Jumat, 19 Februari 2021

Peran orangtua bagi kehidupan anak-anaknya

Orangtua, baik itu ayah atau ibu merupakan figur yang sangat mempengaruhi bahkan menentukan bagaimana kelak kehidupan dari anak-anaknya. Bagaimanapun juga orang tua harus menyadari hal itu. Bukan hanya menyadari tetapi berusaha dengan terus belajar untuk memaksimalkan perannya dalam membimbing anak-anaknya apalagi dengan tantangan perkembangan zaman yang terjadi saat ini.

Setidaknya hal yang pertama dibangun adalah kesadaran bahwa orangtua merupakan sosok yang utama yang bisa mempengaruhi dan mengarahkan anak-anaknya dalam menggapai kehidupan yang diimpikan, dalam hal ini pastilah tidak ada orangtua yang ingin anaknya mengalami kegagalan atau pun kehidupan yang tidak baik pada masa yang akan datang. 

Walaupun kita sadari hal itu tudak mudah, apalagi dengan berbagai kemajuan zaman saat ini. Kadang orangtua bingung dengan tingkah dan perilaku anak-anak yang sudah sangat dipengaruhi oleh dunia yang canggih saat ini. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dunia mereka sudah berbeda dengan dunia orangtuanya, orangtua sudah tertinggal jauh dalam hal pemahaman dan penguasaan akan berbagai alat modern sekarang ini, khususnya handphone yang sering disebut sekarang dengan smartphone (telepon pintar) dengan berbagai aplikasi yanga ada di dalamnya.

Lantas apakah kita sebagai orang tua menyerah dan tidak mau berusaha untuk "menyelamatkan" anak-anak kita dari sergapan kemajuan zaman saat ini? Tentunya tidak. Sebagai orangtua kita sangat menyayangi dan merindukan kehidupan yang lebih baik yang akan dirasakan oleh anak-anak kita. Sehingga diperlukan suatu kesungguhan hati, dan bukan hanya kesungguhan hati tetapi berusaha dengan berbagai cara supaya anak-anak bisa selamat dan mencapai kesuksesan di masa yang akan datang.

Bagaimana caranya? Memang kita tidak akan mampu mengikuti dan memahami semua perkembangan zaman saat ini seperti yang dilakukan anak-anak kita. Tetapi ada satu cara yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasinya. Apa itu? Komunikasi, ya komunikasilah satu-satunya cara yang ampuh dan menjadi senjata yang bisa digunakan untuk melindungi mereka dari cengkeraman dunia saat ini. Bukan sekedar komunikasi yang biasa-biasa saja, tetapi komunikasi yang intim. Intim berarti erat, dekat, terbuka dan tentu saja ada kenyamanan. 

Dengan menjalin komunikasi yang intim antara orangtua dengan anak, maka bisa menutup celah kejatuhan anak kapada hal-hal yang tidak kita inginkan. Ketika komunikasi terjalin dengan baik, anak akan nyaman dan menjadikan orangtuanya sebagai tempat utama dalam mengutarakan isi hati dan segala kegelisahannya. Tidak ada lagi hal yang ditutup-tutupinya ketika sosok orangtua sudah menjadi seorang sahabat terbaik baginya.

Komunikasi yang baik adalah komunikasi dua arah, tentunya diharapakan ada waktu kita mendengar dengan baik semua curhat anak, dan ada waktunya kita juga menyampaikan curhat dan nasihat kita kepadanya. Orangtua curhat kepada anak? Ya, sangat perlu. Dengan memposisikan anak juga sebagai sahabat, maka orang tua tidak harus selalu memposisikan diri di atas anak, merasa lebih segalanya sehingga hanya bisa memberikan nasihat dan perintah-perintah yang kadang itu membosankan bagi anak zaman now. Diperlukan suatu cara bercerita sebagaimana seorang teman curhat, sehingga anak memiliki tempat berdiskusi dan saling berbagi. Hal itu akan menimbulkan kedekatan emosional antara anak dengan orangtuanya.

Banyak hal memang yang harus diperhatikan orangtua bagi anak-anaknya. Supaya komunikasi senantiasa dapat terjalin dengan baik, hendaknya jangan ada kata-kata yang bisa menyakiti anak. Perkataan negatif, seperti: bodoh, tidak tahu apa-apa, atau perkataan kasar lainnya yang tidak layak untuk dikatakan. Karena ketika itu keluar dari mulut, hati anak bisa saja terluka dan tidak lagi respect kepada kita walaupun dia tidak menyampaikannya secara langsung. Bisa saja itu menjadi akar pahit di dalam dirinya yang akan selalu diingatnya.

Biasakanlah berkata hal-hal yang positif kepada anak, memuji dan memotivasi sehingga akan menimbulkan kenyamanan baginya, dan tentunya akan menumbuhkan kreativitas dalam dirinya berkat pujian dan motivasi yang ada. 

Pertanyaan yang muncul, apakah kita bisa memarahi anak? Tentu saja bisa, tetapi bukan dengan marah yang emosinal yang tidak terkontrol, setelah marah cobalah sampaikan alasan mengapa kita memarahinya dengan melakukan pendekatan pribadi. Di dalam menegur anak diperlukan juga cara khusus dengan berusaha mengajak bercerita dari hati ke hati, tanyakan mengapa dia berbuat demikian dan sampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki dan dikoreksi darinya dikemudian hari.

Bagaimana kalau emosi kita sudah sempat tidak tertahankan ketika memarahinya? Tentu saja itu bisa terjadi. Ketika terjadi berusaha untuk kembali mengelola emosi, dan sebisa mungkin mencari waktu yang tepat ketika kita dan anak dalam kondisi tenang untuk berkomunikasi dengannya. Sampaikan alasan kemarahan dan meminta maaf kepadanya, dan meminta dia juga untuk menyadari dan menyesali kesalahan yang dia lakukan. Intinya  memang jangan sampai amarah kita terekam dan tersimpan di dalam hati anak dalam jangka waktu yang lama. Harus ada "perdamaian" yang dilakukan secepat mungkin.

Hal yang terakhir dan mungkin berat bagi orangtua adalah menjadi figur yang dibanggakan dan didambakan oleh anak-anak. Orangtua yang menjadi sosok yang bisa diteladani dalam berbagai aspek, di percayai dan disenangi. Sehingga apa yang kita sampaikan bisa diterimanya karena memang kita sudah menjadi sosok yang dia segani dan hormati.

Sulit memang melakukan hal-hal di atas, menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari tidak semudah mengatakannya, tetapi sebagai orangtua kita harus tetap berusaha. Dengan terus belajar menjadi orang tua yang didamba, karena bagaimanapun masa depan anak-anak kita sangat dipengaruhi bagaimana kita memperlakukan mereka...

2 komentar:

  1. Kereeen Pak Sahat, harus ada usaha bersama antara suami dan istri. Harus kompak, jika tidak juga akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak kita Pak Sahat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar bunda,,,. Terima kasih bunda sudah menambahkan bahwa memang suami dan istri harus kompak dan memiliki kesepahaman dalam mendidik anak

      Hapus

Postingan Terbaru

Iman dan Ilmu Pengetahuan

Iman dan Ilmu Pengetahuan   (Oleh: Sahat Serasi Naibaho, S.Si, Gr.)   Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal:  dalam ...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini