Kamis, 19 November 2020

Cerita Guru Desa: Air Meluap, Mengajar Terhambat

Pagi yang sejuk membuat semangat agak surut, ingin melanjutkan tidur karena masih mengantuk. Tetapi itu tidak boleh menjadi alasan untuk segera beranjak dan bergerak. Segera bangkit dan berkemas, mempersiapkan diri untuk segera berangkat ke tempat tugas untuk menunaikan tanggung jawab sampai tuntas.

Cuaca dingin pagi ini membuatku terlambat bangun, dengan segera kulaju sepeda motorku menuju sekolah yang berjarak 34 km dari rumah dengan waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan. Aku membeli 3 bungkus roti di warung pinggir jalan pada saat mengisi minyak sepeda motorku, cukup untuk sekedar mengganjal perut, pikirku.

Kulewati jalan demi jalan yang sudah biasa kulalui, penuh dengan pohon sawit di kiri kanan sisi jalan. Ya, tidak terasa 6 tahun sudah aku bolak-balik di jalan ini sejak ditempatkan di Sekolah tempatku mengabdi mulai bulan Oktober 2014 yang lalu. Aku bersyukur dengan setiap apapun yang kujalani selama menjadi abdi negara di daerah ini. Walaupun termasuk daerah terpencil tetapi hatiku tidak pernah sedikitpun kerdil untuk mengajar disana, justru hal itu merupakan suatu tantangan bagiku untuk berkarya di sebuah Desa yang jauh dari kota.

Cuaca yang agak mendung tak meruntuhkan semangatku untuk menuju sekolah, sambil membayangkan akan berjumpa dengan anak-anakku. Baru sekitar 15 menit melaju, aku terhenti kulihat beberapa sepeda motor berhenti dan ada kerumuman, "ada apa ini pikirku" dalam hati. 

Kupelankan laju sepeda motorku sambil melihat situasi sekeliling untuk memastikan apa yang terjadi. Rupanya air sungai meluap akibat hujan deras semalam, yang membuat ruas jalan terputus dan tidak dapat dilalui. Akupun berhenti dan berbicang sebentar dengan beberapa orang yang menunggu di pinggiran jalan, ada yang sudah satu jam menunggu tetapi air belum surut juga. 



Kondisi Air Meluap di Desa Aek Kundur





Kondisi Air Meluap di Desa Aek Simanat

Setelah hampir setengah jam tidak ada tanda-tanda air berkurang, aku mencoba menghubungi teman-teman  guru yang ada di desa sekolahku berada supaya mengambil alih les mata pelajaran yang seharusnya kutanggung jawabi, tapi tidak satupun yang terhubung, mungkin juga karena lampu padam di sana pikirku. Memang, di desa tempat sekolah ku mengajar bila listrik padam maka sinyal telepon akan segera menghilang. Kuputuskan mengirimkan pesan berharap rekan-rekan guru di sana akan membacanya. Dan aku pun segera berbalik arah, melaju sepeda motorku kembali menuju kediamanku.

Inilah sepenggal cerita seorang Guru Desa yang tetap semangat dan berjuang dengan segala keterbatasan yang ada....

Semangat...

6 komentar:

  1. Seeemangat bapak. Sdh berusaha tp halangan tak bisa ditolak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar pak... Harus tetap semangat.. Terima kasih atas kunjungan ny pak

      Hapus
  2. Balasan
    1. Daerah perbatasan Labuhanbatu dan Padang Lawas Utara bu, tepatnya desa Aek kundur, setelah desa hatiran,, masuk dari Sigambal bu

      Hapus
  3. Ya Allah..pantang menyerah ya Pak...👍

    BalasHapus

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini