perdamaian" yang dilakukan secepat mungkin.

Hal yang terakhir dan mungkin berat bagi orangtua adalah menjadi figur yang dibanggakan dan didambakan oleh anak-anak. Orangtua yang menjadi sosok yang bisa diteladani dalam berbagai aspek, di percayai dan disenangi. Sehingga apa yang kita sampaikan bisa diterimanya karena memang kita sudah menjadi sosok yang dia segani dan hormati.

Sulit memang melakukan hal-hal di atas, menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari tidak semudah mengatakannya, tetapi sebagai orangtua kita harus tetap berusaha. Dengan terus belajar menjadi orang tua yang didamba, karena bagaimanapun masa depan anak-anak kita sangat dipengaruhi bagaimana kita memperlakukan mereka...

Rabu, 17 Februari 2021

Guru Desa, Semangat Berkarya !!!

Sebagai seorang guru desa, saya tidak pernah berkecil hati. Ditempatkan di sebuah sekolah di desa tertinggal, tepatnya di Desa Simundol, Kec. Dolok Sigompulon, Kab. Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Ya, disanalah saya mengabdi sejak ditempatkan oleh Pemkab Paluta, ketika saya lulus tes CPNS tahun 2013 yang lalu.

Sejak Oktober 2014, saya memulai pengalaman baru menjadi seorang pendidik di sebuah sekolah yang berada di pelosok. Sebelumnya saya memang sudah mengajar selama 5 tahun di sekolah yang berada di kota Medan, dan saat ini saya harus terjun dan menyatu dengan alam yang sejuk, di sekolah desa yang jauh dari kebisingan kota.

Sudah 6 tahun lebih saya mengajar di sekolah bernama SMPN 2 Dolok Sigompulon ini. Banyak hal baru yang saya alami. Suka duka dan pengalaman yang begitu mengesankan mulai dari melewati medan yang parah khususnya di awal penempatan sampai pada berjumpa dan berbaur dengan masyarakat asli penduduk daerah tersebut. Awalnya ada kecanggungan karena perbedaan yang ada, tetapi akhirnya bisa akrab dan merasakan kerbersamaan dengan siswa-siswa, khususnya para guru yang sudah saya anggap sebagai keluarga.

Menjadi Guru Desa. Suatu impian yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, apalagi guru di desa yang jauh dari tempat asal, sehingga dituntut untuk belajar berbagai hal. Belajar dengan budaya setempat dan bergaul dengan keberagaman yang ada, menunjukkan betapa kayanya Indonesia Raya, negara tercinta. Tepatlah semboyan negara kita, Bhineka Tunggal Ika, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu juga.

Guru desa, identik dengan keterbelakangan dan ketertinggalan. Guru desa identik dengan keterlambatan informasi. Tetapi itu hanyalah persepsi semata. Sebagai guru desa saya tetap berjuang untuk memperlengkapi diri dan berusaha untuk mengikuti perkembangan informasi, walaupun tidak seutuhnya bisa mengikuti. Minimal tidak tertinggal jauh dari guru-guru yang sudah melek teknologi.

Walaupun mengabdi di kampung, bukan berarti gurunya ikut kampungan. Bukan berarti guru desa selalu kalah kualitasnya dari guru kota. Terus belajar dan tentunya berjuang menghasilkan karya-karya, itulah kuncinya. Karena dengan karya maka kita akan bisa berdampak dan bermanfaat bagi sesama. 

Berusaha mengejar ketertinggalan, dengan berusaha berlari walaupun kadang harus tertatih-tatih. Semangat tidak boleh pudar, sepanjang hayat masih di kandung badan...



Kamis, 11 Februari 2021

3 Cara Praktis Menjadi Penulis BUKU (Solo)

Menjadi penulis buku tidaklah pernah terpikirkan sebelumnya, tetapi seiring dengan berjalannya waktu membawa saya kepada dunia literasi, suatu dunia yang awalnya tidak terlalu disukai tetapi akhirnya sekarang menjadi aktivitas sehari-hari. 

Apalagi selama masa pandemi Covid-19 melanda dunia yang mengharuskan banyak aktivitas termasuk bekerja dilakukan dari rumah, sehingga semakin banyak waktu luang yang dimiliki, tentunya hal ini sangat jarang kita dapatkan ketika masa-masa sebelum pandemi terjadi.

Memanfaatkan waktu luang dengan mencoba terjun dalam dunia literasi, ternyata memberikan dampak yang luar biasa. Banyak manfaat yang diperoleh, salah satunya dapat menerbitkan buku (baik buku solo maupun buku bersama). Hal yang tidak pernah terpikirkan, jangankan berkeinginan menghasilkan karya buku, sedikit pun dulu tidak pernah terbersit akan menjadi seorang penulis.

Dari pengalaman yang saya peroleh sejak terlibat dalam dunia tulis-menulis sejak 10 Juni 2020, setidaknya saya akan berbagi pengalaman terkait cara menghasilkan karya buku, dalam hal ini adalah buku solo (sendiri) bukan buku antologi (bersama). 

Karena bagaimanapun pasti ada tantangan  tersendiri yang kita akan dihadapi dalam menghasilkan buku solo, karena semua tulisan yang ada di buku tersebut merupakan tulisan kita sendiri, berbeda dengan buku antologi yang penulisnya bisa sampai puluhan penulis dalam satu buku.

Berikut ini ada 3 cara yang bisa kita lakukan ketika hendak menghasilkan karya buku sendiri, yakni:

1. Menggabungkan tulisan-tulisan yang sudah ada.

Ya, inilah cara yang termudah dalam menghasilkan karya buku. Dengan memeriksa kembali tulisan yang pernah kita tulis, baik itu yang pernah kita bagikan di blog, fb, dan media sosial lainnya, atau juga yang kita simpan dalam bentuk Ms.Word. Setelah mengecek kemudian pilihlah tulisan-tulisan dengan tema yang sama atau berkaitan satu dengan yang lain. Misalnya apabila ingin menulis buku tentang pendidikan, maka tentulah tulisan-tulisan yang menyinggung tentang pendidikan yang kita ambil kemudian disatukan di media pengolah kata seperti Ms.Word. 

Setelah lengkap, tinggal menyusun urutan-urutan naskah dan menambahkan tulisan pendamping buku berupa: Kata Pengantar, Endorsement, Persembahan, Kata Sambutan, Prakata, Daftar Isi, dan yang lainnya. Setelah itu tinggal mengirimkan ke pihak penerbit. Mudah kan................

Cara ini yang sudah saya terapkan dalam menghasilkan karya perdana saya, yang merupakan resume pembelajaran menulis secara online melalui WA Grup bersama Om Jay-PGRI Pusat.


Cara pertama ini menekankan bahwa begitu pentingnya untuk menulis, menulis dan menulis. Setidaknya menulis setiap hari dan jangan biarkan tulisan itu hilang begitu saja, tetapi disimpan dan diarsip dengan rapi, karena bisa saja suatu waktu tulisan tersebut akan menjadi salah satu naskah yang akan diterbitkan di dalam karya buku kita di kemudian hari.

2. Merancang tulisan dari nol

Mengapa saya menyatakan merancang dari nol? Karena cara kedua ini memang akan menghasilkan karya buku solo dari awal, mulai dari menentukan tema, kemudian membuat outline tulisan, membuat jadwal dan kemudian menulis naskah. 

Yang pertama sekali memang kita tentukan terlebih dahulu tema dan topik apa yang akan ditulis, pada saat itu juga kita sudah harus menentukan golongan/kelompok pembaca mana yang akan kita tuju, baik itu berdasarkan pendidikan, usia, jenis kelamin, latar belakang atau pertimbangan-pertimbangan lainnnya. Setelah tema, topik dan kelompok mana yang akan disasar oleh tulisan, maka perlu dibuat outline tulisan, yang merupakan penjabaran dari topik yang ditetapkan bisa dalam bentuk bab buku.

Ketika outline sudah selesai, maka buatlah jadwal penulisan dari bab-bab yang telah ditetapkan, hal ini perlu supaya penulisan naskah bisa berjalan dengan baik dan selesai sesuai dengan target yang sudah ditetapkan, kalau pun tidak sesuai waktu yang ada paling tidak sebagai pengingat yang akan memotivasi kita untuk menyelesaikan tulisan tersebut. Setelah semua naskah selesai lengkapilah dengan tulisan pendamping buku, kemudian ajukan ke penerbit untuk di cetak.

Cara kedua ini sangat baik dilakukan kerena semuanya direncanakan dari awal, tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menerbitkan buku dibanding cara yang partama. Dan cara ini sedang saya lakukan untuk rencana penerbitan buku solo saya yang ketiga.

3. Gabungan cara pertama dan kedua

Satu lagi cara supaya kita dapat menghasilkan buku adalah dengan menggabungkan cara pertama dan kedua di atas. Kita tentukan tema dan topik yang akan dibukukan dan buat outline tulisan, kemudian periksalah tulisan-tulisan yang sudah pernah ditulis yang berkaitan dengan topik tersebut, masukkan tulisan-tulisan tersebut di draft buku yang akan disusun, sedangkan untuk naskah bab buku yang belum ada sama sekali bisa kita tulis dan tentunya dengan membuat jadwal penulisan juga.

Sama seperti dua cara di atas, setelah semua naskah selesai baru lengkapilah tulisan pendamping buku, kemudian ajukan ke penerbit untuk di cetak.

Cara inilah yang saya terapkan dalam menulis buku solo kedua saya berikut ini:

Untuk ketiga cara di atas tentukanlah judul buku yang menarik dan tentunya sesuai dengan muatan tulisan yang kita hasilkan. Judul buku bisa ditetapkan di awal, pertengahan atau di akhir penulisan naskah, karena bisa saja ada ide terkait judul yang muncul seiring dengan penulisan buku, tetapi tentunya judul jangan muncul setelah buku terbit ya... Hehehehe...

Oh iya, jangan lupa juga melakukan editing semua naskah sebelum di sampaikan ke penerbit ya, cek lagi kata demi kata, kalimat sampai susunan naskah pada buku yang akan dicetak.

Demikian sedikit pengalaman saya dalam menerbitkan buku solo, semoga bisa memberikan sedikit gambaran bagi kita yang tertarik dalam menulis sampai akhirnya memiliki buku karya sendiri....

Semangat, 

Mari Berkarya dan Teruslah Berkarya....

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini