Hidup harus penuh dengan perjuangan. Tanpa perjuangan dan
kerja keras, mustahil kita akan meraih kesuksesan dan keberhasilan. Membaca
kisah-kisah yang diuraikan para penulis hebat di dalam buku ini semakin
memantik semangat saya untuk selalu berjuang, berjuang, dan berjuang. Sesulit
apa pun kondisi yang kita hadapi, kita harus tetap optimis. Pandemi yang
melanda dunia tidak bisa menjadi penghalang bagi guru-guru dalam menunaikan
tugas. Guru harus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan situasi, sehingga
pembelajaran tidak terbengkalai. Kondisi lingkungan yang seolah-olah tidak
mendukung pun tidak boleh menjadi penghalang, kita harus selalu mencari cara,
agar kita bisa seperti mutiara yang tetap memancarkan cahayanya.
Buku “Mutiara di Atas Karang” yang merupakan karya sebelas
guru SMA Negeri 8 Kupang ini sangat bagus untuk dibaca, berbagai inspirasi terkandung
di dalamnya, sehingga kita semua akan tetap menjaga asa. Lahirnya karya yang
istimewa ini tak terlepas dari perjuangan sosok pejuang literasi, yakni Bunda
Lilis Sutikno yang telah berhasil menularkan virus literasi kepada guru-guru
penulis buku ini. Bunda Lilis sutikno dengan jargonnya “Menulis semudah ceplok
telur” kembali berhasil melahirkan pegiat-pegiat literasi yang baru, yang
diharapkan akan terus giat dalam menghasilkan karya.
Akhir kata, saya turut bangga atas terbitnya buku ini. Buku
ini sebagai bukti bahwa guru bukan hanya bisa mengajar di depan kelas, tetapi
juga produktif dalam berkarya. Tetap semangat, tetap menginspirasi, dan
tetaplah produktif.
Sahat
Serasi Naibaho, S.Si.,Gr.
Ketua
Bidang Kepenulisan dan Penerbitan
Rumah Produktif
Indonesia (RPI) Pusat
Guru,
Penulis, Editor buku
Sumatera
Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar