Kamis, 27 Mei 2021

Tantangan Pendidikan di Era 4.0


Tantangan pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, merupakan materi yang disampaikan oleh Bapak Indra Charismiadji pada pelatihan MBPF malam ini. Bersyukur ikut menyimak materi yang begitu lugas dan jelas yang disampaikan oleh narasumber kali ini yang merupakan seorang praktisi, pemerhati dan juga pakar teknologi pendidikan.

Malam hari ini sangat berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Kalau lima pertemuan sebelumnya fokus pada materi tentang menulis, yang tentunya bertujuan untuk menggelorakan semangat menulis kepada setiap peserta. Tetapi kali ini narasumber yang merupakan sosok yang fenomenal di dalam dunia pendidikan kita membukakan wawasan para peserta terkait dengan "Pendidikan di Era 4.0", baik tantangan dan bagaimana cara yang harus dilakukan khususnya para guru dalam menyikapinya tantangan pada masa Revolusi Industri 4.0.

Mengawali pemaparannya, beliau membukakan tentang perubahan akibat perkembangan zaman yang terjadi. Dari masa ke masa akan terjadi perubahan, khususnya yang kita alami saat ini yang disebut dengan masa Revolusi Industri 4.0.  Teknologi saat ini telah melahirkan hal-hal yang baru yang tentunya belum pernah kita dengarkan sebelumnya. Seperti istilah: Big data, 3D printing, M2M, Advanced robotics, dan lain sebagainya menggambarkan perubahan yang tentunya menuntut dunia pendidikan dalam mempersiapkan peserta didiknya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan yang ada.


Beliau juga menyampaikan perubahan yang terjadi menghasilkan tantangan baru. Melalui kajian dari McKinsey Globa Institute pada tahun 2030 diperkirakan ada 800 juta manusia yang pekerjaannya akan digantikan oleh teknologi, robot, mesin komputer, atau kecerdasan buatan. Hal tersebut mengakibatkan sekitar 375 juta manusia akan beralih dan menekuni pekerjaan yang baru.  


Data Institute of Museum & Library Services mengungkapkan perbedaan pekerja pada abad 20 dengan abad 21. Ketika di abad 20 seseorang sangat jarang berganti pekerjaan, biasanya hanya berganti sekali seumur hidup, sehingga paling tidak seorang pekerja hanya menekuni maksimal 2 jenis pekerjaan. Sangat berbeda dengan kondisi pada abad 21, dimana rata-rata setiap pekerja harus menekuni 10 sampai 15 jenis pekerjaan, hal ini tentunya karena tuntutan perkembangan teknologi yang selalu dinamis.

Kompetisi dalam mendapatkan pekerjaan juga sudah berubah, dulunya kompetisi hanya bersifat lokal tetapi sekarang kompetisi bersifat global atau mendunia. Siapa pun saat ini bisa menjadi pekerja di semua negara, asalkan memiliki kompetensi yang mumpuni. Dan hal yang harus menjadi perhatian serius dalam mempersipkan generasi yang akan datang adalah pernyataan dari World Economic Forum (2018) yang menyatakan bahwa "65% siswa yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar akan bekerja pada bidang yang hari ini belum tercipta".

Melihat data di atas muncul pertanyaan, seperti apa manusia yang akan mampu menghadapi perkembangan yang terjadi? Pastilah hanya manusia-manusia yang berkompeten atau yang disebut memiliki nalar dan keterampilan abad 21. Lantas siapa yang meyiapkan mereka untuk bisa menghadapinya? Tentunya beban berat itu ada di atas pundak guru sebagai profesi yang bertugas mempersiapkan SDM yang berkualitas.  


Untuk menghasilkan peserta didik yang bernalar dan berketerampilan abad 21, diharapkan dalam proses pendidikan tidak hanya menghasilkan peserta didik yang hanya mampu menghapal (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3). Karena suatu saat manusia-manusia dengan kemampuan sebatas sampai C3 akan digantikan oleh komputer, bahkan komputer lebih pintar dari manusia kalau sebatas menghapal, memahami dan mengaplikasikan.

Kemampuan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), sampai pada tahap mencipta (C6) itulah yang dibutuhkan pada diri peserta didik kita saat ini. Tentunya dengan terbiasa menganalisa, mengevaluai bahkan membuat sesuatu hal yang baru akan membuatnya menjadi pribadi yang unggul dan mampu bersaing. 

Dalam diri seseorang yang sudah memiliki kemampuan C4, C5, sampai C6 (dinamakan kemampuan berpikir tingkat tinggi) terdapat empat karakter yang tertanam dalam dirinya yakni: kritis dalam berpikir, kreatif, memiliki kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi. 

Memang dalam menerapkannya tidak semudah mengatakannya. Apalagi dengan perbedaan kualitas dan berbagai permasalahan yang ada di setiap satuan pendidikan di negara kita. Tetapi ini menjadi suatu tantangan besar bagi setiap pendidik yang menyatakan diri sebagai seorang guru profesional. Setidaknya setiap guru terlebih dahulu menerapkan dan memiliki memampuan bernalar dan berketerampilan abad 21 seperti yang telah diuraikan di atas, kemudian menularkannya kepada setiap peserta didiknya.

Satu hal sederhana tetapi memiliki makna yang dalam ketika Bapak narasumber memberikan contoh seorang guru yang selalu menyuruh anak didiknya untuk selalu belajar, pertanyaannya apakah guru tersebut sudah terlebih dahulu melakukannya dengan terus belajar untuk memperlengkapi dirinya untuk menjadi guru yang benar-benar guru? Mari kita renungkan bersama...

Selasa, 25 Mei 2021

Resume Terbaik "Menulis untuk Berkarya"



"Tatkala waktuku habis tanpa karya dan pengetahuan, lantas apa makna umurku ini?" -K.H. Wahid Hasyim- 


Kata bijak di atas selalu terngiang jelas. Kalimat yang senantiasa menggerakkan raga untuk selalu memanfaatkan waktu yang ada untuk terus berkarya... berkarya... dan berkarya.

Saya sangat senang ketika diberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman di kelas Menulis Bersama Pak Naff (MBPN) kemarin malam. Semoga apa yang saya sampaikan menumbuhkan bibit-bibit baru pegiat literasi khususnya di Sumatera Barat, sebagai tuan rumah kegiatan ini diselenggarakan. 

Saya tidak akan panjang lebar menguraikan tentang materi yang sudah disampaikan tadi malam, karena sudah ada resume yang dituliskan oleh peserta pada pelatihan tersebut. Ya, memang saya memberikan tantangan untuk menulis resume pertemuan tersebut. Karena ketika membuat resume, peserta langsung diajak untuk terjun menulis. Jadi pelatihan menulis bukan hanya sekedar teori saja.  

Selamat buat Ibu Darma Aswita, yang karyanya terpilih sebagai resume terbaik. Semoga bingkisan yang sudah saya kirimkan memberikan motivasi buat ibu untuk terus berkarya. Buat peserta lainnya yang juga telah mengirimkan resumenya tetapi belum beruntung, saya juga mengucapkan terima kasih dan tetap semangat dalam menghasilkan karya. 
  
Ayo kita simak resume dari Ibu Darma Aswita berikut ini:



Menulis untuk Berkarya

Menulis berarti menuangkan pikiran kita ke dalam sebuah tulisan. Hingga akhirnya menjadi sebuah karya yang dapat dinikmati oleh si penikmat bacaan.

Suaat kita memutuskan menjadi seorang penulis, berarti kita sudah berani melawan ketakutan kita dalam menulis. Itu berarti kita sudah memiliki niat untuk menjadi seorang penulis sejati. 

Namun, ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis. Seorang inspirator dalam kelas Menulis Bersama Pak Naff (MBPN), yang bernama Bapak Sahat S Naibaho mengemukakan beberapa hal yang diperlukan seorang penulis. 

Berikut hal-hal yang diperlukan seorang penulis:

1.      Niat
Semuanya dimulai dari niat. Apapun kegiatan yang akan kita kerjakan tentulah harus ada niat. Jika seseorang tidak memiliki niat menjadi penulis, maka dia tidak akan jadi penulis. Menjadi penulis tidak harus memiliki bakat, namun yang dibutuhkan adalah niat dan tekad yang kuat. Diawali dari niat dan tekad, disitulah kita bisa menjadi seorang penulis.
Niatkan saja dulu, siapa tahu dengan niat kita yang kuat kita bisa menjadi penulis terkenal. Untuk menimbulkan niat menjadi penulis. Tentu kita memiliki alasan ataupun tujuan menjadi seorang penulis.

Alasan yang pertama bisa berorientasi material. Dimana kita berniat untuk mencari royalti dari penjualan buku yang telah kita tulis, atau pun jadi pembicara di acara-acara seminar mengenai buku kita.

Alasan kedua orientasi eksistensial, dimana bertujuan agar kita dikenal oleh masyarakat. Dalam hal ini bertujuan untuk mengejar popularitas. Menjadi penulis maka secara tidak langsung kita akan dikenal oleh banyak orang. Apalagi tulisan kita termasuk kategori best seller. Bisa dipastikan nama kita akan dikenal di seluruh penjuru Negeri.

Alasan selanjutnya adalah orientasi personal, orientasi sosial, dan orientasi spiritual. Orientasi personal berarti kita berniat menjadi penulis untuk mengekspresikan perasaan kita. Dengan menulis kita dapat menuangkan pengalaman yang kita alami. Ataupun menuangkan ide dan imajinasi kita ke dalam sebuah tulisan.

Sedangkan orientasi sosial berarti tujuan kita untuk merubah cara berpikir orang ataupun pandangan orang lain. Kita mengajak seseorang untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda. Sehingga orang lain terpengaruh dengan tulisan kita.

Terakhir orientasi spiritual, tujuannya semata-mata untuk beribadah dan menyebar kebaikan. Mengajak pembaca untuk melakukan kebaikan. Baik kepada diri sendiri, orang lain, ataupun kepada lingkungan.

Dengan jelasnya tujuan kita dalam menulis, maka niat kita untuk menulispun akan semakin kuat.
Jadi, sudahkah kamu memiliki niat untuk menulis?
 
2.      Komitmen
Setelah kita memiliki niat. Maka berkomitmenlah dengan niat yang telah ditetapkan. Komitmen merupakan salah satu langkah kita menjadi penulis. Komitmen dengan diri sendiri untuk selalu belajar dan rutin dalam menulis. Komitmen berarti kita berjanji pada diri sendiri untuk menepati apa yang telah kita niatkan. Buatlah komitmen untuk menulis setiap hari. Jika sudah terbiasa menulis setiap hari, melewatkan satu hari saja tanpa menulis maka akan terasa hambar dan hampa. Ibarat makan sayur tanpa garam. Hambar.

Tetaplah berkomitmen dalam menulis. Seperti kata bu Ditta "Milikilah mental seorang penulis yang pantang menyerah". Walaupun banyak halangan ataupun rintangan jangan takut gagal, coba lagi. Semuanya hanya soal jam terbang. Semakin banyak kita latihan, maka akan semakin terasah keterampilan kita dalam menulis. Exercise make perfect, jika kita sering latihan maka akan menghasilkan kesempurnaan.
 
3.      Bergabung dengan komunitas menulis
Niat sudah ada, komitmenpun sudah dibuat. Lalu bergabunglah dengan komunitas menulis. Buat apa? Nah, pak Sahat menjabarkan bahwa dengan kita bergabung dalam komunitas, semangat kita dalam menulis akan terpelihara. Ibarat kita berteman dengan penjual parfum, wanginya juga akan sampai ke kita kan? Begitulah tujuannya.

Dengan bergabung dalam komunitas menulis kita akan saling memotivasi, saling mendukung, dan saling memperbaiki tulisan-tulisan yang kita buat. Bahkan kita bisa menjadi editor untuk teman kita dan sebaliknya.
Jadi, janganlah ragu untuk bergabung dalam komunitas.
 
4.      Ikut menulis di buku antologi (bersama)
Tujuannya agar kita terlatih dan memacu semangat kita untuk menerbitkan buku solo. Jika kita terbiasa menulis antologi, hal ini akan memberikan pengalaman berharga untuk kita dalam menulis buku solo. Kita juga akan terlatih mengedit tulisan-tulisan kita sebelum diterbitkan ke penerbit.

5.      Banyak membaca
Membaca menjadi salah satu point penting untuk menjadi penulis. Semakin banyak kita membaca, maka pembendaharaan kata kita akan semakin meningkat. Dengan membaca, kosa kata yang baru akan terekam dalam otak kita. Sehingga, saat kita menulis, kosa kata tersebut akan muncul dengan sendirinya. Selain itu, tulisan kita juga akan semakin bervariasi dengan banyaknya kosa kata. 

Tidak rugi jika rajin membaca, tidak hanya dapat ilmu tetapi pembendaharaan kata juga bertambah. Tulisan kita juga semakin variatif. Dan yang terpenting keterampilan menulis kita semakin terasah. Jadi, masih malas untuk membaca?
 
6.      Menulislah dengan hati
Menulislah dengan hati berarti menulislah dengan sepenuh perasaan. Tujuannya agar tulisan yang kita tulis sampai kepada pembaca. Agar tulisan kita memiliki ruhnya sendiri. Jika tulisan kita telah memiliki ruhnya sendiri maka tujuan kita sampaj kepada si pembaca. Akan memberikan kesan yang mendalam kepada pembaca.
 
7.      Belajar tata cara penulisan yang baku dan benar
Saat menulis perlu kita perhatian ejaan dan tanda baca yang tepat. Jika kita ingin menjadi penulis profesional maka sudah seharusnya kita belajar tata cara penulisan yang benar. Belajar kata baku, dan ejaan yang benar. Kita bisa melihat buku panduan EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) dan kita juga bisa berpedoman kepada KBBI. Banyak media yang kita gunakan dalam belajar tata cara penulisan. Jadi tidak ada alasan untuk kita malas belajar tata cara penulisan yang benar.

Jika kita sudah menguasai ketujuh hal tersebut, maka kita akan mampu menjadi seorang penulis sejati.

Kesimpulannya mulailah dengan niat yang tulus, tetaplah komitmen dalam menulis, pupuk terus semangat kita dengan bergabung dengan dalam komunitas menulis. Perbanyak bacaan, kemudian tulislah dengan hati, dan teruslah belajar. 

Semangat berkarya. 
Semangat memberikan ilmu-ilmu bermanfaat melalui karya-karyamu.
 
Wassalam
Darma Aswita
24 Mei 2021
MBPN
Guru SD 04 Sikabu Kec.Lubuk Basung
Kab. Agam
Sumatera Barat

(Dikirim ke email saya: sahatnbh@gmail.com, pada hari Selasa, 25 Mei 2021, pukul 00.02 WIB)

Rabu, 19 Mei 2021

Tidak mau cepat pikun? Mari menulis


Pikun merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan penurunan daya ingat atau memori pada otak. Orang yang mengalami kepikunan membutuhkan waktu yang lama untuk mengingat atau bahkan sering lupa dengan apa sudah dialami atau dilakukan sebelumnya.

Pada orang pikun terjadi penurunan fungsi otak. Kemampuan berpikir berkurang, kesulitan memahami sesuatu hingga menurunnya kecerdasan mental. Adapun ciri orang yang mulai diserang penyakit pikun adalah sering salah meletakkan suatu lalu tidak ingat lagi dimana benda tersebut berada. Ciri lainnya adalah sulit berkonsentrasi dan sering mengulang pertanyaan atau cerita yang sama dalam rentang waktu yang berdekatan.

Kepikunan biasanya dialami oleh orang yang sudah lansia, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang masih muda pun bisa mengalaminya. Karena pikun tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor usia, tetapi bagaimana kita mampu mengelola dan menjaga supaya otak dapat tetap berfungsi dengan baik.

Bagaimana supaya kita tidak cepat pikun? Salah satunya dengan membiasakan menulis. Menulis adalah suatu aktivitas yang selalu melibatkan otak untuk aktif bekerja. Otak mirip seperti otot, semakin sering dilatih semakin lama untuk bisa bertahan dan berfungsi dengan baik.

Kegiatan menulis akan selalu mengaktifkan otak untuk senantiasa berpikir dan berimajinasi. Ketika hendak menuliskan pengalaman atau kisah yang pernah kita jalani pastilah akan melatih otak untuk mengingatnya kembali. Ketika hendak menulis cerita fiksi maka akan melatih otak untuk senantiasa berimajinasi. 

Pada saat hendak menulis artikel atau tulisan ilmiah lainnya maka akan melatih otak untuk berpikir mengenai kerangka tulisan dan sumber-sumber tulisan yang akan diramu menjadi sebuah tulisan yang baik dan menarik. Dengan  demikian fungsi otak akan tetap terjaga dan tidak akan melemah, sehingga kepikunan dini bisa dicegah.

Selain itu, kegiatan menulis juga akan memberikan kebahagiaan, rasa senang dan kepuasan kepada penulisnya karena telah berbagi pengetahuan, ide, pengalaman dan cerita melalui tulisan yang dihasilkannya. Hal tersebut tentunya sangat bermanfaat dan membawa efek positif pada otak. Yang pasti semuanya itu akan mendukung kinerja otak untuk berfungsi dengan maksimal. 

Bisa dipastikan tidak ada satu orang pun dari kita yang ingin segera mengalami kepikunan, setidaknya kita bisa menunda kepikunan dengan aktivitas menulis.
Mari menulis...

Senin, 17 Mei 2021

Bangkit dari Keterpurukan



Setiap kita pasti pernah menghadapi permasalahan hidup. Bahkan saat ini kita mungkin sedang mengalaminya. Permasalahan, pergumulan, penderiataan atau pun persoalan yang membuat kita menjadi putus asa, menyerah, pasrah bahkan stres karena terlalu larut dalam permasalahn tersebut. Ya, sepertinya tidak ada lagi jalan keluar, sudah buntu, tidak ada harapan dan semangat dalam menjalani kehidupan.

Sebagai editor buku, saya sangat-sangat bersyukur banyak membaca kisah dan pengalaman dari para penulis yang bukunya saya edit. Berbagai kisah yang dialami sendiri oleh penulis membuat saya kadang tersenyum, terharu bahkan  sampai meneteskan air mata pada saat membaca cerita yang begitu menggugah hati. 

Demikianjugalah ketika malam ini saya mengedit sebuah buku antologi bertemakan "PATAH HATI", buku yang ditulis sebelas penulis dengan nuansa hati yang beragam dan cerita yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang pernah mereka alami, tetapi semuanya masih terkait dengan cerita tentang "PATAH HATI".

Uniknya cerita yang ada bukanlah hanya cerita tentang putus cinta seperti yang kubayangkan sebelumnya. Selain tentang cerita cinta yang pupus di tengah jalan karena ditinggalkan sang kekasih hati, terdapat juga cerita patah hati karena ditipu oleh sahabat yang selama ini sudah dianggap seperti keluarga sendiri, juga cerita ketika tidak diterima bekerja dari banyaknya lamaran pekerjaan yang telah dilayangkannya ke berbagai perusahaan karena cacat yang dialaminya.

Juga terdapat cerita yang sangat menggugah hati dan membuat haru karena penulis merasakan patah hati yang sangat mendalam karena ditinggal selamanya oleh ibunda dan juga sahabat yang sangat dicintainya. Dan ada beberapa cerita patah hati lainnnya yang menggambarkan suasana hati yang sangat terpukul, tertekan bahkan sangat sakit ketika harus mengalami semua kenyataan yang terjadi.

Tetapi semua penulis bukan hanya menceritakan segala kesakitan yang mereka rasakan, justru hal yang luar biasa adalah adanya suatu komitmen untuk bangkit. Ya, bangkit dari keterpurukan yang ada. Tidak lagi fokus kepada persoalan dan sakit hati yang ada di dada. Tetapi memandang ke depan dengan optimis. Bahkan ada seorng penulis yang mengatakan bahwa "Patah Hati itu belati yang meretas jalan menuju sukses".

Semua mereka sepakat bahwa ketika persoalan hadir, bahkan walaupun hati  sudah hancur berkeping-keping, kita harus tetap bangkit. Orang yang diputuskan bahkan ditinggalkan oleh pujaan hatinya, harus berani memandang ke depan dan percaya bahwa ada sosok pasangan yang lebih baik lagi yang Tuhan telah sediakan baginya, bahkan hal itu mengingatkannya untuk hijrah ke pada cinta yang sesungguhnya, yaitu cinta kepada Allah penguasa langit dan bumi.

Orang yang pernah ditipu orang lain, membuatnya untuk lebih berhati-hati dan tidak mudah dalam mempercayai orang lain di kemudian hari. Yang lamaran pekerjaannya selalu ditolak oleh perusahaan justru memotivasi dirinya untuk berusaha sendiri dengan menghasilkan karya yang inovatif dan bermanfaat bahkan sampai ke luar negeri. Banyak tantangan yang membuat mereka patah hati, tetapi mereka tidak mau patah semangat. Yang pasti ketika saya membaca semuanya, membuat saya semakin semangat dalam menjalani hari-hari. 

Dan memang itulah kenyataan hidup yang sedang dan akan selalu kita alami. Pasti masalah akan datang silih berganti, pergumulan hidup akan selalu menguji. Dan semuanya kembali ke pada diri sendiri. Ingat, patah hati bukan berarti kehidupan akan berhenti, tetapi akan terus berjalan. Tinggal bagaimana kita memaknai semua yang terjadi, supaya cerita patah hati justru menjadi inspirasi. Seperti yang telah dituliskan oleh para penulis hebat di buku yang sedang saya edit ini.

Ayo... Tetap semangat... Segera bangkit dari keterpurukan...  

Jumat, 07 Mei 2021

Corona semakin merajalela...


Hampir satu setengah tahun sudah dunia ini dilanda virus corona. Sepertinya belum ada tanda-tanda untuk segera mereda. Bahkan akhir-akhir ini, di berbagai negara wabah corona semakin merajalela. 

Salah satu negara yang saat ini mengalami Tsunami corona adalah India. Ya, dilaporkan bahwa kasus inveksi covid-19 di negara tersebut mencapai 400.000 kasus dan tingkat kematian hampir 4000 orang perhari. Sungguh sangat menyedihkan mendengarnya. 

Seluruh negara di dunia sudah berjaga-jaga. Mewaspadai adanya perkembangan varian virus baru yang muncul seperti varian Inggris (B.1.1.7), varian India (B.1.6.1.7) dan varian Afrika Selatan (B.1.3.5.1). Ditambah lagi dengan peningkatan penularan yang terjadi di beberapa negara seperti Bhutan dan Nepal.

Soal penyebaran corona memang sudah nyata ada di mana-mana. Hal itu tidak bisa dibantah lagi. Corona memang nyata. Keluarga, tetangga, teman kerja, dan sahabat kita sudah ada yang jadi korbannya. Dengan berbagai cerita yang sudah kita dengar secara langsung, ada yang terinfeksi dan kemudian sembuh, tetapi tidak sedikit juga yang nyawanya tidak bisa diselamatkan. 

Kecuekan, ketidakpercayaan atau mungkin karena kejenuhan menyebabkan masyarakat sepertinya tidak lagi terlalu peduli dengan bahaya corona. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya masyarakat yang tidak mengikuti anjuran untuk melakukan protokol kesehatan yang sudah berulang-ulang disampaikan. 

Memulai dari diri sendiri adalah langkah yang bijak. Ketika semua sudah memulai dari diri sendiri untuk menaati aturan protokol kesehatan maka hal itu akan sangat berdampak dalam memutus rantai penyebaran covid-19. Ya, perjuangan tidak akan berhasil hanya oleh satu dua orang, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dengan penuh kesadaran. 

Hal yang juga sangat penting bagi kita adalah menjaga iman dan imun. Iman akan menjadikan kita tetap optimis dan percaya bahwa pandemi covid-19 pasti berlalu dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa, dan juga menjaga imun supaya tubuh kita tetap terlindung dan terbebas dari sergapan si corona.

Sampai kapan pandemi ini berakhir? Tidak ada yang bisa memastikannya. Tetapi apakah kita akan membiarkan semuanya terjadi, sehingga akan menelan semakin banyak korban jiwa? Sangat diperlukan kesadaran yang sungguh-sungguh dari kita semua, jangan sampai ada kata menyesal di kemudian hari.

Jangan lengah... Ikuti protokol kesehatan... Tetap jaga iman dan imun...

Rabu, 05 Mei 2021

Jangan dustai Nuranimu...


Jangan dustai Nuranimu

Perjalanan hidup memerlukan suatu pedoman
Ya, pedoman yang menjadi patokan dalam melangkah
Karena itulah dasar untuk menentukan pilihan
Yang sangat mendasar ketika menentukan arah

Hiruk pikuk dan suara bising di sekeliling 
Kadang mengaburkan suara hati yang murni
Suara-suara penuh rayuan yang selalu terngiang
Menimbulkan kebimbangan di dalam hati

Memang perlu pertimbangan matang
Dalam menentukan suatu keputusan
Jangan salahkan nasib yang malang 
Ketika asal dalam menentukan pilihan

Ketenangan dan kekhusyukan hati
Sangat diperlukan untuk mengambil langkah pasti
Karena hati tidak akan pernah mengingkari
Tindakan yang tulus yang penuh arti

Jangan dustai nuranimu
Ikuti kata hatimu
Itulah jalan terbaik untukmu
Yang akan memberikan kebahagiaan bagimu

                                                               Rantauprapat, 5 Mei 2021

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini