Senin, 28 Desember 2020

Belajar sebagai Editor Buku


Menjadi seorang editor buku tidak pernah terlintas di dalam pikiran, alih-alih menjadi editor buku, ketika berhasil menulis satu tulisan di buku antologi sampai memiliki buku solo perdana saja saya sudah sangat senang dan bersyukur. Karena sebelumnya memang tidak ada ekspektasi saya kelak akan menjadi seorang editor buku. 

Kesempatan pun datang ketika buku Antologi Bundaku yang merupakan karya dari peserta belajar Menulis Buku Inspirasi (MBI) melalui WAG digagas dan akhirnya ada 22 orang penulis yang ingin terlibat dan akhirnya dibagi menjadi 2 buku yakni Bundaku Jilid 1 dan Jilid 2. Saya sendiri ikut menjadi penulis di Buku Jilid1 yang dieditori oleh pak Eko Dayono dari Jawa Tengah. Tanpa saya duga Bunda Lilis Sutikno yang merupakan penggagas Kelas MBI memberikan kesempatan bagi saya untuk belajar menjadi Editor buku dengan memberikan tanggung jawab tersebut di Buku Bundaku Jilid 2.

Awalnya saya agak canggung, karena memang hal itu adalah pengalaman baru bagi saya. Saya pun membaca satu demi satu naskah yang masuk. Kata demi kata sampai pada kalimat saya cermati. Kalau ada kira-kita penulisan kata yang meragukan kebenarannya bagi saya, maka saya langsung buka si pintar google, mencari berbagai keterangan terkait dengan penulisan kata tersebut, demikian sampai saya yakin dengan memiliki dasar yang kuat akan kebenaran cara penulisannya. Adapun yang sering menjadi sumber yang menjadi pertimbangan saya adalah  Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 

Memang beberapa kali saya temukan kesalahan penulisan kata di dalam naskah seperti penulisan pun apakah harus digabung atau dipisah. Penulisan dua kata apakah digabung atau dipisah seperti: terima kasih, olahraga, tanggung jawab. Juga bagaimana penulisan kata yang benar misalnya: positip, positif atau positive. Demkian juga penggunaan singkatan-singkatan yang belum tentu pembacanya paham artinya, misalnya: KPLP, SR dan singkatan lainnya. Sehingga kita harus kembali berpedoman pada PUEBI, juga bisa dilengkapi dengan sumber informasi lainnya yang sangat mudah kita dapatkan di mesin pencari seperti google dan tentunya harus melalui komunikas yang baik dengan penulisnya.

Memang sangat diperlukan kesabaran untuk bisa membaca dan mengamati setiap kata demi kata hingga membentuk kalimat, bukan sekedar sampai asal jadi kalimat saja tetapi kalimat tersebut hendaknya bisa memebentuk sebuat paragraf yang baik, dalam artian bisa dimengerti dan mampu menyampaikan pesan yang akan ingin disampaikan kepada pembaca. Tentunya kalimat yang ada juga mengalir sehingga enak di baca dan jelas, bukan kalimat yang justru membingungkan pembacanya.

Saat ini saya terus belajar. Setelah buku Antologi Bundaku Jilid 2 tuntas, saat ini saya sedang berjuang untuk mengedit tulisan untuk antologi Sekolahku Jilid 1 dan Jilid 2 dan sudah menanti pada awal januari nanti Antologi Cerpen yang juga Jilid 1 dan Jilid 2. Apakah ini menjadi beban?, tentu saja tidak, tetapi merupakan pengalaman baru yang sangat menarik bagi saya. Saya semakin banyak belajar tentang tata cara penulisan kata yang benar, bahkan dilatih untuk bersabar dan teliti untuk setia membaca semua naskah dari awal sampai akhir. Dan yang paling menarik adalah, mendapatkan banyak inspirasi dari tulisan-tulisan yang saya baca yang justru sangat memotivasi saya. Karena bagaimanapun editorlah yang pertama kali menikmati pesan yang mau disampaikan oleh penulis kepada khalayak.

Belajar dan terus belajar menjadi penyemangat bagiku. Karena dengan terus belajar akan hal-hal yang baru pasti akan memberikan dampak yang sangat besar bagi kita. Oleh karena itu, mari terus belajar, belajar dan belajar...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini