Selasa, 06 Oktober 2020

Pengalaman Indah menuju Tempat Pengabdianku

"Hanya butuh ongkos Rp. 2000, - menuju kelangit", itulah kalimat yang sering kami lontarkan sesama CPNS pada tahun 2014 lalu yang kebetulan berada di penempatan yang sama yakni di Kecamatan Dolok Sigompulon, Kab. Padang Lawas Utara Prop. Sumatera Utara. Kala itu kami ada 4 orang (2 laki-laki dan 2 perempuan) ditempatkan di SMPN 2 Dolok Sigompulon, 5 orang (2 laki-laki dan 3 perempuan) di SMAN 1 Dolok Sigompulon, 2 orang laki-laki sebagai pegawai kantor Camat dan 1 orang pegawai di Puskesmas.

Pada tanggal 15 September 2014 ketika Surat Perintah Penugasan dibagikan, kami para lelaki yang ditugaskan di kecamatan yang sama langsung terjun untuk melihat tempat tugas penempatan. Dari ibukota kabupaten yakni kota Gunung Tua, kami naik sepeda motor melalui jalan lintas Sumatera dan membutuhkan waktu hampir 4 jam untuk tiba di kota Sigambal Kab.Labuhanbatu yang merupakan akses jalan yang biasa dilewati menuju kecamatan Dolok Sigompulon. 

Sebenarnya ada jalan langsung dari Kec. Dolok (kota Sipiongot) tetapi jalannya sangat terjal dan sangat sulit dilalui, hanya orang-orang yang nyalinya besarlah yang mau melewati jalan hutan sepi yang medannya sangat parah. Sehingga biasanya harus melalui jalan yang berputar untuk menuju tempat yang akan kami tuju.

Kami menginap di sebuah rumah kenalan dari keluarga salah satu dari teman di kota Sigambal, dan esok harinya kembali kami berangkat ke medan pengabdian. Sekitar 10 menit perjalanan jalan masih sangat mulus, tetapi setelah itu sepertinya jalan sudah tidak lagi bersahabat. Jalan belum diaspal ada yang berlapis batu yang berserakan, berlumpur dan tanah licin membuat sepeda motor bergerak dengan laju yang lambat. 

Akhirnya kami sampai setelah hampir satu setengah jam perjalanan ke Desa Simundol yang perupakan kota Kecamatan yang kami tuju. Dari sana sekitar 2 km lagi ke SMPN 2 Dolok Sigompulon dan SMAN 1 Dolok Sigompulon walapun berbeda arahnya pada persimpangan ibukota kecamatan tersebut sedangkan kantor camat dan Puskesmas berada di tengah desa tersebut. Pada saat itulah awal kisah pengabdian kami dimulai.

Hari ini saya kembali mencoba mengingat perjalan panjang yang telah saya lalui tepat 6 tahun lebih 1 bulan. Inipun karena saya mengingat janji saya kepada Bunda Lilis Sutikno untuk menggambarkan jalan berliku dan terjal menuju tempat tugas yang beliau baca di tulisan saya sebelumnya. 

Sayang sekali memang tidak ada dokumentasi yang lengkap untuk menggambarkan bagaimana akses jalan ketika saya pertama kali datang ke daerah ini, sehingga saya hanya bisa menggambarkannya melalui narasi bagaimana kami harus berjuang dengan medan yang parah yang membuat saya sering bertanya di dalam hati sampai kapan harus menjalani keadaan seperti itu.

Kami memutuskan tinggal di Kelurahan Sigambal, Kab. Labuhanbatu karena beberapa pertimbangan, salah satunya anak-anak yang masih kecil kasihan dibawa ke gunung dengan daerah yang sangat tertinggal kala itu. Jarak dari rumah ke tempat tugas saya sekitar 34 km dan berada di Kab. Padang Lawas Utara, mengapa berbeda kabupaten? karena memang daerah tempat tugas saya adalah daerah perbatasan sehingga ketika ke sekolahpun saya akan selalu melalui desa-desa dengan kabupaten yang berbeda. 

Adapun akses langsung dari desa tempat sekolah saya berada ke pusat kota Kab. Padang Lawas Utara (Gunung Tua) sangat sulit dilewati karena jalannya sangat hancur, curam dan licin apalagi kalau musim hujan, sehingga hampir seluruh aspek kehidupan termasuk kegiatan perekonomian dari masyarakat disana semuanya berasal dari Kab. Labuhanbatu bukan Kab.Padang Lawas Utara. 

Karena daerah itu memang daerah paling ujung, hal itu juga yang menyebabkan orang-orang dari Dinas Kabupaten sangat jarang untuk mau berkunjung kesana. Perlu waktu setengah hari untuk sampai karena jalan beputar, itupun kalau cuaca tidak hujan.

Tadi saya mencoba mengambil beberapa dokumentasi sebagai sedikit gambaran, walaupun sebenarnya sudah sangat jauh berbeda dari tahun 2014 yang lalu. Dulu sekitar 90% (dari 34km) akses jalan tidak layak dilalui karena belum beraspal. Tetapi berkat pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah setiap tahunnya sehingga saat ini tinggal sekitar 5 km lagi yang belum diaspal.

Inilah beberapa foto kondisi akses ke tempat tugas saat ini:

Setelah sekitar 4 km dari rumah akan melewati perbatasan dan memasuki wilayah 
Kab.Padang Lawas Utara


Jalan berkelok dan menanjak yang dilewati di sepanjang jalan

Sungai yang berada di bawah Jembatan, ketika jalan dulu belum diaspal sungai akan meluap apabila hujan deras dan pernah mengakibatkan  akses jalan terputus. Disinilah pernah kejadian ketika membersihkan kaki yang berlumpur sendal saya terbawa arus sungai yang sangat deras.

Jalan beton yang dibangun tahun lalu, sebelumnya jalannya selalu berlumpur dan sulit dilewati
 





Beberapa tampilan jalan yang saat ini belum diaspal, ketika musim penghujan tiba perlu perjuangan untuk melewatinya.


Jalan berbatu menuju desa dimana sekolah berada

Suasana menuju Desa Kuala Simpang, tempat sekolah berada. 



Lingkungan Sekolah SMPN 2 Dolok Sigompulon
Tempat pengabdianku


Di sisi desa ada sebuah bukit yang lumayan tinggi (di bagian depan sekolah pada foto) 
Pada tahun 1994 lalu pernah longsor dan menelan banyak korban jiwa.  

Inilah kondisi panorama indah menuju sekolah pada saat ini, memang sudah sangat jauh berbeda kondisi jalan dibanding ketika pertama kali saya ditempatkan 6 tahun yang lalu. Banyak kenangan yang akan selalu terngiang. Terutama jalanan berlumpur ketika musim penghujan dan jalan berabu ketika terik datang. Dan tentunya tanaman sawit yang selalu menyambut disisi kiri dan kanan disepanjang jalan.

Jatuh dari sepeda motor sudah lupa entah berapa kali, pakaian berlumpur sudah kebiasaan sehari-hari, bahkan pernah melintasi jalan berkeliling di perbukitan dari sisi yang lain karena akses jalan yang biasa dilalui hancur dan tidak bisa dilewati akibat musim hujan berkepanjangan. Dan yang menjadi korban adalah sahabatku yang selalu menemaniku kala itu yakni Honda Supra Fit yang dulu kubawa dari kota harus pensiun karena parahnya medan yang dilaluinya selama 3 tahun pengabdiannya.


Dia ikut serta dengan merasakan langsung bagaimana perjuangan naik turun gunung, menembus tebalnya lumpur dijalanan, licinnya jalan berbatu ketika turun hujan dan sampai berulangkali terjatuh ketika menjalani medan yang penuh dengan tantangan.

Inilah sedikit catatan kisahku dalam menunaikan tugas yang akan kuingat selalu.... 

5 komentar:

  1. Bunda dulu juga gitu...
    Sekarang jalan sudah di aspal licin aman naik kendaraan ngebutpun tak masalah. Hanya air yg belum bersahabat. Masih beli pakai mobil tangki

    BalasHapus
  2. Tetap semangat...
    Tuhan berikan kita berkat berkelimpahan dengan mengabdi di desa

    BalasHapus
  3. Tetap semangat...
    Tuhan berikan kita berkat berkelimpahan dengan mengabdi di desa

    BalasHapus
  4. Siap bunda.Kalau di tempat saya sumber mata air ada bunda mengalir langsung dari gunung, hanya listrik yg masih belum stabil,, Terimakasih bunda.

    BalasHapus
  5. Siap bunda.Kalau di tempat saya sumber mata air ada bunda mengalir langsung dari gunung, hanya listrik yg masih belum stabil,, Terimakasih bunda.

    BalasHapus

Postingan Terbaru

Di mana kebahagiaan itu berada?

Di mana kebahagiaan itu berada? Kadang lelah jiwa mencari Karena dahaga yang tak terobati Rasa haus akan kebahagiaan Yang diharapkan memberi...

Postingan Terpopuler dalam sebulan ini