Sabtu, 28 November 2020

Hidup Hanya Sementara...

 

Rabu (25/11/220) yang lalu, dunia dikejutkan dengan berita meninggalnya Sang Legenda Sepakbola, Diego Armando Maradona. Sosok dengan berbagai julukan : El D10S (Dewa Sepakbloa),  El Pibe del Oro (Si Anak Emas) sampai El Cebollita (Si Bawang Kecil) tersebut meninggal karena penyakit henti jantung mendadak atau sudden cardiac arrest.

Siapa yang tidak mengenal sosok fenomenal yang berhasil membawa Argentina Juara Piala Dunia pada tahun 1986 di Meksiko, yang ditandai dengan “gol tangan Tuhan” yang dicetaknya ke gawang Inggris pada pertandingan perempat final dan akhirnya skuad Tango menaklukkan Jerman 3–2 di final yang membuat mereka meraih juara piala dunia untuk yang kedua kalinya setelah tahun 1978 mereka pernah juga juara ketika bertindak sebagai tuan rumah perhelatan Sepakbola terbesar di dunia tersebut.

Semua hanya sementara saja. Ya, Maradona dengan segala ketenarannya dan lika-liku kehidupan yang dilajaninya, akhirnya kembali kepada Sang Pencipta. Gegap gempita dan kelamnya kehidupan yang pernah dilaluinya akhirnya selesai ketika salah satu organ tubuhnya, yakni jantungnya tiba-tiba berhenti berdetak, yang mengakibatkan darah dari jantung berhenti, tidak dialirkan ke seluruh tubuhnya lagi.

Itulah jalan kehidupan yang harus dijalaninya. Dan memang setiap kita akan punya cerita berbeda, kapan dan bagaimana hanya Tuhan yang tahu. Saya pun langsung teringat Sabtu pagi kemarin, ketika bersama-sama dengan teman-teman guru yang sedang berkumpul di ruang kantor guru untuk melanjutkan pengisian instrumen Penilaian Mutu Pendidikan (PMP), tiba-tiba dikabarkan melalui telepon salah satu guru bahwa ada seorang bapak yang berdomisili satu kampung dengan guru tersebut, meninggal karena kakinya terpotong akibat mesin babat yang digunakannya ketika membabat di sawah patah dan terbang mengenai salah satu kakinya, dan nyawanya tidak tertolong karena mengalami pendarahan.

Realita hidup penuh dengan misteri. Sebagai insan yang fana kita wajib menjalaninya, lantas bagaimana kita menyikapi hal tersebut ?. Selagi masih diberikan Tuhan kesempatan yang ada, mari kita menjalani kehidupan dengan penuh bijaksana. Menggunakan waktu yang ada untuk menjalankan apa yang diinginkan-Nya dan tentunya senantiasa belajar untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. 

Menggunakan waktu yang ada untuk hal-hal yang positip dan membangun, dan selalu berjaga-jaga. Mari nikmati hidup saat ini karena kita hanya bertamu sesaat di sini dan kita tidak tahu kapan waktunya kita akan mengakhiri cerita kehidupan di dunia...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini