Kamis, 07 Oktober 2021

Lampu kembali padam, ANBK gagal?

Manusia hanya bisa berencana dan berusaha tetapi Tuhanlah yang menentukan akhir dan hasilnya, demikianlah pengalaman Pak Gurdes hari ini, tepatnya pada pelaksanaan ANBK hari ke-2 di sekolahnya yang ada di desa.

Pelaksanaan ANBK hari ini di sekolah Pak Gurdes dimulai tepat waktu pukul 07.30 WIB, tidak seperti kemarin yang molor sampai 2 jam dari jadwal yang ditetapkan. Mulai pagi hari semua berjalan dengan baik, dan sepertinya pelaksanaan ANBK hari ini akan berjalan dengan sukses. Mulai pagi sampai siang listrik menyala dengan stabil hanya sekali padam itu pun kembali menyala setelah beberapa menit kemudian.


Ujian sesi pertama yang diikuti 13 orang siswa selesai pukul 09.00 WIB, dan dilanjutkan dengan sesi kedua pukul 10.30 WIB yang diikuti 12 siswa, mereka mengerjakan soal-soal dengan tenang Pak Gurdes pun sangat senang. 

Hal yang membanggakan bagi guru-guru di sekolah Pak Gurdes, semuanya berjalan dengan lancar, apalagi sekolah mereka kali ini dikunjungi oleh perwakilan dari dinas pendidikan kabupaten untuk melihat secara langsung pelaksanaan ANBK di desa tersebut.

Hari ini lengkaplah sukacita di sekolah Pak Gurdes, seolah-olah sekolahnya sudah seperti sekolah di kota. Listrik menyala dengan stabil, pelaksanaan ujian berjalan dengan normal ditambah lagi  dikunjungi langsung oleh Pak Pohan selaku kasi SMP dinas pendidikan kabupaten.

Pukul 14.10 WIB ujian sesi ke tiga dimulai. Diikuti olah 9 orang siswa yang sudah tidak sabar menunggu dan ingin segera menyelesaikan ujiannya hari ini. Maklumlah teman-teman mereka sesi pertama dan kedua sudah selesai dan pulang ke rumah mereka masing-masing sehingga tinggal kesembilan siswa tersebut yang belum menyelesaikannya.

Sesi ketiga dimulai, semua laptop sudah tersambung dengan server, siswa pun mulai ujian dengan serius. Sekitar setengah jam kemudian Pak Pohan dan Pak Rahmat yang dari dinas memohon izin untuk pamit, mereka puas sudah melihat langsung pelaksanaan ANBK di sekolah desa berjalan dengan baik.

Hampir satu jam ujian berlangsung, ketika semua siswa asyik membaca dan menjawab setiap soal-soal di layar laptop, Pak Gurdes mulai mengantuk. Pak Gurdes menyilangkan tangannya di atas meja dan meletakkan kepalanya sekedar untuk melepaskan rasa kantuknya. 

"Mati lampu..." suara tersebut terdengar dan tiba-tiba mengejutkan Pak Gurdes, segera dia bangkit dan mengucek-ucek matanya dengan rasa kantuknya. Dia melihat ruangan gelap pertanda listrik padam.

Pak Gurdes dan guru-guru lainnya segera memastikan apakah listrik padam atau stut meteran yang balik, dan ternyata memang listrik PLN padam. Mesin gesnet pun dinyalakan oleh Pak Gurdes, ujian pun tidak bisa dilanjutkan karena jaringan internet tidak ada, genset dihidupkan hanya untuk menjaga laptop dan khususnya server tetap menyala. Ketika lampu menyala dan jaringan ada barulah ujian akan dilanjutkan. 

Awalnya mereka tenang karena yakin listrik padam tidak akan berlansung lama seperti har-hari sebelumnya. Kekuatiran mulai melanda Pak Gurdes, kepala sekolah, pak pengawas dan para guru lainnya karena sampai satu jam listrik belum menyala juga. 

Pak Haji Ramli Ritonga selaku kepala sekolah segera berinisiatif ke Simundol, desa kecamatan, beliau berencana menjumpai orang PLN yang katanya ada di sana. Mengapa harus dijumpai langsung? Ya, karena di desa tersebut jaringan telepon tidak ada ketika lampu padam sehingga harus menyampaikannya secara langsung bertatap muka.

Pak Gurdes hanya bisa berdoa dan berharap listrik segera menyala. Penantian panjang pun berakhir, akhirnya listrik pun menyala setelah sekitar 2 jam padam, ujian kembali dilanjutkan sekitar pukul  5 sore. Informasi yang diperoleh pak kepsek  di kecamatan bahwa ada pohon yang tumbang yang menyebabkan kabel terputus dan perlu waktu bagi pihak PLN untuk memperbaikinya.

Listrik sudah menyala, siswa-siswa kembali melanjutkan ujiannya. Tidak butuh waktu lama siswa menyelesaikan soal-soal yang ada, hanya sekitar setengah jam mereka semua sudah menuntaskan ujiannya karena memang pada saat listrik padam mereka sudah berada pada soal bagian akhir, yakni survei lingkungan belajar.

Siswa-siswa dipersilahkan pulang, tinggal para guru yang berada di ruang ujian untuk menyelesaian survei lingkungan belajar. "Server pusat sudah tertutup" tiba-tiba kalimat tersebut disampaikan oleh Bu Irma memecahkan keheningan karena semua  guru asyik dengan laptop masing-masing.

Bu Irma yang merupakan proktor ANBK di sekolah Pak Gurdes menyatakan bahwa data ujian sesi 3 tidak bisa dilaporkan karena server pusat sudah tertutup. Dia mencoba berbagai cara, dan menelepon pihak dinas tetapi belum ada solusi yang didapat. Mungkin karena waktunya ujiannya sudah lewat dari jadwal sehingga server pusat ditutup atau adalah masalah lainnya sehingga hasil ujian hari itu tidak bisa diupload mereka tidak tahu persis.

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 7 malam hasil ANBK juga belum bisa diupload,  karena sudah malam mereka pun memutuskan untuk pulang. Pak Gurdes dan guru lainnya membereskan barang-barang termasuk laptop yang akan mereka bawa pulang. Tiba-tiba Pak Gurdes sadar bahwa lampu sepeda motornya putus dan tidak menyala. Memang dua hari lalu ketika berada di rumah Pak Gurdes sudah tahu tetapi tidak sempat membawanya ke bengkel.

"Bagaimana pulang melewati perkebunan sawit yang sangat sunyi dan gelap tanpa lampu, dengan lama perjalanan 1 jam?" pikir pak Gurdes.

"Kita sama saja pulangnya Pak, atau bapak memakai sepeda motor saya, kita gantian?" ucap pak kepsek yang akrab dipanggil pak Haji.

"Coba kita cari bengkel di desa Simundol pak." Jawab Pak Gurdes

"Sepertinya tidak ada lagi bengkel yang buka malam-malam seperti ini Pak. Tapi dicoba dulu mana tahu ada," kata Pak Rambe yang merupakan pegawai di sekolah Pak Gurdes.

"Baiklah, saya akan mengiriringi bapak" Kata pak Kepsek menyahut.

Akhirnya Pak Gurdes bersama Pak Kepsek mengendarai sepeda motor secara beriringan sampai ke desa simundol, desa yang berjarak 2 kilometer dari sekolah mereka.

Mereka berdua pun berusaha mencari bengkel untuk mengganti lapu sepeda motor Pak Gurdes, tetapi dari dua bengkel yan mereka singgahi hasilnya nihil. Bengkel yang pertama tidak ada merespon sahutan mereka, mungkin orangnya sedang tidak di rumah atau sudah tidur mereka tidak tahu. 

Bengkel yang kedua mengatakan bahwa tidak memiliki spare part untuk mengganti lampu sepeda motor Pak Gurdes. Untunglah ada bengkel ketiga yang bersedia dan memiliki spart part bola lampu yang kemudian mengganti bola lampu sepeda motor Pak Gurdes. Pak Gurdes akhirnya lega, tidak terbayangkan bagaimana dia harus pulang ke rumah tanpa penerangan, bisa sampai tengah malam jadinya.


Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam, Pak Gurdes bersama Pak kepsek meninggalkan bengkel dan melaju sepeda motornya di tengah kegelapan malam. Melewati perkebunan sawit yang gelap gulita. Melintasi beberapa desa yang sudah mulai sunyi.

"Singgah ke rumah dulu Pak, makan dulu di rumah!" Ucap Pak Kepsek kepada Pak Gurdes, menandakan mereka sudah sampai di desa Padang Rapuan, desa Pak kepsek tinggal. Desa yang jaraknya sekitar 8 kilometer dari sekolah mereka.

"Tidak usah pak, nanti kemalaman sampai di rumah, terima kasih Pak" Ucap pak Gurdes.

Pak Kepsek pun menepi, mengarahkan sepeda motornya menuju gang jalan ke rumahnya, sedang Pak Gurdes tetap melaju sepeda motornya untuk melanjutkan perjalanannya.

Malam yang sunyi, hening dan gelap. Jalan yang sisi kiri dan kanannya dipenuhi dengan pohon sawit dan pepohonan lainnya dilalui Pak Gurdes tanpa gentar. Dia tetap tenang dan berdoa, berharap sampai di rumah dengan sehat dan selamat. Dia percaya Tuhan selalu melindungi umat-Nya yang selalu mengandalkan-Nya.

Setengah jam perjalanan dilalui Pak Gurdes seorang diri dan dia akhirnya sampai di rumah dengan selamat berjumpa dengan istri dan anak-anaknya yang sudah menantikan kedatangannya. Melihat putra-putri dan istrinya menyambutnya dengan ceria di depan rumah membuat rasa letih yang dirasakannya seolah-olah hilang seketika.

Hari ini merupakan pengalaman yang indah dan tidak akan dilupakan oleh Pak Gurdes. Pengalaman pertama kalinya berjalan di tengah malam dari sekolahnya, melewati jalan berbatu dan berlumpur di tengah kegelapan malam dengan pohon sawit yang menemaninya di sepanjang jalan.

Kita hanya mampu merencanakan dan berusaha sekuat tenaga, tetapi Sang penciptalah yang menentukan hasilnya merupakan pelajaran berharga dari pelaksanaan ANBK hari kedua di sekolah Pak Gurdes. 

Kita harus selalu menyiapkan hati untuk hal-hal buruk yang bisa terjadi di masa yang datang. Kita tidak bisa mengatur apa yang akan terjadi, kita hanya bisa berserah dan berdoa kepada-Nya.

2 komentar:

  1. Alhamdulillah, setelah melewati semua rintangan Pak Gurdes bisa tiba dengan selamat di rumah. Pekerjaan jika kita ikhlas pasti akan diberikan kemudahan oleh Sang Pemilik Ilmu. Salut Pak Guru 👍👍👍

    BalasHapus

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini