Sabtu, 31 Juli 2021

Perayaan Guru Merdeka Belajar

"Guru Merdeka Belajar (GMB) lebih penting dari strategi, media, inovasi dalam pembelajaran, karena setiap peserta didik lebih dahulu melihat 'figur' guru yang mengajarinya. Karena GMB adalah guru yang mau mendengar, selalu mencari cara, tidak mengeluh, dan selalu melakukan refleksi dalam tugasnya." Kalimat dari Bapak Bukit Setiawan di atas begitu mengena bagiku ketika mengikuti Perayaan "Guru Merdeka Belajar" sebagai apresiasi bagi peserta WIT 2021 yang telah menyelesaian program Merdeka Belajar.

Pada Perayaan Guru Merdeka Belajar yang dilaksanakan pada Sabtu, 31 Juli 2021 melalui youtube live tersebut, Bapak Bukit Setiawan yang merupakan Ketua Yayasan Guru Belajar menekankan bahwa ada 3 dimensi Merdeka Belajar, yakni: adanya komitmen pada tujuan, mandiri dalam melakukan cara dan selalu melakukan refleksi pembelajaran.

GMB sangat diperlukan dalam memajukan pendidikan karena sering sekali guru terjebak dalam miskonsepsi dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Misalnya guru sering mengikuti pelatihan atau kegiatan sejenisnya hanya karena ada surat tugas dari pimpinan atau dinas terkait, bukan karena memang sadar dan ingin memperlengkapi diri.

Yang selanjutnya, guru sering berpikiran dan hanya mau belajar pada ahli atau pakar, orang yang dinggap mumpuni dalam menguasai permasalahan. Padahal orang tersebut bisa saja hanya paham secara teori tidak pernah terjun di dalam kelas dan menghadapi langsung masalah yang sebenarnya. Seharusnya guru mau belajar dari teman sejawat atau guru lain yang sudah berhasil dalam pembelajaran walaupun dia bukan seorang ahli atau pakar.

Guru juga sering terjebak dalam kesalahan fatal, yakni membuat media, mempersiapkan pembelajaran dengan baik, merancang pembelajaran dengan sempurna hanya ketika mengikuti suatu lomba. Sehingga prioritas utama bukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas tetapi untuk memenangkan lomba.

Hal yang terakhir dikatakan, guru sering lebih condong kepada kompetisi dari pada kolaborasi. Selalu merasa ada persaingan untuk memperoleh predikat guru terbaik di sekolah atau di suatu daerah. Padahal guru harusnya menjalin kerja sama, dan saling bahu-membahu untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Perlu ada masukan, saling memberikan saran dan tukar pikiran antara sesama guru.

Saya juga disadarkan akan arti "Merdeka" pada kalimat Merdeka Belajar. Merdeka bukan berarti bebas sebebas-bebasnya, peserta didik sesuka hati, semuanya saja bagaimana dia belajar. Merdeka di sana bukan berarti "freedom" tetapi "Independen, otonom, atau self regulasi". Sehingga Merdeka artinya peserta didik dibimbing untuk memiliki kemampuan/kapasitas untuk melaksanakan tanggung jawab dengan upayanya sendiri.

Apabila ada peserta didik yang bermasalah, perlu adanya pendekatan. Dikatakan bahwa setiap siswa yang bermasalah berarti ada kebutuhannya yang belum terpenuhi, jadi jangan langsung melihat masalahnya, tetapi penuhi dulu kebutuhannya, tentunya sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Misalnya anak PAUD, SD biasanya memiliki kebutuhan untuk didengar dan dipahami.

Hal yang sangat menarik juga dalam sesi tanya jawab, tentang bagaiman supaya siswa tidak mencontek jawaban dari google?. Tentunya itu hal yang sering terjadi ketika kita memberikan tugas kepada peserta didik. Jawabannya adalah buatlah soal yang otentik yang jawabannya tidak ada di google. Jangan membuat soal "2 + 3 = .... " Tetapi sebaiknya buat soal " Berapa jumlah jendela yang ada di rumahmu". Pastilah dia tidak mendapat jawabannya di google.

Bagaimana membantu peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan konsep Merdeka Belajar? Pertama, dengan cara sering-sering mengajaknya untuk melakukan refleksi, biasakan mereka melakukannya secara bergantian. Awalnya refleksi mengenai hal-hal non-kognitif (umum) baru setelah terbiasa baru masuk ke hal yang kognitif. Mulailah membiasakan siswa untuk mengungkapkan perasaannya, kesan atau suasana hati ketika dalam proses pembelajaran.

Kedua, perlu juga diperhatikan supaya kita meletakkan kebutuhan anak dalam proses pembelajaran, jangan asal tancap gas dalam menguraikan materi, tetapi siswa tidak merasakan bahwa itu adalah kebutuhannya. Biasakan memulai pembelajaran dengan menanyakan hal-hal yang sudah diketahui mengenai materi yang akan dipelajari, sehingga tidak ada pengulangan yang membuat mereka bosan.

Hal ketiga yang dapat dilakukan adalah dengan mengajak peserta didik untuk menghasilkan bukti belajar sesuai dengan pilihan dan kemampuan mereka, misalnya melalui slide, ringkasan, video, lagu atau dalam bentuk lainnnya.

Topik diskusi yang terakhir bagaimana mengatasi kelas yang cenderung diam (pasif). Kuncinya adalah melakukan pendekatan. Dengan menjalin kedekatan secara psikologis maka guru akan semakin mudah berinteraksi dengan peserta didik, dan tentunya akan bisa mengajaknya untuk lebih aktif dalam pembelajaran.

Sungguh pemaparan yang luar biasa dari Bapak Bukit Setiawan, banyak hal yang di tegur dan perlu saya benahi. Guru harus terus belajar dan membenahi diri, karena Guru Merdeka Belajar adalah kunci utama keberhasilan dari peserta didik yang Merdeka Belajar...

#WardahInspiringTeacher
#MemberiInspirasiUntukNegeri
#MerdekaBelajar

Untuk video lengkapnya bisa ditonton di https://youtu.be/1Q6frRef4h0

6 komentar:

  1. GMB suatu pendekatan praktis menarik. Ayo Guru, mari belajar untuk mengajar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih pak... Ayo pak..Tetap semangat๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ™

      Hapus
  2. Memberi Inspirasi Untuk Negeri Wah keren... kumpulin dan jadikan buku tersendiri Pak Sahat, Bunda melamar jadi editornya ya... Ini sudah mulai baca-baca dan ikuti juga koreksi tulisan yang ada. he he he . . .

    BalasHapus
  3. Menginspirasi Pak Sahat, jadi tambah ilmu untuk menjadi guru yang berdedikasi tinggi terhadap tugas dan tanggung jawab.

    BalasHapus

Postingan Terbaru

Iman dan Ilmu Pengetahuan

Iman dan Ilmu Pengetahuan   (Oleh: Sahat Serasi Naibaho, S.Si, Gr.)   Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal:  dalam ...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini