Hari demi hari saya lalui disibukkan dengan dunia baru. Ya, dunia yang sebenarnya tidak pernah terpikirkan dan bukan merupakan salah satu impianku. Bergelut dalam dunia tulis-menulis, yang dulu tidak terlalu kusukai. Tetapi sekarang? jangan ditanya lagi, karena setiap hari saya tidak pernah meninggalkannya. Sudah seperti bagian dari hidup yang kujalani.
Saya sangat bersyukur akhirnya terjun dan terlibat dalam aktivitas menyusun dan merangkai kalimat, yang sebelumnya saya dalam berkata-kata harus banyak belajar untuk mengutarakannya, tetapi dengan menulis sepertinya ada hal yang menyenangkan dan melegakan, karena apa yang ada di dalam pikiran dan yang dirasakan bisa dituangkan melalui tulisan.
Dalam menulis perlu banyak belajar untuk melatih diri dalam memilih diksi sehingga tulisan dapat mengalirkan seperti aliran sungai dan enak dibaca. Perlu kesabaran dan kekonsistenan untuk tetap berlatih, dan tentunya harus banyak membaca, karena dengan membaca akan menjadi nutrisi bagi kita dalam menulis. Melalui membaca karya orang lain akan menambah perbendaharaan kata, juga menambah pengetahuan kita akan berbagai style dalam menulis.
Selama lima bulan saya menekuninya, saya merasakan banyak perubahan dalam diri. Waktu yang ada tidak lagi percuma, apalagi masa pandemi yang belum usai sehingga banyak waktu di rumah saja. Selain berbangga dengan karya yang telah dihasilkan, menulis juga melatih saya untuk lebih kritis, bahkan membuat saya menjadi lebih percaya diri.
Saya merasakan lompatan yang sangat jauh. Setelah menghasikan karya solo perdana dan beberapa buku bersama (antologi), saya memberanikan diri menjadi kurator (penanggung jawab) buku dan lahirlah buku antologi Guru Daerah Khusus yang kami tuliskan secara bersama dengan 20 orang guru penulis dari berbagai daerah di Nusantara.
Tahapan selanjutnya adalah ketika saya menjadi Narasumber menulis, sebenarnya saya merasa belum layak, tetapi inspirasi dan motivasi yang besar dari Bunda Lilis, Ibu Guru Cantik, Guru Inspirasi NTT, yang mendorong dan memberikan kepercayaan kepada saya, akhirnya hal itu bisa saya lalui dan tentunya itu berkat pertolongan dari Tuhan semata.
Sudah dua kali menjadi Narasumber Menulis di Kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI) yang digagas oleh Bunda Lilis Sutikno dan itu menambah rasa percaya diri dan tentunya membuat saya harus lebih banyak belajar lagi, karena perlu ilmu-ilmu dan pengetahuan baru yang akan dibagikan pada kesempatan yang akan datang, dan pasti itu juga memompa semangat untuk bisa menghasilkan karya-karya yang selanjutnya.
Saat ini, ada tantangan baru yang di hadapkan di depan mata. Menjadi Editor buku. Sebenarnya dari pengalaman, belumlah layak saya menyandangnya. Tapi lagi-lagi saya menerimanya karena satu prinsip bahwa semua bisa kita lakukan bila sungguh-sungguh digeluti dan fokus menjalaninya. Tantangan dari Bunda Lilis menjadi Editor Buku antologi "Bundaku" membuat semangat belajar saya semakin melecut. Ya, pengalaman baru yang penuh dengan tantangan yang baru.
Harus membaca semua tulisan-tulisan yang ada, dengan sabar dan teliti dan tentunya menjalin komunikasi dengan penulisnya untuk memastikan data dan fakta yang ada juga penulisan kata yang tepat dan enak dibaca. Sungguh peran yang sangat berat, karena semua tulisan yang akan diterbitkan menjadi buku tentunya harus melalui proses editing yang dilakukannya sehingga karya tersebut memiliki kriteria layak untuk dibaca oleh masyarakat luas.
Semua itu saya jalani dengan optimis, dengan prinsip bahwa proses belajar akan terus kita lakukan selama kita hidup. Dengan kesungguhan hati untuk belajar dan tentunya penyerahan diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta, saya percaya bahwa semuanya akan bisa dilalui dan akhirnya akan tiba waktunya untuk menikmati hasil dari kerja keras yang telah dilakukan...
Ayo terus belajar... Belajar sepanjang hayat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar