Seorang penulis
memerlukan komunitas sebagai wadah untuk saling memotivasi, saling
melengkapi, dan saling menginspirasi. Pentingnya komunitas menulis merupakan
hal yang kembali diingatkan pada sore hari ini di kelas menulis yang dibentuk
oleh Bapak Berto Sitompul, yang beliau namai Kelas Menulis Bareng Guru Berto.
Walaupun hanya diikuti
oleh 10 orang tidak menyurutkan semangat untuk saling memotivasi. Kegiatan
dibuka langsung oleh Pak Berto kemudian dilanjutkan dengan pemutaran lagu
berjudul "Pelajar Pancasila", lagu yang kembali menyulutkan rasa
cinta tanah air di tengah keberagaman negeri tercinta.
Pada sesi pertama, saya
diberikan kesempatan berbagi pengalaman menulis dari NOL. Saya pun menggunakan
kesempatan tersebut untuk menguraikan pengalaman sejak bergabung dengan
pelatihan menulis sampai akirnya menghasilkan beberapa karya buku (solo dan
antologi) sampai menjadi editor buku.
Saya menekankan bahwa
menulis merupakan kegiatan mencatatkan sejarah. Tidak perlu orang yang ahli, tetapi
yang perlu adalah orang yang mau dengan niat yang bulat, kemudian diikuti
dengan komitmen untuk menulis setiap hari. Ketika itu diterapkan tinggal
menunggu waktu saja, akan muncullah karya-karya sebagai konsekuensi dari
ketekunan menulis yang dilakukannya.
Sekitar setengah jam saya menyelesaikan pemaparan, langsung dilanjutkan pemaparan dari tuan rumah. Pak Berto menguraikan beberapa hal terkait dengan menulis. Beliau mengutip kalimat dari Puthut EA yang menyatakan bahwa menulis itu tidak mudah, menulis juga tidak sulit, tetapi menulis hanya rumit karena rumit tidak sama dengan sulit .
Beliau juga menjelaskan
tentang parafrase dalam menulis. Dijelaskan bahwa parafrase merupakan
pengungkapan kembali suatu kalimat dengan menggunakan kata-kata yang berbeda
tanpa mengubah maknanya. Hal ini sangat penting untuk dikuasai seorang penulis
walaupun memang diperlukan latihan untuk bisa mahir dalam hal tersebut.
Suatu hal yang
menyenangkan ketika pada sesi diskusi, peserta diberikan kesempatan untuk
berbagi. Diawali dari Bapak Gerardus Kuma, seorang penulis dari NTT. Beliau
banyak bergelut menulis tulisan ilmiah populer. Tulisan-tulisan beliau terkait
bidang pendidikan dan sosial sudah beredar luas di media massa.
Beliau mengatakan ketika
ada ide berupa isu-isu yang sedang hangat dibicakan, langsung buat outline.
Setelah itu buat jadwal penulisan dan komit untuk menyelesaikan tulisan
tersebut tepat waktu. Tulisan itu tentunya bisa rampung dengan membaca berbagai
referensi yang sesuai dengan topik yang dibahas.
Beda lagi dengan
pengalaman Ibu Yetti Evana. Ibu guru yang mengajar di SD Taruna Bakti Bandung
tersebut menyatakan bahwa sebenarnya sudah hobi menulis dan sering mengirim
tulisannya ke media ketika kuliah. Tetapi akhirnya hobi tersebut berhenti sejak
beliau menjadi guru, karena berbagai kesibukan yang dilakoninya.
Ibu Guru Inspirasi yang
merupakan finalis Wardah Inspiring Teacher (WIT) 2020 ini juga sudah
menghasilkan buku antologi cerpen pada tahun 2019. Masalah waktu memang
menjadi kendala untuk Ibu tersebut untuk rutin menulis, walaupun demikian
beliau tetap berkomitmen untuk segera menerbitkan buku sendiri dalam waktu
dekat ini.
Ibu Mei Tarigan juga
tidak mau ketinggalan. Ibu Guru yang ditempatkan oleh pemerintah di Kepulauan
Bangka Belitung, tepatnya di Kec. Lepar Pongok, Kab. Bangka Selatan ini
menceritakan bahwa masa pandemi memberikan dampak positif baginya, banyak waktu bisa dimanfaatkan untuk memperlengkapi
diri sebagai guru.
Melalui pelatihan dan
seminar-seminar yang beliau ikuti, banyak ilmu yang didapat. Dan itulah yang
menjadi modal ibu guru kreatif ini untuk berbagi ilmu kepada guru-guru lainnya
melalui kegiatan-kegiatan yang mana beliau berperan menjadi instruktur atau sebagai
narasumber. Dalam hal kepenulisan, beliau juga sudah mulai terlibat dalam
menulis buku antologi puisi.
Sangat senang berbagi
dan mendengarkan pengalaman dari bapak/ibu yang menginspirasi pada sore hari
ini. Dengan berbagai potensi dan bidang masing-masing menjadi modal untuk
saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Karena kata bijak berkata "Besi
menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya."
Oleh karena itulah memang penulis membutuhkan komunitas...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar