Senin, 28 Desember 2020
Belajar sebagai Editor Buku
Sabtu, 26 Desember 2020
Refleksi dan Resolusi menyambut Tahun 2021
Waktu terus berjalan, tiada yang bisa menahan. Tiada terasa tahun 2020 akan segera berlalu, digantikan tahun baru 2021. Kehidupan ini memang akan terus berlangsung. Sepertinya baru saja memejamkan dan membuka mata tetapi waktu terus berganti dan masa lalu tidak bisa diulangi lagi. Apa yang kita lakukan dengan kondisi yang ada dengan waktu yang terus melangkah?
Kita perlu refleksi. Ya, memandang sejenak ke masa-masa yang telah kita lalui khususnya di tahun 2020 yang akan segera berlalu. Bagaimana perjalanan hidup kita selama tahun 2020, baik itu keberhasilan ataupun kegagalan, mari kita renungkan kembali bagaimana semuanya itu kita jalani. Secara global memang tahun 2020 adalah tahun penuh ujian dan tantangan. Bagaimana tidak, dengan adanya wabah virus Corona, semua manusia merasakan dampaknya yang pastinya sangat berpengaruh pada kehidupan kita di tahun ini.
Tetapi saat ini mari secara pribadi mengevaluasi diri, bagaimana kita di tengah situasi yang ada mampu untuk bertahan dan bahkan menjalani semuanya dengan ucapan syukur. Bahkan menjadi pribadi yang lebih matang dan dewasa dalam berfikir dan bertindak, karena kita ketahui bahwa tantangan kehidupan pasti akan selalu datang silih berganti, tetapi diharapkan fokus kita bukan masalah tersebut tetapi bagaimana kita bisa tetap berpengharapan di tengah situasai sangat sulit sekalipun, dan pastinya itu akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih dewasa dan matang.
Pertanyaan selanjutnya adalah sudah sejauh mana kita mampu dalam menggunakan waktu dan kesempatan yang ada untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi? Pribadi yang lebih baik dalam artian semakin baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, sosial bahkan spiritual. Kita semua diberikan waktu yang sama, tetapi pastinya kita bisa berbeda-beda dalam memanfaatkan waktu yang ada.
Dalam hal pengetahuan, bukan harus di dapat dari instansi pendidikan formal atau yang dinamakan sekolah. Tetapi pengetahuan dari pengalaman sehari-hari yang kita dapatkan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham. Dalam hal ini diperlukan kemampuan membaca yang baik, baik dari sumber tulisan bahkan dari kemampuan kita membaca situasi dan sekeliling yang bisa membuat kita lebih paham tentang banyak hal.
Di dalam bidang keterampilan juga tidak kalah pentingnya. Apa keterampilan yang sudah kita asah, pertajam dan akhirnya kita miliki di tahun 2020 ini? Keterampilan memerlukan kreasi yang akan menghasilkan sebuah karya. Pastinya diperlukan juga latihan, latihan dan terus latihan sehingga keterampilan itu bisa kita kuasai sepenuhnya, bahkan bisa menjadi ahli di bidang tersebut. Pertanyaannya apakah selama setahun ini ada keterampilan baru atau keterampilan yang semakin kita kuasai?
Sebagai makhluk sosial, kita juga dituntut untuk berinteraksi dengan sesama. Bukan hanya sekedar berinteraksi, kita juga dituntut untuk bisa berkontribusi kepada masyarakat di mana kita berada. Untuk meningkatkan peran sosial diharapakan bisa terlebih dahulu mengesampingkan egoisme. Sifat yang berfokus pada kepentingan diri sendiri tanpa menghiraukan apa yang terjadi dengan orang lain. Sebagai manusia kita akan benar-benar merasakan kebahagiaan sejati ketika kita bisa bermanfaat bagi orang lain.
Spiritual adalah hal yang sangat mendasar bagi setiap insan. Dengan keyakinan yang kita imani menjadi dasar kita untuk memandang dan menjalani hidup yang fana. Spiritual yang baik pada seseorang akan membuatnya bergantung sepenuhnya kepada Sang Pemilik dan Pencipta Alam Semesta ini. Sangat diperlukan evaluasi diri dalam aspek spiritual dengan berharap hari-hari yang akan datang kita akan semakin memiliki kualitas iman yang lebih baik.
Dengan mengingat-ingat kembali berbagai aspek yang sudah kita jalani di tahun 2020 yang akan segera berlalu, biarlah hal itu menjadi pengalaman dan pembelajaran yang mendorong kita untuk senantiasa memperbaiki diri. Menyambut resolusi pada tahun 2021 dengan berkomitmen akan melangkah dan menggunakan waktu dengan lebih bijaksana lagi. Impian dan harapan menjadi pribadi yang lebih baik dan tentunya juga berbagai aspek kehidupan yang lebih baik lagi di tahun yang baru semoga terwujud, dengan berjuang, berusaha dan berkarya. Berkarya bukan untuk diri sediri saja tetapi juga menghasilkan karya yang manfaatnya bisa dirasakan oleh orang lain.
Mari sambut tahun baru dengan optimis dan semangat selalu...
Minggu, 06 Desember 2020
Buku Antologi Cerpen Kelas MBI
Kelas MBI terus menginspirasi, sehingga mampu menggerakkan peserta yang ada untuk segera berkarya. Hari Minggu (6/12/2020) bu Tiwi menyatakan keinginannya di grup untuk berduaet, trio atau kwartet dalam menulis buku Antologi Cerpen. Tanpa menunggu waktu lama, beberapa peserta lainnya segera memberi respon. Dimulai dari Bu Citra Turnip (Sumut), kemudian Bu Desak (Bali) dan akhirnya Bu Uchey (Bogor), lengkaplah sudah peserta menulis buku antologi cerpen dengan 4 orang penulis. Kenapa penulisnya hanya 4, supaya buku bisa diajukan dalam mendapatkan Angka Kredit (AK) dalam pengejuan kenaikan pangkat pada PNS.
Eh,,, tunggu dulu... Rupanya bu Ledwina menjapri saya dan menyertakan beberapa pesan WA dimana beliau sudah berkomunikasi sebelumnya dengan Bunda Lilis untuk ikut serta dalam penulisan buku Antologi Puisi, dan bisa saya tangkap beliau juga tertarik untuk bergabung, tetapi terlambat dalam dari Bu Uchey. Akhirnya saya membuka kesempatan untuk siapa yang mau bergabung di dalam penulisan buku Antologi Cerpen kedua dengan berharap ada 3 orang lagi peserta yang mau bergabung untuk menemani bu Ledwina.
Dan ternyata....., dalam hitungan menit langsung saja Bu Merpati (NTT), Bu Nophia (NTT) dan Bu Nuri (Lampung) mendaftarkan diri untuk ikut serta. Wah... Luar biasa, akhirnya tidak lewat dari satu hari peserta langsung tercukupi bahkan bertambah, bukan satu tetapi akan ada 2 buah buku Antologi Cerpen yang diterbitkan. Untuk lebih mengoptimakan penerbitan buku, grup Antologi Cerpen pun terbentuk dan diharapkan menjadi awal mula dalam menghasilkan 2 buah buku Antologi Cerpen karya Kelas MBI.
Saya teringat kembali bagaimana pengalaman yang sama dalam lelang buku Antologi Buku Bundaku. Yang tidak terbayangkan sebelumnya, rupanya antusias peserta begitu tinggi sampai bisa mengumpulkan 22 penulis yang dibagi menjadi 2 tim yang akan menerbitkan 2 buah buku Antologi Bundaku "Kado Spesial buat ibu".
Kelas MBI memang luar biasa,,,, Para peserta yang banyak diisi penulis pemula, tetapi memiliki semangat yang bergelora untuk segera menghasilkan Karya...
Ayooooo,,, Tetap semangat,,, Semangat dan Terus Semangat.....
Jumat, 04 Desember 2020
The Power of "Pada Suatu Hari"
Kalimat "Pada suatu hari" pasti sudah tidak asing bagi kita semua. Kita sering mendengarnya pada masa kecil dulu, ketika mendengarkan cerita dari guru, bahkan saat ini pun kalimat tersebut tidak jarang digunakan dalam memulai sebuah cerita atau dongeng di buku maupun Televisi.
Siapa sangka kalimat tersebut memiliki kekuatan yang begitu besar dalam menulis. Disaat keinginan menulis sangat kuat dan sudah ada ide di kepala tetapi sulit untuk dituangkan dalam bentuk tulisan, maka diperlukan suatu formula atau rumus jitu untuk memecahkan masalah kebuntuan tersebut, salah satunya dengan memulai tulisan dengan kalimat "Pada suatu hari".
The Power of "Pada suatu hari" merupakan materi yang dibawakan oleh Pak Eko Daryono yang merupakan Narasumber Kelas WAG MBI pada jumat malam tanggal 4 Desember 2020. Mengawali kelas, kalimat "Pada suatu Hari" langsung muncul pada judul puisi yang ditampilkan dalam menyambut Narasumber malam ini. Berikut isi puisi yang sangat menggugah tersebut:
Pada Suatu Hari Nanti (Karya Sapardi Djoko Damono)
Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari.
Pak Eko pun memulai kelas dengan menyatakan bahwa "Kunci utama menulis adalah menulis, bukannya berpikir". Deadlock menulis dikarenakan kita terlalu banyak berpikir... jadi lari deh semua ide... kabur.....
Kalau kunci menulis adalah menulis... lha... menulisnya harus dari mana...., Oleh karenanya kita bisa gunakan jurus "Pada Suatu Hari", ungkap beliau.
Contoh Puisi yang menggunakan kalimat "Pada suatu hari"
Contoh Lagu yang menggunakan lirik "Pada suatu hari"
Dongeng yang menggunakan kalimat "Pada suatu hari"
Bahkan kalimat "Pada suatu hari" bisa mengungkapkan perasaan yang sedang PATAH HATI,,, Contohnya ketika rasa masakan tak sesuai harapan, pergi nurut Google map malah kesasar, mau buat kejutan eh... ternyata tak sesuai harapan. Mau ada tamu dibela-belain persiapan eh... nggk jadi datang. Semuanya bisa kita tuliskan dengan memulainya dengan kalimat "Pada suatu hari".
Demikian hebatnya kalimat "Pada suatu hari", sehingga bisa menjadi solusi pada saat kita merasa sepertinya menulis itu sulit. Ketika sudah ada ide, tetapi kita tidak tahu bagaimana menuliskannya, cobalah dengan memulai tulisan anda dengan kalimat "Pada suatu hari".
Karena dalam menulis, yang sulit adalah memulainya, ketika sudah dimulai yakinlah maka kata demi kata akan segera mengalir seperti air mengikuti kalimat yang sudah disusun sebelumnya.
Selamat mencoba, dan tetap semangat
Kamis, 03 Desember 2020
Asa di Masa Corona
Tiada yang pernah menduga akan datangnya wabah corona, virus yang pertama kali terdeteksi di Wuhan-Cina. Covid-19 adalah nama kerennya. Virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah penyebabnya. Semua bidang terkena dampaknya, tidak ada yang luput dari sergapannya. Ya, begitu hebatnya corona, walaupun tidak dapat dilihat langsung oleh mata tetapi sudah menelan banyak nyawa.
Semua manusia berusaha menjauhinya, dengan berbagai cara untuk tidak terinfeksi olehnya. Berbagai usaha dilakukan untuk meredam penularannya. Dimulai dari dari pakai masker, cuci tangan dan menjaga jarak antar sesama. Dan menyerukan supaya aktivitas dilakukan dari rumah, mulai dari belajar, beribadah, dan bekerja. Mematuhi protokol kesehatan adalah kuncinya, tetapi tetap saja masih banyak korban yang setiap hari di terkam oleh si Corona. Bahkan di Negara kita tercinta, beberapa hari ini korbannya semakin meningkat jumlahnya.
Masihkah ada asa (semangat) di tengah wabah corona? atau apakah kita menyerah dan pasrah saja? Sebagai umat beragama, kita tidak boleh menyerah dan terlena. Kita serahkan semuanya kepada Tuhan Sang Pencipta, karena Dialah Yang Maha Kuasa dan bisa melenyapkan semuanya. Kalau Tuhan mau, sekejap saja si Corona pasti akan binasa, dan segera lenyap dari dunia. Dan kita harus percaya, suatu saat semuanya akan berlalu dan kembali seperti biasa.
Dan tentunya bukan hanya berdoa tanpa tidakan nyata, kita juga harus mengikuti setiap aturan yang ada. Protokol kesehatan yang ketat adalah solusinya, supaya si Corona tidak menular kemana-mana. Tuhan juga ingin supaya kita taat pada negara, mengikuti dan mendukung setiap kebijakan yang ada. Untuk menuntaskan Virus Corona dari Negara Indonesia. Sembari terus berharap para ilmuan segera mendapatkan vaksin yang merupakan cara paling ampuh untuk merontokkan kekuatan si Corona.
Di situasi saat ini kita dituntut untuk tetap melangkah dan berkarya. Memanfaatkan waktu di rumah saja, dengan hal-hal positip yang bisa membuat kita tetap berjaya. Salah satunya dengan menggali potensi pada diri kita. Seperti yang saya sudah jalani dan tekuni dimasa pandemi Corona, yaitu belajar menulis dan merangkai kata.
Walaupun sebelumnya saya tidak terbiasa dan tidak terlalu suka dengan membaca. Tetapi syukur kepada Tuhan yang Perkasa, saya diberikan kekuatan untuk menekuninya, memulai dan terus belajar konsisten setiap hari untuk menyusun kata demi kata, sehingga akhirnya saya dapat menerbitkan beberapa karya, yakni sebuah buku solo dan empat buku karya bersama.
Dengan segala pencapaian dimasa Corona, saya bukanlah berterimakasih kepada pandemi yang sampai saat ini masih ada, tetapi menekankan bahwa di tengah situasi apa pun pasti ada makna dan pelajaran berharga, asalkan kita mau ikhlas menjalani dan memanfaatkan kesempatan yang masih ada. Yakinlah, semua dalam sepengetahuan-Nya, tugas kita hanya menjalani kehidupan dengan syukur dan tetap bersungguh-sungguh untuk belajar dari masa-masa yang ada. Dengan itu kita tidak akan pernah berputus asa, tetapi tetap berjuang dan berusaha, selalu semangat, semangat dan semangat untuk terus berkarya...
Rabu, 02 Desember 2020
Menulislah dengan HATI
Bersyukur hari ini bisa menjalani hari dari pagi hingga malam hari. Dengan segala aktivitas yang ada, mulai dari berangkat sekolah yang membutuhkan waktu satu jam. Adapun di sekolah kami melanjutkan kembali aktivitas pengisian PMP yang masih belum tuntas juga yang sebelumya juga kami mempersiapkan video penerapan protokol kesehatan di sekolah yang ditugaskan oleh kepala sekolah.
Cukup melelahkan memang, mulai jam 9 pagi hingga setengah 4 sore melakukan aktivitas di sekolah. Sampai di rumah sekitar jam tengah 5, langsung mandi dan bergegas mempersiapkan materi di kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI) yang mana malam ini saya dijadwalkan untuk menjadi Narasumber di kelas WAG tersebut.
Kelas berjalan dengan baik dipandu oleh pak I Nengah Suradnya dari Bali, yang merupakan Kepala Sekolah SMPN 1 Banjanrangkan. Menulislah dengan HATI merupakan tema yang saya bawakan pada malam hari ini, karena menurut saya di dalam menulis kita perlu melibatkan hati, untuk menghasilkan tulisan yang bisa dinikmati oleh para pembacanya dengan hati pula.
HATI, saya uraikan menjadi Harapan, Asa, Tulis dan Ide. Setiap orang yang mau terlibat dalam menulis harus memiliki Harapan (impian) di masa yang akan datang. Dengan Harapan itu akan mendorong setiap orang untuk mau dan semangat di dalam menulis.
Kemudian harus ada Asa, yakni semangat pantang menyerah, dengan apapun yang terjadi. Menjaga Asa bisa dengan selalu meluangkan waktu untuk menulis setiap hari. Mengikuti komunitas menulis dan terlibat dalam menulis buku antologi. Dan tentunya dengan banyak membaca buku sebagai nutrisi daam menulis.
Setelah itu, yang tidak kalah pentingnya adalah Tulis. Tanpa di tulis semua Harapan dan Asa akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu segeralah tuliskan ide yang ada, jangan sampai ide itu hilang begitu saja dengan percuma. Menulis, menulis dan menulis itulah satu-satunya kunci bagi seorang penulis uantuk tetap eksis.
Terakhir Ide. Ide harus langsung kita tuliskan, pertanyaannya dari mana ide itu kita dapatkan?. Sebenarnya ide menulis itu ada di mana-mana. Ketika kita melakukan aktivtas, melihat lingkungan sekitar, menonton dan mendengarkan berita dari media, itu bisa menjadi ide dalam menulis. Bahkan hal-hal yang sedang diperbincangkan (viral) merupakan ide yang sangat tepat untuk kita tuliskan.
Menulislah dengan HATI, maka tulisan kita akan sampai kepada hati para pembacanya, tetap semangat dan teruslah berkarya.
Selasa, 01 Desember 2020
Ultah Bang NOEL Ke-8
Senin, 30 November 2020
Berbagi Itu Indah...
Manusia adalah makhluk individualis sekaligus makhluk sosial. Individualis artinya memiliki egoisme yang mengarah kepada kepentingan atau hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri, sedangkan makhluk sosial artinya harus bergaul, hidup bersama, dan memiliki ketergantungan dengan manusia lainnya. Sangat diperlukan adanya keseimbangan antara kedua aspek di atas.
Malam ini kembali Kelas Menulis Buku Inspirasi digelar, dengan Narasumber kali ini adalah Pak I Nengah Suradnya, Kepala Sekolah SMPN 1 Banjarangkan - Bali sekaligus menjabat sebagai ketua PGRI Kab. Klungkung. Beliau adalah sosok yang sangat dewasa dan tenang dalam membawakan materi malam ini.
"Berbagi itu indah", itulah tema yang beliau pilih pada malam hari ini, sekaligus merupakan judul buku Solo pertama beliau yang baru saja terbit. Berbagi artinya memberikan perhatian kepada orang lain, menunjukkan adanya kepedulian, tidak cenderung hanya memikirkan dirinya sendiri, keberhasilan sendiri dan kesuksesan pribadi saja. Dalam ini beliau menekankan kita harus saling berbagi dalam dunia Literasi khsusnya tulis-menulis.
Beliau menguraikan kata INDAH menjadi: IN (INspirasi), DA (DAmai) dan H (Hakiki). Pertama diharapkan kepada kita hendaknya bisa menjadi orang-orang yang membagikan INSPIRASI yang bisa mendorong orang lain untuk bisa melakukan yang hal-hal yang positip. Beberapa tokoh inspiratif dalam dunia Literasi antara lain Bunda Lilis Sutikno, Ibu Guru Cantik, Guru Inspirasi NTT, yang sangat menginspirasi dan mampu menggerakkan orang lain untuk terlibat aktif di dalam dunia tulis menulis sampai akhirnya mampu menghasilkan karya sendiri.
Demikian juga Om Jay, tokoh inspiratif yang juga telah melahirkan guru-guru penulis yang dulunya tidak pernah terlibat dalam dunia menulis akhirnya memiliki banyak karya dalam bentuk buku. Beliau dikenal dengan slogan "Menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi". Demikian juga Pak Thomas, bu kanjeng, Pak Brian, Pak Nafrizal, Pak Rahmadi dan tokoh-tokoh Literasi lainnya yang telah menularkan virus literasi kepada banyak orang. Memang seperti itulah yang diharapkan dari kita semua untuk saling berbagi dan saling mendukung.
Kedua, seseorang yang terlibat dalam tulis-menulis diharapkan memiliki rasa DAMAI. Orang yang merasa damai ketika menulis tidak merasakan beban, ketakutan-ketakutan, pikiran negatif. Justru ada rasa senang dan sukacita ketika menulis sehingga bisa menuliskan tulisannya dengan lancar tanpa tekanan tetapi mengalir seperti aliran air sungai yang begitu tenang.
Adapun yang ketiga mengenai HAKIKI, ditekankan mengenai hal-hal yang sangat mendasar dan benar. Seseorang hendaknya memiliki mindset yang benar dan motivasi yang kuat unutk menulis. Karena dengan motivasi yang benar akan memberikan semangat pantang menyerah. Sehingga akhirnya menulis bukan lagi sebuah kewajiban tetapi menjadi sebuah kebutuhan. Kalau sudah menjadi kebutuhan, seperti kita makan tiga kali sehari, apabila tidak makan kita tidak akan bisa tenang dan sebisa mungkin akan mencari makanan untuk bisa menghilangkan rasa lapar tersebut. Menulis juga harus rutin dilaksanakan sehingga ketika kita tidak melakukannya, kita akan merasakan sepertinya ada yang kurang.
Bagaimana caranya supaya dapat berbagi dengan INDAH dalam tulis-menulis? Beliau menyampaikan beberapa langkah nyata yang bisa kita lakukan yakni: (1)Harus berani, (2)Coba dan rasakan, (3)Lakukan denga rasa (sepenuh hati), (4)Tulus, dan (5)Ikhas.
Mari segera memulai untuk menulis, tidak usah takut dan banyak pertimbangan, langsung tuliskan saja apa yang mau dituliskan. Jangan lupa menulislah dengan hati, karena ketika tulisan berasal dari hati pasti pembacanya juga akan membacanya dengan hati juga. Kemudian mulailah menulis setiap hari. Apa saja bisa dituliskan, ide tulisan bisa berasal dari aktivitas, momen-momen penting, hal yang kita dengar, lihat atau rasakan, mari segera tuliskan, jangan sampai momen tersebut lewat begitu saja.
Dan akhirnya ketika kita sudah menulis dan menghasikan karya, janganlah sungkan-sungkan untuk saling berbagi ilmu. Ingatlah orang yang selalu berbagi tak akan pernah merasa kekurangan justru akan mengalami kelimpahan hidup. Jangan tunda-tunda lagi, segeralah menulis. Dan setelah berhasil menghasilkan karya, jangan ada kesombongan tetapi justru semakin memotivasi untuk berbagi dan memberikan inspirai kepada orang lain, karena berbagi itu memang sangat indah...
Sabtu, 28 November 2020
Hidup Hanya Sementara...
Rabu (25/11/220) yang lalu, dunia dikejutkan dengan berita meninggalnya Sang Legenda Sepakbola, Diego Armando Maradona. Sosok dengan berbagai julukan : El D10S (Dewa Sepakbloa), El Pibe del Oro (Si Anak Emas) sampai El Cebollita (Si Bawang Kecil) tersebut meninggal karena penyakit henti jantung mendadak atau sudden cardiac arrest.
Siapa yang tidak mengenal sosok fenomenal yang berhasil membawa Argentina Juara Piala Dunia pada tahun 1986 di Meksiko, yang ditandai dengan “gol tangan Tuhan” yang dicetaknya ke gawang Inggris pada pertandingan perempat final dan akhirnya skuad Tango menaklukkan Jerman 3–2 di final yang membuat mereka meraih juara piala dunia untuk yang kedua kalinya setelah tahun 1978 mereka pernah juga juara ketika bertindak sebagai tuan rumah perhelatan Sepakbola terbesar di dunia tersebut.
Semua hanya sementara saja. Ya, Maradona dengan segala ketenarannya dan lika-liku kehidupan yang dilajaninya, akhirnya kembali kepada Sang Pencipta. Gegap gempita dan kelamnya kehidupan yang pernah dilaluinya akhirnya selesai ketika salah satu organ tubuhnya, yakni jantungnya tiba-tiba berhenti berdetak, yang mengakibatkan darah dari jantung berhenti, tidak dialirkan ke seluruh tubuhnya lagi.
Itulah jalan kehidupan yang harus dijalaninya. Dan memang setiap kita akan punya cerita berbeda, kapan dan bagaimana hanya Tuhan yang tahu. Saya pun langsung teringat Sabtu pagi kemarin, ketika bersama-sama dengan teman-teman guru yang sedang berkumpul di ruang kantor guru untuk melanjutkan pengisian instrumen Penilaian Mutu Pendidikan (PMP), tiba-tiba dikabarkan melalui telepon salah satu guru bahwa ada seorang bapak yang berdomisili satu kampung dengan guru tersebut, meninggal karena kakinya terpotong akibat mesin babat yang digunakannya ketika membabat di sawah patah dan terbang mengenai salah satu kakinya, dan nyawanya tidak tertolong karena mengalami pendarahan.
Realita hidup penuh dengan misteri. Sebagai insan yang fana kita wajib menjalaninya, lantas bagaimana kita menyikapi hal tersebut ?. Selagi masih diberikan Tuhan kesempatan yang ada, mari kita menjalani kehidupan dengan penuh bijaksana. Menggunakan waktu yang ada untuk menjalankan apa yang diinginkan-Nya dan tentunya senantiasa belajar untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.
Menggunakan waktu yang ada untuk hal-hal yang positip dan membangun, dan selalu berjaga-jaga. Mari nikmati hidup saat ini karena kita hanya bertamu sesaat di sini dan kita tidak tahu kapan waktunya kita akan mengakhiri cerita kehidupan di dunia...
Pengantar Editor "BUNDAKU Jilid 2"
PENGANTAR
EDITOR
Satu kehormatan bagi saya diberikan
kesempatan menjadi Editor pada buku Antologi “Bundaku Jilid 2” ini. Bekerja sama
dengan sebelas penulis hebat yang sangat
menyayangi ibunya, dengan mempersembahkan kado spesial di hari Ibu tanggal 22
Desember 2020.
Buku ini lahir karena begitu
besarnya kerinduan peserta Kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI) melalui WA grup
bersama bunda Lilis Sutikno untuk menuliskan kisahnya bersama Ibu. Ya, ketika
kuota sebelas penulis untuk Buku Antologi “Bundaku Jilid 1" sudah penuh,
tetapi antusias peserta masih tinggi untuk ikut serta, itulah yang mendasari
diterbitkannya buku “Bundaku Jilid 2” ini.
Bunda, Ibu, Mama, Mamak, Emak,
itulah beberapa sebutan bagi wanita hebat di dalam kehidupan para penulis di
buku ini, baik itu sebagai ibu yang melahirkan dan membesarkan maupun sosok
mertua yang sangat luar biasa. Sosok ibu memang tidak bisa digantikan oleh
siapapun, itulah yang dilukiskan disetiap untain kata dan cerita yang ada. Ibu
menggambarkan sosok yang mengasihi dengan ikhlas.
Beragam kisah yang diuraikan di dalam setiap cerita menggambarkan nuansa hati
para penulisnya yang begitu menyayangi ibu. Kenangan manis dan indah tentang
ibu tak akan pernah bisa hilang bagi penulis yang ibunya telah terlebih dahulu
menghadap Sang Pencipta, demikian juga cerita perjuangan untuk mengasihi, menjaga
sampai merawat ibu bagi penulis yang hidup bersama ibu, walaupun mereka sadar
semuanya itu tidak akan pernah bisa membalas semua kebaikan dan kasih sayang yang
telah diberikan oleh ibu.
Mari baca buku ini dengan mengambil
hikmah di dalamnya. Walaupun buku ini masih jauh dari sempurna, tetapi
setidaknya bisa menggambarkan bahwa ibu adalah sosok luar biasa yang tidak akan
pernah bisa tergantikan dari kehidupan kita, sehingga sudah selayaknyalah kita harus
memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada ibu melalui kasih sayang,
perhatian, dan waktu ketika kita masih diberikan kesempatan hidup bersama
dengan ibu.
Terima Kasih
Ibu…
Kasihmu akan
selalu terkenang dalam kalbu…
tetapi yang tempatnya tidak dapat diambil orang lain." (Cardinal Mermillod)
Salam Hormat
Sahat Serasi
Naibaho
Editor
Jumat, 27 November 2020
"Jangan Sampai Guru Membeli Poin dengan Menggunakan Koin"
Judul tulisan ini begitu menyentak ketika pak Thomas A. Sogen yang bertindak
sebagai Narasumber menyampaikannya pada kuliah di kelas Menulis Buku Inspirasi
(MBI) malam ini. Adapun malam ini, merupakan kelanjutan kelas MBI
setelah seminggu lebih diliburkan karena kesibukan sebagian peserta yang
berprofesi guru dalam mengikuti dan mempersiapkan kegiatan Hari Guru Nasional.
Malam ini para peserta kembali disegarkan oleh materi yang dibawakan oleh Bapak Thomas A. Sogen, S.Pd.,MBA yang merupakan ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA) NTT dan merupakan Tim Penilai Angka Kredit Kabupaten Kupang dan kebetulan pada pertemuan malam ini saya dipercayakan sebagai Moderator.
Dalam pemaparan beliau, dengan jelas dinyatakan bahwa seharusnya seorang guru harus menulis, dengan dasar Hukum: Permen PAN & RB No. 16 Tahun 2009, Permen Diknas No. 35 Tahun 2010 dan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Setidaknya guru bisa menuliskan Publikasi Ilmiah, diantaranya:
1. Presentasi di
forum ilmiah (makalah)
2. Hasil
penelitian (laporan/makalah)
3. Tinjauan
ilmiah (artikel non penelitian)
4. Tulisan
ilmiah populer (artikel/opini di media masa)
5. Artikel
ilmiah (hasil penelitian)
6. Buku
pelajaran (buku teks)
7. Modul/diklat
8. Buku dalam
bid.pendidikan
9. Karya
terjemahan
10. Buku pedoman guru
Publikasi Ilmiah di atas akan menghasilkan Angka Kredit yang berbeda sesuai dengan jenis karya yang dihasilkan, yang tentunya disertai dengan bukti fisik dari setiap karya yang ada.
Selain 10 jenis Publikasi Ilmiah di atas, guru juga bisa menerbitkan karya dalam bentuk buku Inspirasi dan menulis di Jurnal. Yang mana untuk mendapatkan nilai Angka Kredit isi buku inspirasi yang ditulis harus berkaitan dengan Pendidikan, sehingga bisa dikategorikan ke dalam buku bidang Pendidikan.
Dari pemaparan beliau, bisa disimpulkan ketika guru menulis akan memberikan banyak manfaat. Guru akan mendapatkan poin dalam hal ini Angka Kredit yang memang diharuskan dalam kenaikan pangkat guru ASN, dimana guru dengan pangkat dan golongan guru pembina tingkat 1 golongan III b jika ingin naik pangkat ke guru penata golongan III c wajib membuat kegiatan publikasi ilmiah atau karya inovatif dengan angka kredit minimal 4.
Kemudian guru dari pangkat penata golongan III c ke guru penata tingkat 1 golongan III d, harus membuat kegiatan publikasi ilmiah atau karya inovatif guru minimal memperolah angka kredit 6. Guru dengan pangkat penata tingkat 1 bila ingin naik pangkat ke guru pembina golongan IVa harus membuat kegiatan publikasi ilmiah atau karya inovatif dengan jumlah angka kredit minimal 8. Kemudian guru yang ingin naik pangkat dari golongan IV a ke IV b harus membuat kegiatan publikasi ilmiah atau karya inovatif minimal angka kredit yang terkumpul berjumlah 12.
Penjelasan di atas sudah sangat tegas menekankan bahwa seorang guru memang harus melaksanakan kegiatan publikasi ilmiah, tidak ada alasan untuk tidak melakukannya. Pertanyaannya apakah hal itu sudah dilakukan?
Kembali perkataan dari Pak Thomas malam ini terngiang begitu lantang, “Jangan sampai guru membeli Poin (Angka Kredit) dengan menggunakan Koin (uang), bila itu terjadi dimana Profesionalisme kita sebagai guru?” Sangat dalam kalimat itu menusuk, menyadarkan akan betapa pentingnya guru harus menulis.
Semoga pembelajaran kali ini menyadarkan saya dan kita semua khususnya guru ASN untuk menulis, karena dengan menulis kita dapat memperoleh Poin dan Koin. Poin berupa Angka Kredit dan Koin berupa uang yang bisa kita peroleh dari hasil penjualan karya buku yang dihasilkan.
Wahai para guru, mari bangkit dan berkarya…
Mari menulis untuk menghasilkan Poin dan Koin...
Rabu, 25 November 2020
Hari Guru yang Spesial
Selasa, 24 November 2020
Mengabdi dengan Sepenuh hati
Menjadi guru
Menjadi seorang
guru bukanlah cita-citaku diwaktu kecil. Saya masih ingat persis ketika masa
SMP saya duduk-duduk di kebun kopi sambil melukis gambar rumah mewah dan beberapa mobil di atas
tanah dengan sebuah ranting kayu
(dulu setiap hari sepulang sekolah kami selalu pergi ke kebun kopi
untuk membantu orang tua)
sambil membayangkan suatu saat nanti saya akan menjadi seorang
pengusaha yang kaya raya bertempat tinggal di kota besar, dengan berharap kelak
memiliki rumah mewah dan beberapa mobil yang akan dibawa ketika pulang ke
kampung halaman, yang tentunya hal itu akan memberikan kebanggaan kepada kedua
orangtua yang memang kondisinya saat itu sangat sederhana.
Setelah lulus
SMP, saya diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Kota Medan
tepatnya di STM N 2 Medan (sekarang SMKN 4 Medan), sayapun memilih jurusan
Elektronika Komunikasi (yang akhirnya berubah menjadi Audio Video ketika kami kelas
3). Setelah tamat saya mencoba mengikuti
ujian SMPTN dan akhirnya lulus di Jurusan Fisika non kependidikan UNIMED. Selama
menempuh pendidikan S-1 saya sama sekali tidak terpikir akan menjadi seorang
guru, saya berharap suatu saat akan
bekerja di sebuah perusahaan bukan mengajar di sekolah. Ditengah kondisi dan
keadaan akhirnya mendorong saya untuk mengajar les privat ke rumah-rumah karena
ada tawaran dari teman-teman. “Apa
salahnya saya lakukan, disamping mengisi waktu yang luang juga menghasilkan
uang”,
pikirku kala itu.
Setelah wisuda,
saya tetap melanjutkan aktivitas mengajar les privat dan akhirnya bergabung
menjadi tenaga pengajar sebuah lembaga bimbingan belajar dan sempat membuka
dan mengelola bimbingan belajar sendiri selama 5 tahun. Setiap hari saya akhirnya
menggeluti dunia mengajar dan suatu ketika ada lowongan untuk mengajar
disekolah swasta saya mencobanya dan akhirnya diterima. Pada saat itulah saya
kembali bergumul, “apakah aku memang akan
jadi guru ?” Dengan pertimbangan
dan perenungan yang dalam akhirnya
kutetapkan hatiku mengambil AKTA IV Mengajar sebagai syarat untuk bisa
mendapatkan NUPTK (Nomor Unik
Pendidik dan Tenaga Kependidikan) karena sebelumnya saya bukan jurusan
kependidikan.
Selama lima
tahun mengajar di sekolah Swasta saya sangat menikmati proses yang saya jalani tersebut.
Belajar dan terus belajar dari pengalaman – pengalaman sebelumnya dan dari
rekan guru yang lain akhirnya tidak sulit bagiku untuk menekuni dan menjalankan
profesi sebagai guru. Dan saya akhirnya yakin bahwa menjadi guru adalah panggilan
hiduku.
PNS di daerah tertinggal
Pada Akhir Tahun 2013 ada penerimaan CPNS
secara Nasional. Saya dan istri berdiskusi di daerah mana kami akan mengadu
nasib (sekedar informasi istri saya juga
serang guru bahasa inggris, sama seperti saya awalnya
juga bukan dari kependidikan, kami bersama-sama mengambil Akta IV ketika kami menjalani
masa berpacaran J).
Setelah memperhatikan
formasi guru yang di terima diberbagai daerah akhirnya kami putuskan mengadu nasib di Kabupaten
Padang Lawas Utara (Paluta) daerah yang
belum pernah sama sekali kami kunjungi, karena sesuai
kesepatan bahwa kami akan mencoba didaerah yang kedua jurusan kami ada, supaya
kami bisa tinggal bersama nantinya apabila diterima. Proses panjang mulai dari
pendaftaran sampai ujian yang penuh dengan perjuangan, akhirnya hanya saya yang lulus.
Pada bulan September
2014 kami menerima SK penempatan dari BKD Paluta, di SK
tersebut saya ditempatkan di SMPN 2 Dolok Sigompulon,
Kec. Dolok Sigompulon, Kab. Padang Lawas Utara, Propinsi Sumatera Utara, sebuah
sekolah tertinggal yang berada di Desa yang terletak dipegunungan bukit barisan
pulau Sumatera. Pada saat itu saya sedikitpun tidak gentar karena saya sudah siapkan hati untuk
ditempatkan dimana saja.
Akhirnya kami harus
meninggalkan kota Medan dan terjun ke daerah yang sangat jauh dari kota dengan
jalan yang masih parah, listrik yang sering padam dan belum ada sinyal
internet, hanya bisa menelepon walaupun kadang
dengan suara yang tidak jelas, itupun kalau listrik
tidak mati (disana dulu listrik mati adalah suatu hal yang tidak asing lagi)
dan harus berusaha mencari daerah yang tinggi supaya komunikasi dapat terdengar
dengan jelas. Saking tertinggalnya, kami sering bercanda dengan teman-teman bahwa dari daerah itu hanya butuh ongkos
Rp. 2000, - untuk sampai ke langit ☺☺☺.
Suka duka di sekolah desa
Sekolah tersebut berada
di Desa Kuala simpang Kec. Dolok Sigompulon Kab. Paluta berjarak sekitar 100 km dari kota Gunung
Tua yang merupakan ibukota Kabupaten Paluta, berbatasan langsung dengan
kabupaten Labuhanbatu, yang mana akses jalan ke kota Sigambal (salah satu
keluarahan di Kab.Labuhanbatu) yang merupakan jalan lintas Sumatera sejauh 34 km dengan
kondisi jalan ketika itu masih sangat parah. Adapun Akses jalan dari sekolah ke
Dinas Pendidikan kami harus berputar dari Kab. Labuhanbatu baru ke Kab.Labuhanbatu Selatan kemudian
ke Gunung Tua sehingga memerlukan waktu paling tidak sekitar empat jam.
Sebagai pendatang, saya dan tiga teman lainnya (kami ada empat orang yang
ditempatkan di sekolah tersebut) berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang baru, bertemu dengan guru-guru yang merupakan penduduk asli di daerah tersebut
walaupun dengan suku yang berbeda (termasuk bahasa
yang berbeda) kami merasakan sambutan hangat
dengan penuh kekeluargaan. Sehingga kami tidak merasa kesulitan untuk menyesuaikan
diri dengan Bapak/ibu guru yang kami jumpai disana.
Dewan Guru SMPN 2 Dolok Sigompulon
Seminggu pertama di tempatkan saya bersama beberapa teman terpaksa harus menginap di Mes kantor Camat karena belum memiliki tempat tinggal, sedangkan keluarga belum saya bawa. Selanjutnya saya dan istri akhirnya memutuskan untuk tinggal di Sigambal karena anak kami pada saat itu masih berusia 2 tahun dan juga karena berbagai pertimbangan lainnya, hal itu mengharuskan setiap hari saya pulang balik dengan perjalanan dari rumah ke sekolah satu setengah jam lamanya dengan mengendarai sepeda motor dengan kondisi sebagian besar jalan masih belum diaspal sehingga kalau cuaca hujan akan licin dan kalau musim kemarau jalan akan berabu.
Enam bulan pertama saya
ke sekolah selalu memakai sendal dan barulah ketika tiba di sekolah memakai
sepatu yang memang sengaja saya tinggal disana. Tidak jarang juga saya memakai celana
dua lapis untuk mengantisipasi
celana yang sering kotor karena lumpur, dan ketika akan sampai di sekolah saya berhenti di kebun sawit dan
membuka celana yang terluar yang sudah kotor tersebut dan memasukannya ke dalam tas.
Banyak suka duka yang
saya rasakan ketika ditempatkan di sekolah tersebut. Pernah suatu ketika pulang
sekolah saya berhenti di sebuah sungai hendak mencuci kaki yang kotor terkena lumpur, tetapi salah satu
sendal saya tiba-tiba terbawa arus sungai yang cukup deras, akhirnya
saya membuang yang satunya lagi dan membeli sendal jepit baru dari sebuah
warung yang saya lewati. Ada juga momen saya terjatuh dari sepeda motor
ke dalam lumpur yang cukup dalam pada saat hendak pulang sekolah, padahal saat itu saya membawa tas yang berisi berkas Sasaran Kinerja
Pegawai (SKP) yang mengakibatkan berkas tersebut basah dan berlumpur. Banyak
lagi momen-momen yang saya alami di tempat tugas baru tersebut, termasuk juga
ketika saya harus selalu men-servis dan mengganti rantai roda sepeda motor hampir setiap bulan, dan semua itu menjadi kenangan
yang akan tetap saya syukuri
sebagai guru yang harus mengabdi di daerah teringgal untuk mendidik anak
bangsa.
Setahun pertama disana saya berperan sebagai guru bidang studi IPA dan wali kelas. Dengan terus belajar serta berusaha untuk memberikan yang terbaik pada tahun ke tiga saya
diberi tugas sebagai Pembantu Kepala
Sekolah (PKS) bidang Kesiswaan dan juga sebagai instruktur Ekstrakurikuler
Komputer. Selain itu banyak juga kegiatan di dinas kabupaten yang juga saya ikuti baik itu diklat,
sosialasi, MGMP IPA dan sebagai tim penyusun soal Kabupaten walaupun dengan konsekuensi harus menginap di Ibukota
Kabupaten selama kegiatan berlangsung.
Pembelajaran komputer yang sebelumnya belum pernah dilaksanakan dimulai dengan memasang instalasi listrik dari kantor guru ke semua ruang kelas (karena ruang kelas sebelumnya tidak teraliri arus listrik) yang saya kerjakan sendiri. Dengan teralirinya arus ke ruangan kamipun bisa melaksanakan Ekstrakurikuler di Ruangan kelas (karena belum ada Laboratorium Komputer). Anak-anak disuruh untuk membawa laptop sendiri ataupun mereka pinjam dari keluarga yang memilikinya, dalam belajar mereka ada yang berbagi satu laptop dua orang dengan tujuan paling tidak mereka mengenal dan mampu mengoperasikan aplikasi dasar dari komputer. Akhirnya Ekstrakurikuler terus berlangsung dengan belajar sekali dalam seminggu yang dibiayai oleh dana BOS.
Ekstrakurikuler Komputer Perdana di SMPN 2 Dolok Sigompulon
Dengan mengalirnya arus listrik
ke ruang kelas akhirnya saya juga bisa menggunakan proyektor di dalam proses pembelajaran, anak-anak
sangat senang karena pembelajaran yang tidak lagi hanya ceramah dan menulis di
papan tulis tetapi sudah dengan gambar dan video yang mendukung materi
pembelajaran yang ada. Bahkan saya beberapa kali memutar film tentang pendidikan karakter, video motivasi dan
perjuangan pahlawan di dalam merebut kemerdekaan dengan harapan mereka memiliki
karakter yang baik, juga semangat untuk mengikuti
pembelajaran dan mempunyai Jiwa Nasionalisme yang kuat.
Di dalam proses pembelajaran saya berusaha untuk menggunakan media langsung
menggunakan objek aslinya, apalagi sebagai guru bidang studi IPA yang berkaitan
dengan alam banyak media asli yang sangat mudah dijumpai, contohnya berbagai
jenis tumbuh-tumbuhan yang langsung bisa diamati oleh para peserta didik. Hal ini saya terapkan berkat ilmu dan
pengalaman yang sangat luar biasa yang saya peroleh selama Pendidikan Profesi
Guru (PPG) di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) selama tiga bulan pada tahun
2018 yang lalu. Berilmu tetapi sangat low
profile itulah yang menjadi kenangan tersendiri ketika mengingat
dosen-dosen yang saya jumpai di kota pelajar tersebut. Sebanyak 28 orang kami
guru IPA dari daerah khusus yang berasal dari berbagai pelosok di Pulau
Sumatera dikumpulkan di kelas IPA Gurdasus. Pengalaman yang tidak akan pernah
saya lupakan, kebersamaan dengan guru-guru hebat dalam menjalani sebulan
Pendalaman Materi Guru Daerah Khusus (PDGK) di P4TK Matematika Yogyakarta
dilanjutkan dengan sebulan PPG di UNY dan dua minggu lamanya saya PPL di SMPN 1
Seyegan Yogyakarta, sangat cukup bagiku untuk menyegarkan dan memperlengkapiku
menjadi seorang guru yang bukan sekedar “guru biasa”.
Adapun kendala besar yang dihadapi di sekolah
adalah dukungan masyarakat termasuk orang tua yang sangat rendah untuk pendidikan anaknya, kondisi orang tua
siswa dengan latar pendidikan yang rendah menjadi penyebabnya sehingga belum
menyadari sepenuhnya pentingnya pendidikan untuk masa depan anaknya. Tidak
jarang ada anak yang tidak hadir dengan alasan membantu orang tua untuk panen
sawit, menderes karet, panen di sawah bahkan menjaga adiknya karena orang tua
harus bekerja.
Hal lain juga karena
kondisi ekonomi masyarakat yang pada umumnya rendah dan rata-rata siswa sangat sulit untuk
bisa menangkap dan memahami apa yang diajarkan, bisa dihitung dengan jari siswa yang mampu dan bisa mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Hal tersebut membuat
saya berprinsip untuk lebih menekankan nilai-nilai karakter (moral dan ahklak)
dan disiplin, karena dengan memiliki karakter
yang baik dan berdisiplin saya yakin akan membuat mereka kelak menjadi
orang-orang yang berhasil sesuai dengan profesinya masing-masing.
Bangga Menjadi
Guru Desa
Ditengah segala keterbatasan, saya tetap bangga menjadi bagian dari sekolah
tersebut karena ditengah segala kondisi tersebut, setidaknya sekolah yang
sangat jauh dari ibu kota kabupaten ini tetap diperhitungkan dengan berbagai
prestasi yang ditorehkan siswa dan juga gurunya. Pada tahun 2015 siswa kami
Kian Ritonga berhasil meraih juara II OSN bidang studi IPA se-kabupaten, pada
tahun 2018 Tim Sepak Bola Sekolah memperoleh
juara III Gala Siswa se-kabupaten, Pada Tahun 2017 Juara I perlombaan
drama dan juara II Puisi se-kabupaten dan banyak penghargaan lainnya yang
selalu diperoleh disetiap ada kegiatan O2SN dan pramuka tingkat kabupaten yang
dilaksanakan. Sebagai gurupun saya meraih Juara I OGN IPA se-kabupaten tahun
2018 dan 2019. Semua prestasi tersebut menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi
kami semua.
Sepenuh hati untuk
mengabdi
Orang yang dulunya berasal dari desa yang
bercita-cita menjadi pengusaha akhirnya memenuhi panggilan hidupnya untuk
mengabdi sebagai guru desa di sebuah
pegunungan yang jauh dari kota. Mendidik anak bangsa menjadi insan yang berbudi pekerti luhur dan mampu
meraih cita-citanya merupakan hal yang tidak bisa dinilai dengan apapun juga. Tetap
bersyukur dan terus berusaha berjuang
untuk
berkarya dengan mengabdi sepenuh hati...
Postingan Terbaru
Iman dan Ilmu Pengetahuan
Iman dan Ilmu Pengetahuan (Oleh: Sahat Serasi Naibaho, S.Si, Gr.) Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam ...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini
-
Setelah hampir seminggu Pak Gurdes fokus dalam mendampingi putra kesayangannya Rido yang harus menjalani operasi ringan di telapak kakinya, ...
-
Malam ini saya sangat berbahagia, bahagia bukan karena bunyi sms banking , atau mendapat hadiah spesial dari seseorang, tetapi bahagia karen...
-
Ruang Kelas Menulis Buku Inspirasi pada malam hari ini terasa berbeda dari sebelumnya, pada pembelajaran kali ini sangat kental dengan keber...