Mengedit tulisan sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi Pak Gurdes. Dalam mengedit diperlukan kesabaran untuk membaca semua naskah dari penulis, mulai dari judul sampai profil penulis tidak bisa terlewatkan satu kata pun.
Banyak manfaat yang didapatnya dari mengedit naskah sebelum diterbitkan. Setidaknya sebelum sampai kepada pembaca, Pak Gurdes adalah orang pertama yang sudah tahu apa isi buku yang akan diterbitkan tersebut. Sehingga pengetahuan, pengalaman atau pesan yang mau disampaikan penulis sudah terlebih dahulu didapatnya.
Adapun tujuan dalam mengedit tulisan supaya pesan yang mau disampaikan mudah dipahami para pembaca, diharapkan tidak ada pengulangan-pengulangan kalimat yang bisa membuat pembaca bosan, tidak ada pertentangan artar kalimat dan tentunya penulisannya harus sesuai dengan ejaan atau aturan kepenulisan yang ada.
Beberapa hal yang perlu dalam penulisan adalah pembagian paragraf harus jelas. Dalam satu kalimat jangan terlalu panjang dan bertele-tele sehingga membingungkan pembaca. Penulisan tanda baca juga perlu diperhatikan, harus sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan.
Dalam menulis memang harus ada aturan kepenulisan. Misalnya kata yang dituliskan harus baku. Seperti tadi ketika Pak Gurdes mengedit tulisan menemukan kata bhakti seharusnya bakti, aktifitas seharusnya aktivitas. Itu hanya beberapa contoh dari beberapa kata yang sering salah di dalam menuliskannya. Dari mana kita cek kata baku tersebut, biasanya Pak Gurdes tinggal mengeceknya di KBBI online.
Bila kata tersebut tidak baku atau merupakan kata asing maka harus ditulis dalam huruf miring, dan sangat perlu memberikan pengertiannya supaya pembaca paham artinya, apalagi kalau kata tersebut masih sangat asing atau jarang didengar.
Hal yang sering salah juga adalah penulisan awalan di atau ke. Di dan ke ketika berfungsi sebagai kata depan (penunjukan kata tempat dan waktu) harus diberi jarak dengan kata selanjutnya, misalnya di rumah, ke pasar, di hari. Tidak tepat bila dituliskan dengan menggabungkannya dengan kata selanjutnya, misalnya dirumah, kepasar, dihari. Bila tidak menunjukkan kata tempat atau waktu maka penulisannya digabung misalnya dijaga, diamati, kebesaran, keindahan.
Hal yang sering salah juga dalam menuliskan tanda baca pada kalimat langsung. Misalnya:
"Bagamanapun saya harus pergi sekarang", ucap Budi.
Seharusnya:
"Bagamanapun saya harus pergi sekarang," ucap Budi.
Oh ya, penulisan kata pun juga sering mengalami kesalahan.
Contohnya:
Merekapun pergi meninggalkan kami.
Seharusnya:
Mereka pun pergi meninggalkan kami.
Berikut ini adalah 12 kata hubung yang harus digabung dengan penulisan kata pun: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Selain kata di atas, kata pun di tulis secara terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Sampai di sini dulu ya tulisan Pak Gurdes. Soalnya masih banyak tulisan yang masih antri untuk dibaca dan diedit...
Semangat...
Salam Literasi...
Pengalaman sang editor. Keren ahh...👍👍💪💪
BalasHapusTerima kasih Bu Dosen...🙏☺️
BalasHapus