Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, dan wajar pasti akan selalu ada hal-hal yang perlu diperbaiki dalam tindakan, perkataan dan juga pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari. Sebagai makhluk sosial yang hidup bersama di dalam masyarakat, pastilah kita sering melihat kekurangan dari orang-orang di sekeliling kita. Dalam meresponi hal tersebut tidak jarang kita langsung memberikan kritik kepada orang-orang yang kita anggap telah bertindak tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kritik berarti: kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Kritik sering sekali langsung keluar dari mulut seseorang tanpa memperhitungkan dampak dari kritik yang disampaikannya. Pertanyaannya, apakah kritik itu bertujuan untuk membangun atau justru menjatuhkan?
Ada istilah orang yang mengatakan "Kritik yang membangun" dengan alasan kritik yang disampaikan itu bertujuan untuk memperbaiki hal-hal yang sebelumnya salah supaya di kemudian hari tidak terulang kembali. Tetapi tidak jarang justru setelah kritik dilontarkan, bukannya perbaikan yang dihasilkan tetapi justru mental orang yang dikritik menjadi lemah, sehingga dia merasa down, tidak bersemangat bahkan menyimpan perasaan tidak senang dengan orang yang memberikan kritikan tersebut, yang mengakibatkan hubungan mereka menjadi terganggu.
Yang pasti memang karakter setiap orang memang berbeda-beda, sehingga tidaklah semua orang siap untuk menerima kritik. Apalagi ketika kritikan disampaikan di depan banyak orang. Kritik tersebut seolah-olah bertujuan hanya untuk mempermalukan, menunjukkan kelemahan/kekurangan orang yang dikritik tanpa adanya solusi dan tentu saja hal ini menyampaikan kesan bahwa orang yang mengkritik merasa lebih hebat dari orang yang dikritik.
Sangat berbeda apabila kritik tersebut disampaikan secara empat mata, dan lebih luar biasa lagi apabila dibarengi dengan saran dan masukan-masukan untuk perbaikan. Dengan empati si pemberi kritik akan menawarkan solusi untuk memperbaiki kekurangan yang ada, sehingga dia bukan hanya menunjukkan kesalahan yang ada. Dengan cara ini pastilah yang dikritik merasa nyaman, senang, merasa didukung untuk memperbaiki diri dan tidak akan menyisakan rasa ketidaknyamanan kepada si pemberi kritik.
Apakah kritik itu membangun atau menjatuhkan? Dari uraian singkat di atas setidaknya bisa disimpulkan bahwa kritik itu akan membangun ketika pemberi kritik mempunyai empati dan niat yang tulus untuk menolong orang yang dikritik untuk bangkit dan mampu memperbaiki diri. Sebaliknya kritik akan menjatuhkan apabila memang si pemberi kritik tidak punya empati, tidak ada solusi yang tawarkan, tetapi yang ada adalah kesombongan diri.
Apakah kritikan kita membangun atau menjatuhkan? Tergantung dari motivasi kita ketika memberikan kritik...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar