Ada salah satu alasan dari sekian banyak alasan yang membuat Pak Gurdes selalu berusaha bersemangat dalam melakukan tugas pengabdiannya sebagai guru, yakni ketika melihat setiap siswanya yang selalu hadir di sekolah walaupun ada dari mereka yang harus berjuang dengan berjerih lelah untuk sampai ke sekolah.
Hari ini kembali Pak Gurdes kembali diingatkan akan komitmen dan kesungguhannya dalam mengabdi sebagai guru di desa tempatnya mengabdi. Pagi tadi ketika istirahat Pak Kepsek menyuruh Pak Gurdes yang memang kebetulan bertugas sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan untuk memanggil nama-nama siswa yang belum divaksin.
Memang sekolah Pak Gurdes sudah melaksanakan vaksinasi covid-19 untuk siswa dua minggu yang lalu, tapi ada beberapa siswa yang tidak ikut karena tidak hadir ke sekolah pada saat itu.
Setelah menerima beberapa lembar kertas yang berisi nama-nama siswa dari Pak Kepsek, Pak Gurdes segera meraih mikropon dan memanggil mereka satu-persatu. Ada sekitar sepuluh siswa yang dipanggilnya, dan satu nama yang tidak asing lagi tetapi berkesan bagi Pak Gurdes adalah Rebenus Giawa. Regi, itulah nama panggilan dari teman-temannya kepadanya.
Setelah mendengar namanya dipanggil Regi segera berlari dari ruang kelasnya menuju kantor guru, segera dia menemui Pak Gurdes.
"Segera jumpai Bapak Kepala Sekolah ya nak!" demikian ucap Pak Gurdes. Regi segera masuk ke kantor dan menuju ke arah meja Bapak Kepsek.
"Ini surat yang harus kamu bawa untuk vaksin, segera berangkat bersama teman-temanmu ke SMA." Demikian perintah Pak Kepsek ketika Regi menjumpainya.
Memang hari ini SMA yang berjarak sekitar 4 kilometer dari sekolah mereka sedang melaksanakan vaksinasi covid-19, dan bagi siswa SMP yang belum vaksin diperbolehkan untuk mengikuti vaksin di sana.
"Isi dulu NIK-mu ya!. Kata Bapak Kepsek lagi kepadanya sambil menyerahkan selembar kertas.
"Aku tidak hafal NIK-ku pak," jawab Regi.
"Kalau begitu tolong jemputkan ke rumah ya," ujar kepada sekolah lagi kepadanya.
"Rumahku jauh pak, satu jam perjalanan dari sini," jawab Regi lagi.
"Kalu begitu hubungi dulu orangtuamu untuk mengirimkan NIK-mu, segera ya," kata Bapak Kepsek kepada Regi.
"Orangtuaku tidak bisa ditelepon pak, di sana tidak ada jaringan," ucap Regi dengan wajahnya yang penuh dengan kepolosan.
"Kalau seperti itu kondisinya, nggak tahu lagi kita bagaimana caranya," timpal bu Zaini, Ibu Guru Pendidikan Agama Islam yang kebetulan berada di kantor guru bersama mereka.
Pak Kepsek terdiam, kehabisan kata-kata dan akhirnya menyuruh Regi agar membawa foto copy KK-nya besok hari. Regi tidak jadi divaksin hari ini karena NIK-nya yang tidak ada.
Mendengar dan membayangkan perjuangan Regi untuk bisa hadir ke sekolah setiap harinya membuat Pak Gurdes terharu. Bagaimana tidak, pastilah perjalanan selama satu jam sangat melelahkan bagi Regi, apalagi kondisi saat ini musim kemarau yang membuat cuaca sangat panas pada siang hari.
Regi memang sudah pernah bercerita kepada Pak Gurdes bahwa setiap hari harus berangkat paling lambat setengah 7 pagi, karena senam pagi sudah dimulai setengah delapan di lapangan sekolah setiap harinya.
Bukan hanya Regi, pada tahun-tahun sebelumnya juga pak Gurdes masih ingat ada beberapa siswa yang juga harus berjuang untuk sampai di sekolah dengan berjalan kaki. Mereka sampai harus membuka sepatunya ketika berjalan agar sepatunya tidak mudah rusak. Mereka tidak memiliki sepeda motor, dan juga karena kondisi jalan yang sulit dilalui.
Mereka rata-rata adalah keluarga yang tinggal di kebun sawit atau karet, mereka ditugaskan untuk menjaga dan merawat tanaman yang ada di sana dengan upah bulanan, diberikan beras dan makanan pokok lainnya dan juga rumah gubuk sebagai tempat tinggal yang berada di lokasi kebun tersebut.
Tempat tinggal yang sunyi, seadanya dan tanpa listrik harus mereka huni dengan tidak ada jaminan mereka bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama di sana, karena ada kalanya sang pemilik kebun akan memberhentikan dan menggantinya dengan orang lain sesuai dengan keinginan mereka.
Sungguh perjuangan yang sangat luar biasa yang dilakukan Regi dan kawan-kawannya. Jerih lelah untuk menuntut ilmu demi merubah masa depannya. Hal itulah yang membuat Pak Gurdes tidak punya alasan untuk tidak berusaha melakukan tugasnya dengan sepenuh hati sebagai guru.
Kadang Pak Gurdes merasa malu melihat perjuangan siswanya dalam mengejar ilmu, ketika Pak Gurdes lengah dan tidak melakukan tanggungjawabnya sebagai guru dengan sungguh-sungguh.
"Siswaku, kalianlah pemberi semangat bagiku...," ucap Pak Gurdes dalam hati.
TerharuuĆ¹...
BalasHapusSama dengan Bunda keadaannya. Tetap semangat Pak Gurdes
Terima kasih bunda... Semangat selalu... Senantiasa berkarya...
HapusWow Luar Biasa..
BalasHapusSemoga siswa2 yg telah semangat... Berjuang penuh. Untuk sebuah cita-cita 0kan Menggapai DUKSES BESAR seperti Pak Gurdes..Amiiin
SUKSES. BUAT PAK GURDES DAN SISWANYA
BalasHapusSemoga Pak Gurdes bisa membawa Regi dan teman-temannya menjadi orang yang berguna dan bisa mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Tetap semangat Tulang Pak Gurdes, Be Blessed
BalasHapusSemangat pak Gurdes, semangat siswa -siswa pak Gurdes LUAR BIASA.
BalasHapusMantul pak gurdes
BalasHapus