Jumat, 04 September 2020

Berkah Guru Gemar Menulis



        Semua orang, tanpa terkecuali harus menjadi pembelajar di sepanjang usianya, termasuk guru yang merupakan insan terdidik yang sangat berperan penting dalam kemajuan suatu bangsa. Maka, sungguh sangat menyenangkan jika guru suka menulis bahkan amat membanggakan andai guru rajin menulis. Lantas, apa saja berkah yang diperoleh seorang guru yang gemar menulis?

Menulis, suatu keharusan bagi seorang Guru

Menulis merupakan suatu unsur dari literasi yang tidak mungkin bisa dilepaskan dari membaca, karena bagi seorang penulis membaca merupakan asupan nustrisi dan menulis merupakan produk yang dihasilkannya. Kegiatan membaca dan menulis yang konsisten hanya bisa dilakukan oleh seorang guru yang rela memberikan waktu dan pikiran untuk terus belajar karena kehausannya akan pengetahuan.

Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan membangun budaya literasi. Jika guru berkualitas, sangat besar kemungkinan kelas yang dikelolanya juga berkualitas, tapi jika gurunya kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan. Literasi berarti budaya membaca dan menulis. Seorang guru yang mau terus membaca dan menulis memiliki peluang untuk semakin meningkatkan kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca seorang guru yang sudah menulis, kemungkinan besar semakin banyak pula karya yang akan dihasilkannya, maka hal itu pasti akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan di bidang pendidikan.

Berdasarkan Permen PAN & RB No. 16 Tahun 2019 dan Permen Dikdas No. 35 Tahun 2020 mengenai Jabatan Guru dan Angka Kreditnya membuktikan bahwa jelas sekali bahwa seorang guru (khususnya PNS) wajib hukumnya untuk menulis. Menghasilkan karya melalui menulis merupakan salah satu syarat dalam meningkatkan karier (kenaikan pangkat untuk PNS) guru berkat Angka Kredit yang diperoleh dari karya yang dihasilkan. Peraturan Bersama Mendiknas Nomor 03/V/Pb/2010 dan Kepala BKN Nomor 14 Tahun 2010 Pasal 17 ayat 2 juga menyebutkan bahwa guru pada golongan tertentu wajib melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang meliputi sub unsur pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif. Sehingga tidak alasan sebenarnya seorang guru enggan untuk menulis.

Sebagai pendidik, sudah seharusnyalah guru menulis. Guru bisa menulis dalam bentuk: makalah (presentasi forum ilmiah), jurnal, laporan hasil penelitian, tinjauan ilmiah (artikel non penelitian), tulisan ilmiah populer (artikel/opini di media massa), artikel ilmiah (hasil penelitian), buku teks (buku pelajaran, buku pendamping/pengayaan), modul/diklat, karya terjemahan, buku sastra, bank soal, lembar kerja peserta didik (LKPD) atau buku non kependidikan. Tetapi kenyataanya sangat jarang melihat guru untuk mau terlibat dalam menulis dengan berbagai alasan. Kalimat “saya tidak bisa menulis” adalah alasan klasik yang sering terdengar ketika mengajaknyauntuk terlibat di dalam dunia menulis, padahal dengan kualifikasi guru saat ini dengan pendidikan minimal sarjana seharusnyalah tidak alasan lagi untuk “tidak bisa menulis” karena pengalaman menulis sebenarnya bukanlah hal yang baru baginya. Menulis tugas, makalah, laporan sampai skripsi adalah contoh yang kegiatan yang tidak lepas dari kegiatan menulis.Tetapi akar masalah sebenarnya adalah karena kemalasandan tidak mau “merepotkan diri” untuk mau terlibat di dalam dunia menulis.

 

Manfaat yang diperoleh Guru yang Gemar Menulis

Banyak manfaat yang diperoleh ketika guru gemar menulis, dengan menulis dapat mengaktifkan dan memperkuat daya ingat otak sehingga guru tersebut memiliki kemampuan berpikir yang semakin tajam yang akan berdampak kepada peningkatan kompetensinya sebagai seorang guru. Dengan menulis kehidupan seorang guru juga akan lebih terorganisir disebabkan seringnya membuat outline (kerangka tulisan). Semakin guru gemar menulis akan berguna bagi guru tersebut dan juga orang lain, manfaat bagi guru tersebut akan meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa karena terbiasa menuangkan apa yang dipikirkan ke dalam bentuk tulisan, bagi orang lain yang membacanya bisa mendapat pengetahuan yang baru dari apa yang sudah tuliskan. Bahkan bila tulisan seperti buku yang dihasilkan disukai banyak orang sehingga menjadi buku ”best seller” seorang guru juga akan mendapatkan keuntungan secara finansial.

Seorang guru yang gemar menulis akan memiliki wibawa dihadapan guru lainnya terkhusus bagi murid-muridnya. Karena guru yang baik adalah guru yang menjadi inspirator dan motivator bagi sekelilingnya. Mestinya seorang guru tidak cukup hanya menyuruh murid-muridnya untuk berkarya tetapi dengan menunjukkan secara langsung karya tulisannya tentu akan menjadi inspirasi bagi murid-muridnya untuk mengikuti jejak guru tersebut. Guru yang senang menulis akan dikenal dan disegani banyak orang melalui karyanya. Masih banyak lagi sebenarnya manfaat bagi guru yang gemar menulis, sehingga tidak ada ruginya seorang guru yang rajin menulis, tetapi yang ada adalah kerugian ketika guru tidak mau menulis.

 

Guru yang sudah mendapat Berkah karena Gemar menulis

Salah satu guru hebat yang sudah merasakan berkah dari gemar menulis adalah Bapak Wijaya Kusumah, M.Pd  (akrab disapa dengan Om Jay) yang merupakan Sekjen Ikatan Guru TIK – PGRI. Menulis setiap hari sudah menjadi aktivitas wajib bagi guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMP Labschool Jakarta ini. Menulis di blog membuatnya semakin produktif menulis. Dari kerapnya menempatkan (posting) tulisan tentang pendidikan di blogdan aktif dalam menulis Penelitian Tindakan Kelas(PTK), buku pelajaran, buku pengayaan, dan jugabuku motivasi beliau akhirnya mendapatkan banyak penghargaan. Berkat gemar menulis beliau terpilih menjadi salah satu guru penerima beasiswa belajar di China University of Mining Technology (CUMT) pada Tahun 2019.

Berkat konsintensinya menulis di Kompasiana beliau juga berhasil meraih penghargaan Guru paling Nge-Blog dalam perayaan ulang tahun Blog Kompasiana bertajuk Kompasianival "Hero Inside You" tahun 2012. Pada tanggal 12 Desember 2015 yang lalu, beliau juga termasuk dalam 100 orang kompasianer yang diundang Bapak Presiden Joko Widodo ke Istana untuk makan bersama, sunguh hal yang sangat luar biasa. Berkat menulis beliau juga mampu membeli sebuah rumah baru dari hasil penjualan buku yang ditulisnya.Beliau sudah merasakan berkah luar biasa ketika seorang guru gemar menulis.Ada satu kalimat yang sering diucapkan beliau bahkan telah menjadi salah satu judul buku yang ditulisnya yakni “Menulislah setiap hari maka lihatlah apa yang terjadi”. Beliau sudah melihat banyak keajaiban yang terjadi di dalam kehidupannya ketika gemar menulis. Hal itu jugalah yang mendorong beliau menggagas kegiatan belajar menulis gratis secara online melalui WA Group oleh PGRI yang sudah membuka kelas sampai gelombang ke 15 dengan tujuan mulia supaya semakin banyak guru yang gemar untuk menulis.

Sosok inspirator lainnya yang sudah merasakan berkah dari rajin menulis adalah ibu Dra.Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH. Beliau mengabdi sebagai guru bidang studi PKN di SMP Negeri 2 Nekamese - Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tepatnya di perbatasan Kota Kupang dan Kabupaten Kupang. Ibu guru yang memiliki branding “guru inspirasi NTT” dan “ibu guru cantik” ini berperan sebagai penggerak pemberantasan Buta Aksara bagi kaum ibu dan anak-anak di daerah terpencil di propinsi NTT. Banyak buku yang telah beliau tulis dan salah satubukunya menjadi buku best seller  yang berjudul "Guru adalah Insprasi" yang laris manis dan habis terjual seribu ekslemplar dalam waktu kurang dari tiga bulan. Uniknya sebagai penulis, beliau menulis buku tersebut berawal dari aktifitas sehari-hari sebagai guru yang diposting di facebooknyadengan nama Lilis Sutikno (Mbak Pipin). Dari tulisan-tulisan di facebooktersebut akhirnya beliau ramu menjadi sebuah buku yang menjadi inspirasi bagi banyak orang.Karena berprofesi sebagai seorang penulis juga akhirnya beliaupun mendapatkan kepercayaan sebagai Instruktur dan Narasumber Literasi di Propindi Nusa Tenggata Timur (NTT) padahal biasanya setiap guru yang ingin menjadi Instruktur harus melalui program diklat, tetapi hal itu tidak berlaku bagi ibu Lilis.Berkat gemar menulis beliau juga berhasil menorehkan prestasi menjadi Juara kedua Nasional dalam ajang lomba guru bertajut "MY TEACHER MY HERO AWARD INDONESIA DIGITAL LEARNING pada Tahun 2015.

Bukan hanya menulis buku, ibu guru yang tangguh ini juga berusaha untuk menularkan semangat menulis kepada guru-guru dan juga siswa/i di berbagai pelosok di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)dengan memotivasi, melatihdan membimbing dan hasilnya luar biasa karena banyak siswa di NTT yang beliau bimbing berhasil menulis buku ber ISBN (Internasional Standar Book Number). Beliau jugalah yang menggagas Kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI) yakni belajar menulis melalui WA Group yang membimbing setiap orang (bukan hanya guru) dari berbagai pelosok Nusantara untuk mampu menuangkan tulisan yang bisa menginspirasi orang lain. Sungguh sangat membanggakan ketika guru gemar menulis.

Belajar Menjadi Guru yang Gemar Menulis

Saya sendiripun sudah merasakan berkah dari guru gemar menulis. Awalnya saya tidak terlalu suka dengan menulis, lebih suka dengan ilmu pasti dan hitung-menghitung akibat latar belakang pendidikan saya adalah Fisika. Tidak pernah terpikir sedikitpun untuk menjadi penulis. Jangankan menulis buku, membuat satu paragrafpun bagi saya dulu adalah sesuatu yang sangat menyulitkan. Tetapi sekarang semuanya telah berputar seratus delapan  puluh derajat, dengan konsisten menulis yang saya mulai sejak tanggal 10 Juni 2020 bukan hanya mampu membuat artikel tetapi saya sudah menghasilkan karya buku ber-ISBN yang berjudul “Rahasia Menulis sampai Menerbitkan Buku bersama Para Pakar” dan buku antologi “Pena Digital Guru Milenial”.

Saat ini saya juga sedang terlibat dalam penulisan buku antologi “Kobaran Semangat Menulis” oleh PGRI, buku antologi “Buku Inspirasi” di kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI) dan buku antologi “Perjuangan Guru Daerah Khusus”. Khusus buku antologi yang terakhir saya beperan sebagai Kurator dengan mengajak teman-teman guru yang mengabdi di Sekolah Daerah Khusus (3T) untuk menghasilkan karya berupa pengalaman baik suka maupun duka yang dialami di dalam menjalankan tugas di Sekolah Desa yang penuh dengan keterbatasan. Berkat menulis juga, akhirnya saya untuk pertamakalinya merasakan menjadi seorang Narasumber, berbagi ilmu menulis kepada 55 peserta yang berasal dari berbagai pelosok Nusantara mulai dari Aceh sampai Papua, di dalam kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI)melalui WAG pada tanggal 25 Agustus 2020 yang lalu. Sungguh saya tidak menyangka ketika gemar menulis banyak berkah yang saya peroleh, mulai dari menghasilkan karya sampai menjadi motivator yang mengajak orang lain untuk terlibat dalam dunia menulis, hal yang tidak pernah saya rencanakan sebelumnya.

 

Wahai para Guru Mari Gemar Menulis

Menulis merupakan suatu upaya untuk menorehkan catatan sejarah. Di dalam menulis yang pertama dibutuhkan adalah kemauan (niat) kemudian ketekunan dan kekonsistenan untuk tetap menulis setiap hari. Di dalam menulis bukan tentang siapa yang ahli tetapi siapa yang mau, karena banyak orang sebenarnya yang mampu tetapi tidak mau, tetapi ada orang  kemampuannya biasa-biasa saja, tetapi ketika betul-betul serius dan mau akhirnya dia mampu dan berhasil.

Setidaknya ada lima orientasi dalam menulis. Pertama, orientasi Material dengan tujuan untuk menghasilkan uang (finansial) bisa dari fee pembicara, royalti buku apalagi jika berhasil menulis buku best seller atau buku novel yang sampai diangkat kelayar lebar. Kedua, Oriantasi Eksistensial yang bertujuan untuk mengejar popuaritas dan pengakuan dari masyarakat akan keberadaannya melalui karyanya. Ketiga, Orientasi Personal yang bersifat pribadi untuk mencurahkan atau mengekspresikan perasaan, pengalaman atau kisah pribadi agar dapat dibaca oleh orang lain. Keempat, Orientasi Sosial bertujuan untuk mempengaruhi atau mengubah cara berpikir masyarakat serta membangun peradaban dan yang Kelima, Orientasi Spiritual yang bertujuan untuk beribadah dengan mengajak pembaca untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Dan mungkin masih banyak lagi orientasi untuk menulis dan hal itu sangat mempengaruhi seseorang untuk mau serius di dalam dunia menulis. Tetapi ketika seorang penulis sampai kepada Orintasi yang keempat dan yang kelima (Sosial dan Spiritual) maka akanada semangat yang luar biasa seperti bahan bakar yang tidak perbah habis untuk berkarya melalui tulisan karena baginya karya tulisan itu adalah media untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Memulai untuk menulis perlu kesabaran, jangan takut tulisan kita dikatakan jelek tidak berkualitas dan penilaian negatip lainnya, karena ketika hal itu ada dipikiran maka kita tidak akan pernah menjadi orang yang berhasil. Mulailah menulis, menulis dan terus menulis, menulis apa saja yang kita mau sehingga itu menjadi suatu kebiasaan. Awali menulis dengan hal-hal yang kita senangi atau aktivitas sehari-hari yang biasa kita lakukan, apalagi sebagai seorang guru pasti banyak cerita yang sebenarnya bisa kita tuliskan baik ketika bersama siswa/i dan juga berbagai aspek di dalam dunia pendidikan yang kita geluti.Mari meluangkan waktu khusus untuk menulis setiap hari, bukan menggunakan waktu luang. Tidak perlu menunggu ide “brilian” baru mau menulis, tetapi segeralah mulai menulis dengan apa yang kita alami dan rasakan, ingatlah langkah keseribu selalu diawali oleh langkah pertama. Dan yang paling utama adalah menulislah dengan hati, maka tulisan kita akan sampai kepada hati setiap orang yang membacanya.

Kata bijak “better late than never”(lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali) merupakan motto dari seorang Pegiat Literasi Nasional, Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd. yang merupakan kepala sekolah SMK Tunas Pembangunan 2 Surakarta. Walaupun merasa terlambat untuk terjun ke dunia menulis pada usia menjelang lima puluh tahun, tetapi tidak mematahkan semangat beliau untuk terus berkarya selagi masih memiliki kesempatan dan hasilnya sudah banyak karya buku yang beliau hasilkan dan saat ini beliau bukan hanya menulis tetapi terlibat dalam membimbing dan melatih guru supaya mampu menulis.

Sungguh tiada terhitung betapa banyaknya berkah bagi Guru yang Gemar Menulis. Karena dengan gemar menulis guru akan mendapat berkah bagi dirinya dan juga akan menjadi berkah bagi orang lain. Wahai para guru tidak ada kata terlambat, selagi masih ada kesempatan, mulailah menulis… menulis dan terus menulis, sampai menjadi suatu kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan dan akhirnya kita semua akan memperoleh Berkah karena kita sudah menjadi Guru yang Gemar Menulis. Semoga …


5 komentar:

  1. Terimakasih pak.. mari tetap semangat u menulis...💪

    BalasHapus
  2. Menulislah dan buktikan apa yang terjadi (Omjay). Biarkan tulisan menemui takdirnya (Bunda Kanjeng). Menulis itu nikmat (Maseko).
    Pak Sahat dapat ketiga tiga-tiganya. Sukses selalu pak Sahat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Luar biasa pak ... Terimakasih pak... Sukses selalu untuk kita semua...

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus

Postingan Terbaru

Iman dan Ilmu Pengetahuan

Iman dan Ilmu Pengetahuan   (Oleh: Sahat Serasi Naibaho, S.Si, Gr.)   Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal:  dalam ...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini