Menulis, suatu keharusan bagi seorang Guru
Menulis
merupakan suatu unsur dari literasi yang tidak mungkin bisa dilepaskan dari
membaca, karena bagi seorang penulis membaca merupakan asupan nustrisi dan
menulis merupakan produk yang dihasilkannya. Kegiatan membaca dan menulis yang
konsisten hanya bisa dilakukan oleh seorang guru yang rela memberikan waktu dan
pikiran untuk terus belajar karena kehausannya akan pengetahuan.
Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan
membangun budaya literasi. Jika guru berkualitas, sangat
besar kemungkinan kelas yang dikelolanya juga berkualitas, tapi jika gurunya
kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan
harapan. Literasi berarti budaya membaca dan menulis. Seorang guru yang mau
terus membaca dan menulis memiliki peluang untuk semakin meningkatkan kualitas
dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca seorang guru yang sudah menulis, kemungkinan
besar semakin banyak pula karya yang akan dihasilkannya, maka hal itu pasti akan
memiliki kontribusi penting bagi kemajuan di bidang pendidikan.
Berdasarkan
Permen PAN & RB No. 16 Tahun 2019 dan Permen Dikdas No. 35 Tahun 2020
mengenai Jabatan Guru dan Angka Kreditnya membuktikan bahwa jelas sekali bahwa
seorang guru (khususnya PNS) wajib hukumnya untuk menulis. Menghasilkan karya
melalui menulis merupakan salah satu syarat dalam meningkatkan karier (kenaikan
pangkat untuk PNS) guru berkat Angka Kredit yang diperoleh dari karya yang
dihasilkan. Peraturan Bersama Mendiknas Nomor 03/V/Pb/2010 dan Kepala BKN Nomor
14 Tahun 2010 Pasal 17 ayat 2 juga menyebutkan bahwa guru pada golongan
tertentu wajib melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang
meliputi sub unsur pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau karya
inovatif. Sehingga tidak alasan sebenarnya seorang guru enggan untuk menulis.
Sebagai
pendidik, sudah seharusnyalah guru menulis. Guru bisa menulis dalam bentuk: makalah
(presentasi forum ilmiah), jurnal, laporan hasil penelitian, tinjauan ilmiah
(artikel non penelitian), tulisan ilmiah populer (artikel/opini di media
massa), artikel ilmiah (hasil penelitian), buku teks (buku pelajaran, buku
pendamping/pengayaan), modul/diklat, karya terjemahan, buku sastra, bank soal,
lembar kerja peserta didik (LKPD) atau buku non kependidikan. Tetapi
kenyataanya sangat jarang melihat guru untuk mau terlibat dalam menulis dengan
berbagai alasan. Kalimat “saya tidak bisa menulis” adalah alasan klasik yang
sering terdengar ketika mengajaknyauntuk terlibat di dalam dunia menulis, padahal
dengan kualifikasi guru saat ini dengan pendidikan minimal sarjana seharusnyalah
tidak alasan lagi untuk “tidak bisa menulis” karena pengalaman menulis sebenarnya
bukanlah hal yang baru baginya. Menulis tugas, makalah, laporan sampai skripsi
adalah contoh yang kegiatan yang tidak lepas dari kegiatan menulis.Tetapi akar
masalah sebenarnya adalah karena kemalasandan tidak mau “merepotkan diri” untuk
mau terlibat di dalam dunia menulis.
Manfaat yang diperoleh Guru
yang Gemar Menulis
Banyak manfaat
yang diperoleh ketika guru gemar menulis, dengan menulis dapat mengaktifkan dan
memperkuat daya ingat otak sehingga guru tersebut
memiliki kemampuan berpikir yang semakin tajam yang akan berdampak kepada
peningkatan kompetensinya sebagai seorang guru. Dengan menulis kehidupan
seorang guru juga akan lebih terorganisir disebabkan seringnya membuat outline (kerangka tulisan). Semakin guru
gemar menulis akan berguna bagi guru tersebut dan juga orang lain, manfaat bagi
guru tersebut akan meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa karena terbiasa menuangkan
apa yang dipikirkan ke dalam bentuk tulisan, bagi orang lain yang membacanya
bisa mendapat pengetahuan yang baru dari apa yang sudah tuliskan. Bahkan
bila tulisan seperti buku yang dihasilkan disukai banyak orang sehingga menjadi
buku ”best seller” seorang guru juga akan
mendapatkan keuntungan secara finansial.
Seorang guru
yang gemar menulis akan memiliki wibawa dihadapan guru lainnya terkhusus bagi
murid-muridnya. Karena guru yang baik adalah guru yang menjadi inspirator dan
motivator bagi sekelilingnya. Mestinya seorang guru tidak cukup hanya menyuruh
murid-muridnya untuk berkarya tetapi dengan menunjukkan secara langsung karya
tulisannya tentu akan menjadi inspirasi bagi murid-muridnya untuk mengikuti jejak
guru tersebut. Guru yang senang menulis akan dikenal dan disegani banyak orang melalui
karyanya. Masih banyak lagi sebenarnya manfaat bagi guru yang gemar menulis, sehingga
tidak ada ruginya seorang guru yang rajin menulis, tetapi yang ada adalah
kerugian ketika guru tidak mau menulis.
Guru yang sudah mendapat
Berkah karena Gemar menulis
Salah satu guru
hebat yang sudah merasakan berkah dari gemar menulis adalah Bapak Wijaya
Kusumah, M.Pd (akrab disapa dengan Om
Jay) yang merupakan Sekjen Ikatan Guru TIK – PGRI. Menulis setiap hari sudah
menjadi aktivitas wajib bagi guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di
SMP Labschool Jakarta ini. Menulis di blog membuatnya semakin produktif menulis. Dari
kerapnya menempatkan (posting) tulisan
tentang pendidikan di blogdan aktif
dalam menulis Penelitian Tindakan Kelas(PTK), buku pelajaran, buku pengayaan,
dan jugabuku motivasi beliau akhirnya mendapatkan banyak penghargaan. Berkat
gemar menulis beliau terpilih menjadi salah satu guru penerima beasiswa belajar
di China University of Mining Technology (CUMT) pada Tahun 2019.
Berkat
konsintensinya menulis di Kompasiana beliau juga berhasil meraih penghargaan
Guru paling Nge-Blog dalam perayaan
ulang tahun Blog Kompasiana bertajuk Kompasianival "Hero Inside You" tahun 2012. Pada tanggal 12 Desember 2015
yang lalu, beliau juga termasuk dalam 100 orang kompasianer yang diundang Bapak
Presiden Joko Widodo ke Istana untuk makan bersama, sunguh hal yang sangat luar
biasa. Berkat menulis beliau juga mampu membeli sebuah rumah baru dari hasil penjualan
buku yang ditulisnya.Beliau sudah merasakan berkah luar biasa ketika seorang
guru gemar menulis.Ada satu kalimat yang sering diucapkan beliau bahkan telah menjadi
salah satu judul buku yang ditulisnya yakni “Menulislah setiap hari maka
lihatlah apa yang terjadi”. Beliau sudah melihat banyak keajaiban yang terjadi
di dalam kehidupannya ketika gemar menulis. Hal itu jugalah yang mendorong
beliau menggagas kegiatan belajar menulis gratis secara online melalui WA Group
oleh PGRI yang sudah membuka kelas sampai gelombang ke 15 dengan tujuan mulia
supaya semakin banyak guru yang gemar untuk menulis.
Sosok inspirator
lainnya yang sudah merasakan berkah dari rajin menulis adalah ibu Dra.Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH. Beliau mengabdi
sebagai guru bidang studi PKN di SMP Negeri 2 Nekamese - Propinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT) tepatnya di perbatasan Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
Ibu guru yang memiliki branding “guru
inspirasi NTT” dan “ibu guru cantik” ini berperan sebagai penggerak
pemberantasan Buta Aksara bagi kaum ibu dan anak-anak di daerah terpencil di propinsi
NTT. Banyak buku yang telah beliau tulis dan salah satubukunya menjadi buku best
seller yang berjudul "Guru adalah Insprasi" yang laris manis dan habis terjual seribu
ekslemplar dalam waktu kurang dari tiga bulan. Uniknya sebagai penulis,
beliau menulis buku tersebut berawal dari aktifitas sehari-hari sebagai guru yang
diposting di facebooknyadengan nama
Lilis Sutikno (Mbak Pipin). Dari tulisan-tulisan di facebooktersebut akhirnya beliau ramu menjadi sebuah buku yang
menjadi inspirasi bagi banyak orang.Karena berprofesi sebagai seorang penulis juga
akhirnya beliaupun mendapatkan kepercayaan sebagai Instruktur dan Narasumber
Literasi di Propindi Nusa Tenggata Timur (NTT) padahal biasanya setiap guru
yang ingin menjadi Instruktur harus melalui program diklat, tetapi hal itu
tidak berlaku bagi ibu Lilis.Berkat gemar menulis beliau juga berhasil
menorehkan prestasi menjadi Juara kedua Nasional dalam ajang
lomba guru bertajut "MY TEACHER MY HERO AWARD INDONESIA DIGITAL
LEARNING pada Tahun 2015.
Bukan hanya menulis buku, ibu guru yang tangguh ini juga berusaha untuk menularkan semangat menulis kepada guru-guru dan juga siswa/i di berbagai pelosok di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)dengan memotivasi, melatihdan membimbing dan hasilnya luar biasa karena banyak siswa di NTT yang beliau bimbing berhasil menulis buku ber ISBN (Internasional Standar Book Number). Beliau jugalah yang menggagas Kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI) yakni belajar menulis melalui WA Group yang membimbing setiap orang (bukan hanya guru) dari berbagai pelosok Nusantara untuk mampu menuangkan tulisan yang bisa menginspirasi orang lain. Sungguh sangat membanggakan ketika guru gemar menulis.
Belajar Menjadi Guru
yang Gemar Menulis
Saya sendiripun
sudah merasakan berkah dari guru gemar menulis. Awalnya saya tidak terlalu suka
dengan menulis, lebih suka dengan ilmu pasti dan hitung-menghitung akibat latar
belakang pendidikan saya adalah Fisika. Tidak pernah terpikir sedikitpun untuk
menjadi penulis. Jangankan menulis buku, membuat satu paragrafpun bagi saya dulu
adalah sesuatu yang sangat menyulitkan. Tetapi sekarang semuanya telah berputar
seratus delapan puluh derajat, dengan
konsisten menulis yang saya mulai sejak tanggal 10 Juni 2020 bukan hanya mampu
membuat artikel tetapi saya sudah menghasilkan karya buku ber-ISBN yang
berjudul “Rahasia Menulis sampai Menerbitkan Buku bersama Para Pakar” dan buku
antologi “Pena Digital Guru Milenial”.
Saat ini saya
juga sedang terlibat dalam penulisan buku antologi “Kobaran Semangat Menulis”
oleh PGRI, buku antologi “Buku Inspirasi” di kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI)
dan buku antologi “Perjuangan Guru Daerah Khusus”. Khusus buku antologi yang
terakhir saya beperan sebagai Kurator dengan mengajak teman-teman guru yang
mengabdi di Sekolah Daerah Khusus (3T) untuk menghasilkan karya berupa pengalaman
baik suka maupun duka yang dialami di dalam menjalankan tugas di Sekolah Desa
yang penuh dengan keterbatasan. Berkat menulis juga, akhirnya saya untuk
pertamakalinya merasakan menjadi seorang Narasumber, berbagi ilmu menulis
kepada 55 peserta yang berasal dari berbagai pelosok Nusantara mulai dari Aceh
sampai Papua, di dalam kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI)melalui WAG pada
tanggal 25 Agustus 2020 yang lalu. Sungguh saya tidak menyangka ketika gemar
menulis banyak berkah yang saya peroleh, mulai dari menghasilkan karya
sampai menjadi motivator yang mengajak orang lain untuk terlibat dalam dunia
menulis, hal yang tidak pernah saya rencanakan sebelumnya.
Wahai para Guru Mari
Gemar Menulis
Menulis
merupakan suatu upaya untuk menorehkan catatan sejarah. Di dalam menulis yang
pertama dibutuhkan adalah kemauan (niat) kemudian ketekunan dan kekonsistenan
untuk tetap menulis setiap hari. Di dalam menulis bukan tentang siapa yang ahli
tetapi siapa yang mau, karena banyak orang sebenarnya yang mampu tetapi tidak
mau, tetapi ada orang kemampuannya
biasa-biasa saja, tetapi ketika betul-betul serius dan mau akhirnya dia mampu
dan berhasil.
Setidaknya ada
lima orientasi dalam menulis. Pertama, orientasi Material dengan tujuan untuk
menghasilkan uang (finansial) bisa
dari fee pembicara, royalti buku
apalagi jika berhasil menulis buku best
seller atau buku novel yang sampai diangkat kelayar lebar. Kedua, Oriantasi
Eksistensial yang bertujuan untuk mengejar popuaritas dan pengakuan dari
masyarakat akan keberadaannya melalui karyanya. Ketiga, Orientasi Personal yang
bersifat pribadi untuk mencurahkan atau mengekspresikan perasaan, pengalaman
atau kisah pribadi agar dapat dibaca oleh orang lain. Keempat, Orientasi Sosial
bertujuan untuk mempengaruhi atau mengubah cara berpikir masyarakat serta
membangun peradaban dan yang Kelima, Orientasi Spiritual yang bertujuan untuk
beribadah dengan mengajak pembaca untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Dan
mungkin masih banyak lagi orientasi untuk menulis dan hal itu sangat
mempengaruhi seseorang untuk mau serius di dalam dunia menulis. Tetapi ketika
seorang penulis sampai kepada Orintasi yang keempat dan yang kelima (Sosial dan
Spiritual) maka akanada semangat yang luar biasa seperti bahan bakar yang tidak
perbah habis untuk berkarya melalui tulisan karena baginya karya tulisan itu
adalah media untuk menjadi berkat bagi orang lain.
Memulai untuk menulis
perlu kesabaran, jangan takut tulisan kita dikatakan jelek tidak berkualitas
dan penilaian negatip lainnya, karena ketika hal itu ada dipikiran maka kita
tidak akan pernah menjadi orang yang berhasil. Mulailah menulis, menulis dan
terus menulis, menulis apa saja yang kita mau sehingga itu menjadi suatu
kebiasaan. Awali menulis dengan hal-hal yang kita senangi atau aktivitas
sehari-hari yang biasa kita lakukan, apalagi sebagai seorang guru pasti banyak
cerita yang sebenarnya bisa kita tuliskan baik ketika bersama siswa/i dan juga berbagai
aspek di dalam dunia pendidikan yang kita geluti.Mari meluangkan waktu khusus
untuk menulis setiap hari, bukan menggunakan waktu luang. Tidak perlu menunggu
ide “brilian” baru mau menulis,
tetapi segeralah mulai menulis dengan apa yang kita alami dan rasakan, ingatlah
langkah keseribu selalu diawali oleh langkah pertama. Dan yang paling utama
adalah menulislah dengan hati, maka tulisan kita akan sampai kepada hati setiap
orang yang membacanya.
Kata bijak “better late than never”(lebih baik terlambat
daripada tidak sama sekali) merupakan motto dari seorang Pegiat Literasi
Nasional, Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd. yang merupakan kepala sekolah SMK
Tunas Pembangunan 2 Surakarta. Walaupun merasa terlambat untuk terjun ke dunia
menulis pada usia menjelang lima puluh tahun, tetapi tidak mematahkan semangat beliau
untuk terus berkarya selagi masih memiliki kesempatan dan hasilnya sudah banyak
karya buku yang beliau hasilkan dan saat ini beliau bukan hanya menulis tetapi terlibat
dalam membimbing dan melatih guru supaya mampu menulis.
Sungguh tiada
terhitung betapa banyaknya berkah bagi Guru yang Gemar Menulis. Karena dengan
gemar menulis guru akan mendapat berkah bagi dirinya dan juga akan menjadi
berkah bagi orang lain. Wahai para guru tidak ada kata terlambat, selagi masih
ada kesempatan, mulailah menulis… menulis dan terus menulis, sampai menjadi
suatu kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan dan akhirnya kita semua akan
memperoleh Berkah karena kita sudah menjadi Guru yang Gemar Menulis. Semoga …
Mntpp..luar biasaa...
BalasHapusTerimakasih pak.. mari tetap semangat u menulis...💪
BalasHapusMenulislah dan buktikan apa yang terjadi (Omjay). Biarkan tulisan menemui takdirnya (Bunda Kanjeng). Menulis itu nikmat (Maseko).
BalasHapusPak Sahat dapat ketiga tiga-tiganya. Sukses selalu pak Sahat.
Luar biasa pak ... Terimakasih pak... Sukses selalu untuk kita semua...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus