Sabtu, 04 Desember 2021

Guru Menulis... Untuk Apa?

 

Menulis... Sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita, apalagi bagi kita yang berprofesi sebagai guru. Guru (khususnya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia) pastilah mengajari muridnya menulis. Menulis di sini bukan hanya sekedar mencatat dari buku atau papan tulis, tetapi menuangkan apa yang ada di dalam pikirannya ke dalam bentuk tulisan.

Guru perlukah menulis? Sebuah pertanyaan yang tidak sulit untuk dijawab. Ketika itu ditanyakan kepada setiap guru, saya yakin mereka akan menjawab perlu, bahkan mungkin ada yang menjawab sangat perlu. Tetapi jawaban itu kemungkinan besar hanya akan terucap begitu saja, tanpa ada perenungan yang mendalam dan tindakan yang nyata untuk meresponi bagaimana perlunya guru menulis. Sehingga tidak ada upaya yang serius untuk belajar ataupun melatih diri untuk menulis.

"Saya tidak bisa menulis, menulis itu susah," merupakan jawaban umum yang disampaikan ketika ditantang untuk menulis. "Saya mau menulis, tetapi belum punya waktu karena saya sangat sibuk," juga jawaban sebagian besar guru ketika ditanya mengapa tidak mau menulis. Untuk apa menulis, menghabis-habiskan waktu saja," beberapa guru juga menjawab demikian ketika diajak untuk menulis.

Sekarang mari kita menanggapi judul tulisan ini. Untuk apa guru menulis? Sangat menarik untuk dibahas, dan bisa dipastikan akan banyak jawaban akan pertanyaan ini dari sudut pandang kita masing-masing. Karena memang kalau sesuatu aktivitas tidak kita tahu manfaatnya dengan jelas, maka tidak mungkin kita mau terlibat dan serius menekuninya.  

Saat ini saya akan mencoba menjabarkan apa saja manfaat menulis bagi guru dari pengalaman yang sudah saya alami. 

Pertama, menulis meningkatkan kompetensi guru. Sebagai seorang guru desa yang mengajar di daerah tertinggal saya dulunya adalah guru yang biasa-biasa saja. Biasa berangkat ke sekolah untuk menunaikan tugas, mengajar dan pulang ke rumah dengan hati lega. Karena sudah menyelesaikan tugas sehingga tidak merasa bersalah karena sudah digaji pemerintah setiap bulannya. Tetapi itu hanya rutinitas tanpa adanya keinginan untuk selalu memperlengkapi diri untuk lebih lagi.

Tetapi perubahan mulai saya alami ketika mulai terlibat dalam dunia menulis. Banyak mengenal guru dari berbagai daerah di negeri tercinta membuat mata saya 'terbuka'. Saya sadar akan ketertinggalan saya dari guru-guru lainnya. Bahkan semakin saya menekuni dunia menulis, semakin saya sadar bahwa pengetahuan saya sangat-sangatlah minim. 

Hal itu sangat memotivasi saya untuk giat dalam memperlengkapi diri supaya bisa menulis, memperlengkapi diri dalam menulis membuat saya juga semakin sadar untuk memperlengkapi diri dalam berbagai hal yang menyangkut profesi saya sebagai guru. Saya semakin sadar bahwa guru harus selalu memperlengkapi diri supaya bisa menjadi seorang guru yang benar-benar dinamakan guru.

Banyak menulis juga membuat saya banyak membaca. Menulis dan membaca adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, seperti dua sisi mata uang yang akan selalu berdampingan. Saya yang dulunya malas membaca berubah drastis setelah giat dalam menulis. Banyak membaca pastilah menambah wawasan dan pengetahun. Membaca adalah jalan untuk semakin mengetahui banyak hal, termasuk pengetahun-pengetahuan yang mendukung kita dalam melaksanakan tugas sebagai guru dengan baik.

Selain semakin giat dalam membaca, ketika terjun dalam dunia menulis saya semakin tertarik akan hal-hal baru. Pengetahuan atau ilmu baru adalah hal yang menyenangkan, membuat saya semakin termotivasi untuk mau membuka diri dan mempelajari apa yang selama ini asing dan tidak pernah tersentuh oleh pikiran saya.

Dari beberapa uraian yang saya sampaikan di atas, jelaslah bahwa menulis sangat mendukung dalam meningkatkan kompetensi seorang guru. Semangat menulis secara otomatis akan memantik semangat untuk memperlengkapi diri dalam bidang-bidang lainnya.

Kedua, meningkatkan rasa percaya diri guru. Dengan giat menulis rasa percaya diri saya semakin meningkat. Semakin hari saya semakin mampu mengaktualisasikan segala kemampuan yang saya miliki. Kehidupan saya semakin terorganisir, mungkin karena terbiasa dalam mengonsep tulisan, membuat kerangka sampai pada mengembangkan ide tulisan.

Kompetensi yang semakin meningkat pastilah meningkatkan rasa percaya diri. Semakin percaya diri dalam melaksanakan pembelajaran dan juga ketika bergaul dengan rekan sejawat. Seorang guru yang giat menulis adalah guru yang disenangi murid dan disegani rekannya.

Rasa percaya diri semakin ditempa karena semakin terbiasa berbagi tulisan. Semakin percaya dalam menuangkan dan membagikan ilmu, ide, pandangan dan pengalaman dalam tulisannya. Hal itu sangat-sangat membentuk diri guru penulis menjadi sosok yang penuh dengan keyakinan. Guru yang giat menulis akan fokus untuk menghasilkan karya, tidak lagi memikirkan apa kata orang tentang dirinya dan tulisannya.

Ketiga, membentuk guru menjadi guru yang menginspirasi. Saya pernah membaca tulisan yang kira-kira intinya sebagai berikut: guru yang biasa adalah guru yang pandai berceramah, guru yang baik adalah yang bisa menjabarkan materi dengan baik, guru yang superior adalah guru dapat mendemonstrasikan materi dengan baik, dan guru yang luar biasa adalah guru yang dapat menginspirasi oang-orang di sekitaranya.

Dari uraian tersebut jelaslah guru diharapkan bukan hanya pintar berkata-kata tetapi tidak melakukan apa yang dikatakannya. Guru yang benar-benar guru adalah guru yang menginspirasi melalui tindakan nyata dalam kesehariannya. Adanya kesesuaian tindakan dan perbuatan.

Ketika seorang guru mengharapkan muridnya untuk belajar sepanjang hayat, seharusnya guru tersebut juga melakukannya. Guru yang menjadi pembelajar sepanjang hidupnya. Seorang guru yang terus giat menulis menjadi indikator bahwa guru tersebut mau terus belajar dan berkarya selama hidupnya.

Seorang guru sudah seharusnya terus meningkatkan kompetensinya, khususnya dalam menulis. Hal tersebut sejalan dengan harapan pemerintah supaya guru giat dalam dunia menulis, apalagi seorang guru PNS yang diharapkan menghasilkan karya tulis dalam memenuhi syarat kenaikan pangkatnya.

Seorang guru PNS diharapkan mampu menuliskan beberapa karya seperti artikel ilmiah, jurnal, buku, tulisan ilmiah populer, best practice, dan bentuk karya lainnya. Dengan demikian seorang guru yang benar-benar guru sebenarnya tidak akan pernah jauh dari dunia kepenulisan, terkecuali guru tersebut lebih memilih jalan pintas untuk memuluskan proses kenaikan pangkatnya.

Selain itu guru menulis untuk bisa berbagi praktik baik yang sudah dilakukannya. Hal ini saya dapatkan ketika mengikuti program Wardah Inspiring Teacher (WIT) 2021, ajang apresiasi bagi guru-guru inspiratif indonesia. Salah satu ilmu yang saya dapat ketika itu bahwa seorang guru harus terbiasa menulis praktik baik yang sudah dilakukannya supaya bisa diketahui dan ditiru oleh guru-guru lainnya.   

Memang sangat sulit menjadi seorang guru yang benar-benar guru, dengan berbagai tuntutan yang harus diperankannya. Tetapi itulah mulianya seorang guru yang segala tingkah dan langkahnya akan menjadi model bagi orang-orang di sekitarnya.

Untuk apa guru menulis? Untuk memenuhi panggilannya sebagai guru yang sesungguhnya. Guru yang selalu ingin meningkatkan kompetensinya, guru yang semakin hari semakin meningkatkan percaya dirinya dalam melakukannya perannya sebagai guru, dan tentunya untuk menjadi guru yang menginspirasi karena telah menjadi sosok guru yang ditiru dan digugu.

Masihkan guru malas untuk menulis? Semoga tulisan ini bisa menjadi sumber motivasi supaya kita senantiasa giat dalam menulis. Semangat

6 komentar:

  1. Kereeen, seorang guru sejati adalah guru penulis yang selalu memberikan inspirasi kepada semuanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar bunda...
      Sejatinya guru harus terus belajar dan belajar..

      Hapus
  2. Sangat memotivasi Pak Sahat. Sungguh tidak mudah memang , untuk menjadi orang yang menginspirasi...

    BalasHapus
  3. Luar biasa pak guru, tulisan yang sangat menginspirasi.

    BalasHapus

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini