Rabu, 11 November 2020

Menjadi Narasumber MBI Gel.2


Saya sangat bersyukur malam ini kembali diberikan kesempatan menjadi Narasumber di Kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI) Gelombang ke-2 oleh Bunda Lilis Sutikno, Guru Inspirasi NTT, Ibu Guru Cantik, penulis buku best seller "Guru adalah Inspirasi".

Setelah diberitahu Bunda Lilis saya akan bertindak sebagai Narasumber dan Pak Eko sebagai Moderator, sayapun segera membuat publikasi kegiatan dan mengirimkannya ke grup Menulis Buku Inspirasi juga membagikannya di halaman facebook seperti yang biasa saya lakukan.

Dalam mempersiapkan apa yang akan saya bagikan, awalnya saya bingung mulai dari mana, tetapi karena Bunda Lilis menyarankan saya sharing pengalaman tanpa powerpoint atau slide materi. Sayapun menuliskan cerita bagaimana awalnya saya terlibat dalam dunia tulis-menulis sampai akhirnya bisa menghasilkan karya. Karya yang menurut saya masih kalah jauh dari apa yang telah dihasilkan oleh para Pegiat Literasi Nasional yang menjadi motivator dan inspirator saya dalam dunia menulis. Tapi saya sangat mensyukurinya, karena bagaimanapun saya dulu memang tidak ada niat dan sedikitpun tidak pernah terbayang akan menjadi penulis buku.

Ditengah persiapan, tiba-tiba lampu padam sejak pukul 18.00 WIB, dan akhirnya menyala kembali setelah sekitar sepuluh menit kemudian. Baru lima menit menyala, lampu kembali padam, "wah bagaimana ini" gumamku saat itu. Tetap berusaha tenang sambil melanjutkan persiapan dan sayapun menunggu. Sampai akhirnya sepuluh menit sebelum Kelas dimulai, lampu belum menyala juga, saya memutuskan untuk mencari tempat untuk bisa minimal mencas HP karena baterai sudah hampir habis. Untunglah ada rumah yang menggunakan Genset sehingga saya bisa menumpang untuk mengikuti Kelas MBI malam ini.

Lega rasanya, akhirnya bisa memulai pemaparan pengalaman saya di kelas MBI dengang tenang. Satu demi satu pesan saya kirimkan ke grup mulai dari latar belakang saya yang awalnya memang tidak terlalu tertarik dengan dunia menulis karena latar belakang pendidikan dari STM dan kuliah jurusan Fisika, saya dulu lebih tertarik membahas soal-soal ilmu pasti dan memang pada dasarnya tidak ada niat untuk menjadi penulis.

Tetapi sejak saya bergabung dengan grup belajar menulis gratis melalui WAG yang diselenggarakan oleh Om Jay - PGRI tepatnya pada tanggak 10 Juni 2020 semuanya berubah. Perlahan tapi pasti saya muai menyukai dan terus belajar dari para Narasumber yang luar biasa dalam memotivasi dan mendorong untuk terlibat dalam dunia menulis. Sayapun membuat blog baru sebagai media untuk menulis resume pertemuan yang memang suatu kewajiaban bagi setiap peserta yang mengikutinya. 

Saya selalu bertekad untuk menyelesaikan resume setiap selesai perkuliahan, walapun saya sadari perlu perjuangan untuk merangkai kata, karena dasarnya memang belum memiliki latar belakang dalam menulis. Tapi selalu berusaha untuk menyelesaikannya walaupun kadang harus sampai larut malam.

Perjuangan itupun menorehkan hasil, resume yang saya tulis akhirnya saya poles menjadi buku solo perdana dengan judul "Rahasia Menulis sampai Menerbitkan Buku Bersama Para Pakar" sekaligus syarat bagi peserta untuk memperoleh sertifikat dari PGRI Pusat sebagai tanda kelulusan mengikuti kegiatan belajar menulis yang diselenggaran om Jay-PGRI tersebut. Saya sangat senang, seorang yang tidak pernah bermimpi jadi penulis buku, akhirnya mampu menerbitkan sebuah buku solo. Hanya rasa syukur kepada Tuhan yang bisa saya panjatkan. 

Dari berbagai pengalaman tersebut, membuat saya berani untuk mengajak teman-teman guru daerah khusus (terpencil), teman saya sewaktu mengikuti PPG Dasus IPA di UNY 2018 lalu. Dengan dorongan dan motivasi dari bu Kanjeng, akhirnya bisa menerbitkan buku antologi perjuangan guru daerah khusus “Secercah Harapan dalam keterbatasan”.

Bahkan lebih dari sekedar menulis buku, sejak berjumpa dengan sosok Inspirator yang tidak kenal lelah yakni Bunda Lilis Sutikno tepatnya pada hari Rabu tanggal 29 Juli 2020, motivasi saya untuk serius dalam menulis semakin menggelora, kala itu, saya sangat terkesan dengan materi yang beliau sampaikan kala itu “Menulis semudah ceplok telur” itulah jargon beliau. Ditambah lagi karena kami memiliki latar belakang kondisi sekolah yang sama berada di pedalaman (terpencil) tetapi beliau tetap bisa berkarya, malah bisa meraih prestasi di Tingkat Nasional, yakni Juara 2 Nasional “MY TEACHER MY HERO AWARD INDONESIA DIGITAL LEARNING” pada Tahun 2015. Semua itu membuat saya semakin tertarik mengikuti kuliah bunda lilis malam itu.

Di akhir pertemuan beliau memberikan tantangan buat setiap peserta, bagi 5 resume terbaik akan beliau berikan apresiasi. Saya semakin bersemangat membuat resume dan segera mengirimkan kepada beliau. Dan saya bersyukur, resume saya menjadi salah satu yang terpilih dengan judul Guru Daerah Terpencil dari NTT Menghasilkan Karya Luar Biasa (Ibu Dra. Lilis Sutikno, SH), bisa dilihat di link : https://sahatnbh.blogspot.com/2020/07/guru-dari-daerah-terpencil-di-ntt.html, dan akhirnya beliau menghubungi saya dan itulah awalnya saya beliau libatkan di dalam kelas MBI gelombang 1 sampai saat ini.

 

Bukan sekedar apresiasi yang beliau berikan. Kesempatan yang diizinkan untuk mengasah diri di kelas MBI juga sangat saya syukuri. Sebagai Tim dan sudah diberikan kesempatan menjadi Narasumber sebanyak dua kali, padahal saya dulu tidak tahu apa-apa tentang menulis, bahkan lebih dari hal itu, saya juga saat ini dipercayakan sebagai penanggung jawab buku antologi bertema "Sekolahku" dan akan segera "naik kelas" menjadi editor buku dalam antologi "Bundaku". 

Demikianlah pengalaman yang bisa saya bagikan pada malam hari ini. Saya hanya berdoa dan berharap setiap apa yang saya bagikan pada malam ini bisa memberikan motivasi buat setiap peserta, sehingga semakin semangat sehingga semua peserta kelas MBI ini dapat memiliki karya dan semua nama peserta akan tercantum pada cover buku yang akan dihasilkan.

Terima kasih bunda Lilis atas semua kebaikan, motivasi dan dorongan yang kuat sehingga saya akhirnya bisa seperti yang sekarang ini, semoga Tuhan membalaskan semua kebaikan yang bunda berikan kepada saya. Saya juga masih harus terus berusaha, belajar, belajar dan belajar lagi karena masih banyak hal lagi yang harus saya pelajari.

Semangat... Semangat... Semangat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini