Menulis adalah tingkat
literasi yang tertinggi setelah berbicara, mendengar dan membaca. Ketika
seseorang menulis, berarti sedang menuangkan sesuatu (baik itu ide,
pengetahuan, pengalaman, kritikan atau hal lainnya) dalam bentuk tulisan.
Banyak orang mengatakan menulis itu sulit, tetapi ketika sudah terbiasa dan sudah menjadi aktivitas sehari-hari bisa dipastikan kegiatan menulis bukanlah hal yang sulit. Melatih diri dengan menulis setiap hari adalah salah satu cara ampuh untuk terampil dalam menulis.
Menulis adalah keterampilan. Seperti yang dikatakan oleh Bambang Trim bahwa, "Keterampilan menulis bukan lahir karena bakat, tetapi karena diciptakan". Ersis Warmansyah dalam bukunya yang berjudul “Guru Juga Bisa Menulis” juga mengatakan, "Semua manusia bisa menulis, karena otak manusia selalu menulis, dalam sehari semalam otak manusia mampu menghasilkan 60.000 sampai 65.000 tulisan". Luar biasa bukan?
Bapak Dr. Ngainun Naim yang merupakan pegiat literasi yang sangat aktif dalam menulis pernah berkata bahwa, "Pada dasarnya semua orang bisa menulis. Tetapi tergantung kita mau atau tidak mengembangkan keterampilan tersebut". Beliau menjelaskan bahwa pada dasarnya kita sudah terbiasa dalam menulis, yakni ketika kita membalas pesan dan memberikan komentar di media sosial.
Bapak Akbar Faisal, yang banyak berkecimpung dalam pelatihan kepemimpinan juga mengatakan, "Ketika kita sudah biasa ngomel dan bercerita itu menandakan bahwa saraf linguistik kita sudah bekerja, tinggal tugas kita adalah mengubah kebiasaan tersebut. Bila dulu informasi selalu keluar dari mulut mulailah melatih supaya informasi tersebut disampaikan melalui tulisan."
Segala sesuatu perlu latihan, termasuk menulis. Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Hal ini sejalan dengan pesan yang ingin disampaikan Bapak Akbar Zainudin dalam bukunya yang bejudul "Man Jadda Wajada". Tidak ada keberhasilan tanpa adanya perjuangan yang sungguh-sungguh. Karena proses tidak akan pernah mengkhianati hasil.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Ketika sebuah tulisan dihasilkan, karya tersebut akan tetap abadi dan pasti akan memberikan pengaruh kepada setiap orang yang membacanya. Walaupun mungkin penulisnya tidak pernah berjumpa secara langsung dengan pembaca karyanya, tetapi tulisannya bisa memberikan dampak yang bermanfaat.
Ikatlah ilmu dengan menulis. Ketika ilmu sudah ditulis, apalagi diterbitkan maka ilmu tersebut akan terdokumentasi dengan baik. Ilmu tersebut akan tetap bertahan, tidak akan hilang ditelan zaman. Bahkan ketika penulisnya telah tiada pun, ilmu teresebut akan tetap hidup dan menjadi sumber rujukan.
Setiap ilmu harus dituliskan, supaya bisa dibaca dan diketahui banyak orang. Hal itu tentunya bisa menjadi ladang kebaikan buat penulisnya. Seperti Sayyid Quthb pernah berkata bahwa, "Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala." Dengan giat menulis maka akan semakin banyak pengaruh yang akan kita berikan kepada orang lain.
Ayo menulis...
Ikatlah ilmumu dalam tulisan...
Sukses terus Pak Sahat, Tuhan memberkati selalu, aamiin...
BalasHapusAmin... Terima kasih buat semua ilmu dan bimbingannya bunda...
BalasHapusTerimakasih buat motivasinya de..
BalasHapusSama-sama bang... Semangat bang..
HapusTerimakasih atas tulisannya bang
BalasHapusSama-sama dek...
HapusLuar luar luar biasa Pak Gurdes, semakin tertantang untuk menulis menulis dan menulis lagi. 👍👍👍
BalasHapusSemangat Bu Guru........
Hapus